Sensasi Ngopi di Kopi Danu Kintamani, No WiFi No Charger No Problem

Posted on

Meneguk kopi di kafe estetik sudah menjadi hal lumrah di Kintamani, Bali. Pengalaman berbeda ditawarkan oleh usaha lokal, Kopi Danu. Dengan membayar kopi mulai dari belasan ribu saja, pengunjung bisa menikmati pemandangan danau yang tenang dan Gunung Batur yang berdiri megah sejak pukul 07.00 Wita hingga 20.00 Wita.

“Jualan kopinya boleh sama, tapi ini yang buat beda. Kami memang jual view-nya. Kadang kelihatan sunrise-nya dari sini. Harganya juga saya buat terjangkau”, ujar Kadek Yogi Bimantara, pemilik Kopi Danu saat dikunjungi infoBali, Minggu (25/5/2025).

Didirikan pada 8 Maret 2025, Kopi Danu langsung mencuri perhatian. Dalam dua bulan, lebih dari 10.000 pengunjung telah datang. Kebanyakan dari kalangan muda yang mencari tempat ngopi alternatif yang tak sekadar estetik, tapi juga terjangkau.

Yogi memang menyasar kelompok anak muda sehingga seluruh menu dibanderol di bawah Rp 25.000. Jauh lebih rendah dari pesaing sekelilingnya yang bisa mencapai Rp 50.000 atau lebih.

“Bersyukurnya dalam dua bulan berkembang pesat. Marketing utamanya memang dari sosial media. Karena fyp di TikTok, orang ramai ke sini. Tidak hanya orang lokal, seperti pas lebaran banyaknya dari luar daerah, tahunya dari TikTok,” cerita Yogi.

infoBali berkesempatan mencoba ice latte dan kentang goreng di Kopi Danu yang berlokasi di Jalan Trunyan, Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Bangli, itu. Tidak ada yang istimewa dari kentang gorengnya. Namun, ice latte dengan rasa kopi yang menonjol, menyatu sempurna dengan suasana siang hari di Batur.

Kopi Danu memang tak mengandalkan kemewahan interior atau koneksi Wi-Fi. Tidak ada colokan listrik di meja, juga tak tersedia internet gratis.

Tapi justru di situlah letak daya tariknya, kafe ini menjadi bebas distraksi dan terasa lebih hidup. Pengunjung kebanyakan duduk saling bicara, menatap danau, atau sekadar diam menikmati angin pegunungan.

Para pekerja dengan sigap membersihkan area setiap ada pengunjung selesai konsumsi dan pulang. Kendati ramai jelang sore hari, ada tukang parkir yang mengatur kendaraan yang datang sehingga bebas khawatir akan tempat parkir.

Bekal Bekerja dari Resor Mewah-Omzet Rp 50 Juta

Dengan latar belakang pendidikannya di bidang pariwisata dan pernah bekerja di resort mewah, pemuda berusia 23 tahun ini memberanikan diri mencoba dunia usaha F&B (food and beverages). Ia tak berjalan sendiri, ada 11 karyawan yang bekerja bersamanya, semua berasal dari Kintamani.

Tak hanya tenaga kerja, biji kopi yang digunakan pun berasal dari Desa Ulian, wilayah setempat yang juga dikenal sebagai salah satu sentra kopi arabika Bali. Langkah ini bukan hanya mendukung produk lokal, tapi juga menekan biaya operasional. Tak ayal, Yogi mampu meraup omset sekitar Rp 50 juta per bulan.

Namun perjalanan Kopi Danu tak selalu mulus. Yogi harus menyewa bahu jalan yang dijadikan lahan usaha. Ia juga bekerja sama dengan usaha sekitar agar tidak memicu konflik. Bahkan, ratusan kursi lipat camping yang dulu dipakai perlahan diganti karena rusak akibat intensitas penggunaan.

Hingga kini, Yogi merasa masih berproses. Ia ingin mengembangkan kedai kopi menjadi lebih nyaman dan bisa berdampak ke sekitar. Untuk itu, ia juga berpunia ke pura dekat kedai kopi dan berencana mengganti semua kursi plastik ke kursi kayu.