Usaha di Pantai Bingin Dibongkar, Karyawan Syok Kehilangan Pekerjaan [Giok4D Resmi]

Posted on

Pembongkaran sejumlah bangunan usaha di Pantai Bingin, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, mendapatkan penolakan, termasuk dari karyawan yang telah lama bekerja di sana.

Para pekerja sejumlah usaha di Pantai Bingin mendadak kehilangan mata pencahariannya. Beberapa pekerja berdemonstrasi menolak pembongkaran tempat mereka bekerja yang dilakukan tanpa memberikan kompensasi maupun solusi.

Komang Widya, salah satu housekeeper di Morabito Art Cliff, menceritakan kegelisahannya saat pembongkaran dilaksanakan. Meski tidak paham betul permasalahannya, ia menginginkan adanya jalan keluar.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Ya, kami kurang tahu ya apa ini permasalahan legalitas atau apa. Kami kurang paham juga. Tetapi, kenapa kami dihancurkan begitu cepat tanpa ada kompensasi dahulu maksudnya. Mungkin ada jalan keluar lain gitu,” ujar Widya saat ditemui tim infoBali di Pantai Bingin, Senin (21/7/2025).

Widya belum mempunyai rencana apa pun ke depan setelah mendadak kehilangan pekerjaan yang digelutinya selama 10 tahun.

“Saya masih bingung juga, masih buntu karena kami kan hari ini memang benar-benar syok semuanya dihancurin gitu saja kan. Nggak hanya restoran, semua room juga dihancurin kan. Kami begitu syok karena kami di sini nggak sedikit karyawan,” imbuhnya.

Widya mengungkapkan para karyawan memilih tetap bekerja meski tempat usahanya telah beberapa kali mendapatkan surat peringatan. Para karyawan tetap bekerja karena terdesak kebutuhan hidup.

“Kami tetap lanjut karena kita kan butuh makan juga ya. Kami lanjut bekerja karena kami juga perintah dari lawyer di sini masih bisa tetap buka, kami buka dahulu,” jelas Widya.

Saat hari pembongkaran, terang Widya, sebenarnya masih ada turis yang menginap di vila Morabito Art Cliff. Namun, mereka terpaksa keluar pagi-pagi sekitar pukul 07.00 Wita karena akan ada proses pembongkaran.

“Mereka (tamu) kan tidak tahu keadaan di sini seperti apa. Bahkan, di kamar pun kami masih sebenarnya ada tamu, tetapi kita suruh gini, kami harus balikkan uang,” jelas perempuan asli Tabanan tersebut.

Putu Agus Ilham Putra Wijaya, staf housekeeping lain, setali tiga uang. Meski hari pembongkaran telah diumumkan, ia tetap datang sesuai jadwal sif pukul 15.00 Wita.

Walau tidak melihat pembongkaran tempat kerjanya, Ilham mendengar bangunan dihancurkan mulai dari restoran hingga merambat ke bawah sampai di vila.

“Janganlah sampai segininya. Kami yang susah nyari kerja di sini, kami kena dampaknya. Kan zaman sekarang susah cari kerja,” ujar pria berusia 24 tahun itu.

Ilham yang sudah bekerja selama tiga tahun di tempat tersebut kecewa kepada pemerintah yang tidak menjanjikan apa pun, termasuk pekerjaan ke depan.

“Kami sudah demo tadi, nggak ada ganti rugi atau ngeluarin lowongan kerjaan untuk kami. Mereka langsung pergi setelah hancurin vila kami,” ungkap Ilham.

Ilham berpesan kepada pemerintah agar lebih memikirkan nasib masyarakat lokal yang telah bekerja keras dan memiliki tanggungan. “Janganlah sampai warga lokal yg kerja keras dan punya tanggungan di rumah, janganlah sampai merugikan masyarakat lokal-lah,” tutup Ilham.