Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan Indonesia bebas dari penyakit malaria pada akhir 2030. Hal itu disampaikan dalam Forum Aliansi Pemimpin Malaria Asia Pasifik (APLMA) ke-9 yang digelar di Nusa Dua, Badung, Bali.
“Kami yakin Indonesia akan bebas penyakit malaria 100 persen hingga akhir 2030,” kata Budi dalam forum internasional itu, Selasa (17/6/2025).
Budi menjelaskan berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menangani malaria, salah satunya dengan deteksi dini. Ia menyebut sebanyak 2 juta pemeriksaan telah dilakukan terhadap masyarakat, mengacu pada pengalaman penanganan penyakit seperti demam berdarah, TBC, dan HIV.
“Tapi, itu saja belum cukup. Kalau WHO (World Health Organization) memperkirakan ada 1 juta kasus malaria di Indonesia, berarti butuh 8 juta screening (pemeriksaan),” ujarnya.
Menurut Budi, Papua menjadi fokus utama dalam penanganan malaria. Ia menyebut 90 persen kasus malaria di Indonesia terjadi di wilayah tersebut. Karena itu, diperlukan distribusi obat-obatan yang masif dan efisien, disertai sistem birokrasi dan administrasi yang mendukung.
“Ini artinya harus ada pembiayaan yang efektif. Karena pendistribusian obat-obatan yang masif untuk masyarakat di satu kota,” lanjutnya.
CEO APLMA, Sarthak Das, menekankan perlunya sistem penanganan malaria yang terintegrasi antar negara, termasuk dalam rantai pasokan peralatan medis dan obat-obatan.
“Baru beberapa pekan lalu kasus malaria terjadi di salah satu pulau di Papua Nugini, di sebelah kanan (tenggara) Papua. Tapi itu bisa ditangani dan dilacak ternyata dari Papua. Itulah yang akan terjadi apabila kita tanggap terhadap sesuatu,” kata Sarthak.
Ia mengatakan penanganan penyakit menular seperti malaria sangat kompleks. Hanya 45 negara yang berhasil bebas dari malaria dalam 20 tahun terakhir.
Menurutnya, pengalaman negara-negara seperti China, Sri Lanka, dan Timor Leste dalam mengatasi malaria selama dua dekade terakhir menjadi bukti pentingnya kolaborasi regional.
“Malaria tak kenal ampun apabila kita gagal dalam tugas. (Nyamuk malaria) mulai kebal insektisida, perubahan iklim, dan bahaya lain yang tidak dapat diprediksi,” ucapnya.
Forum APLMA yang diikuti oleh 22 negara di Asia Pasifik ini bertujuan membasmi malaria hingga 2030. Selain Budi dan Sarthak, hadir juga Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono selaku penasihat khusus serta perwakilan dari 15 negara Asia Pasifik.