FIP Undiksha Turun Tangani Siswa SMP yang Tidak Bisa Membaca

Posted on

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng meminta guru untuk obyektif menentukan kenaikan kelas atau kelulusan siswa. Hal ini disampaikan Kepala Disdikpora Buleleng Ariadi Pribadi seusai rapat dengan dewan pendidikan dan DPRD Buleleng, Senin (5/5/2025).

Ariadi menegaskan siswa tidak naik kelas atau tinggal kelas jika belum memenuhi syarat atau belum tuntas dalam pembelajaran. Jika sudah layak, siswa baru bisa naik kelas selanjutnya.

“Kalau memang belum tuntas guru (bisa) memberikan pertimbangan. (Kenaikan kelas) ditunda dulu,” tegas Ariadi.

Ariadi menjelaskan Kurikulum Merdeka tidak pernah mengatur kebijakan naik kelas otomatis. Hanya saja, selama ini ada salah persepsi dalam memahami kurikulum tersebut.

“Dari kurikulum nggak ada yang mengharuskan menaikan kelas otomatis,” ujar Ariadi.

Diberitakan sebelumnya, penyelenggaraan pendidikan di Pulau Dewata menyisakan ironi. Ratusan siswa SMP di Buleleng, Bali, ternyata belum bisa membaca dengan lancar.

Ketua Dewan Pendidikan Buleleng I Made Sedana membeberkan data yang dihimpun Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Buleleng menunjukkan sekitar 400-an siswa SMP di daerah itu mengalami kesulitan membaca. Ratusan siswa tersebut berasal dari puluhan sekolah di Gumi Panji Sakti, sebutan Buleleng.

“Angkanya mengejutkan, ada 400-an anak yang tidak bisa membaca dengan lancar, artinya masih mengeja,” ujar Sedana, Rabu (9/4/2025).

FIP Undiksha Mulai Turun Tangani Siswa SMP Tidak Bisa Baca

Tim yang dibentuk Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Buleleng mulai turun ke sekolah untuk menangani masalah ratusan siswa SMP yang tidak bisa membaca. Ariadi mengatakan saat ini FIP masih melakukan skrining terhadap ratusan siswa yang tersebar di 60 SMP di Buleleng. Skrining dilakukan untuk mengetahui kendala yang dihadapi siswa sehingga mengakibatkan mereka tidak bisa membaca.

“Hari ini melaksanakan skrining untuk mengetahui kondisi fisik maupun psikis dan hal-hal lain. Setelah ini diketahui baru akan dibahas oleh FIP, metode apa yang akan digunakan untuk mendampingi siswa,” ungkap Ariadi, Senin.

Skrining ditargetkan selesai dalam minggu ini. Setelah itu, siswa akan mendapat pendampingan tim FIP yang terdiri dari mahasiswa dan dosen. Seorang mahasiswa akan mendampingi satu siswa dan satu dosen mendampingi satu sekolah.

Selain itu, Pemkab Buleleng juga menggandeng konselor psikologi dari Pradnyagama untuk mengetahui kondisi psikis siswa. Pengecekan psikis akan dilaksanakan di SMPN 1 Singaraja pada 7 Mei 2025.

“Karena keterbatasan, kami minta sekolah mengantar siswa ke SMPN 1 Singaraja,” jelasnya.

Menanggapi adanya keberatan dari SMPN 1 Seririt terkait intervensi dari luar, Ariadi menyatakan akan tetap berkolaborasi. “Pendampingan akan tetap kami lakukan. Metodenya satu murid satu mahasiswa agar pendampingan lebih fokus. Yang penting siswanya hadir dan punya semangat belajar,” terangnya.