Donald Trump Berharap Kembali Bernegosiasi dengan China

Posted on

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan perubahan sikap terhadap Pemerintah China di tengah memanasnya perang tarif antara kedua negara.

Trump menyatakan harapannya untuk bisa kembali bernegosiasi dengan China, usai Negeri Tirai Bambu itu resmi mengenakan tarif impor 125% terhadap produk-produk asal AS. Langkah itu sebagai respons atas kebijakan AS yang lebih dulu mematok tarif 145% terhadap seluruh produk asal China.

“Apa yang terjadi dengan China? Kami ingin sekali bisa mencapai kesepakatan,” kata Trump, dilansir dari infoFinance, Selasa (15/4/2025).

Trump mengungkapkan China selama ini telah banyak mengambil keuntungan dari hubungan dagang dengan AS.

“Mereka benar-benar telah mengambil keuntungan dari negara kami dalam jangka waktu yang lama. Mereka telah menipu kami. Dan kita berbicara tentang banyak presiden, bukan hanya beberapa. Namun, mereka melakukannya,” terang Trump.

Lebih lanjut, Trump menjelaskan kebijakan tarif yang dia terapkan bertujuan untuk menata ulang neraca pendapatan AS. Ia menegaskan langkah tersebut bukan bentuk permusuhan, melainkan strategi untuk memperbaiki sistem yang menurutnya selama ini merugikan.

“Dan yang kami lakukan hanyalah mengembalikannya ke bentuk semula. Kami sedang menata ulang keadaan dan saya yakin kami akan dapat bekerja sama dengan sangat baik,” jelasnya.

Trump juga menyampaikan apresiasinya terhadap Presiden China, Xi Jinping, yang disebutnya sebagai teman lama. Ia berharap hubungan dagang AS-China kembali membaik.

“Saya sangat menghormati Presiden Xi. Dia telah menjadi teman saya dalam jangka waktu yang lama. Dan saya pikir kami akan berhasil mencapai sesuatu yang sangat baik bagi kedua negara. Saya menantikannya,” pungkas Trump.

Untuk diketahui, perang tarif antara AS dan China masih berlangsung panas. Pemerintah China baru-baru ini mengumumkan tarif sebesar 125% terhadap produk-produk asal AS. Langkah ini diambil sebagai balasan atas keputusan AS yang lebih dulu menetapkan tarif 145% terhadap semua produk dari China.

Artikel ini telah tayang di infoFinance. Baca selengkapnya