Oditur Pengadilan Militer III-15 Kupang memeriksa dua dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aeramo, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam perkara kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo. Kedua dokter yang dihadirkan sebagai saksi itu adalah Kandida Bibiana Ugha dan Gede Rastu Ade Mahartha.
Kandida merupakan dokter umum, sedangkan Gede adalah dokter spesialis bedah di RSUD Aeramo. Mereka mengungkap ada banyak luka memar pada tubuh Prada Lucky dalam sidang yang dilakukan secara virtual, Selasa (4/11/2025).
Menurut Kandida, ada tiga prajurit TNI AD yang mengantar Lucky ke RSUD Aeramo. Selanjutnya, ia melakukan anamnesa terhadap kondisi Lucky. Ketika Kandida menanyakan terkait keluhan yang dialami Lucky, tiga prajurit itu menjawab kondisinya lemas dan pusing.
“Ada tiga orang yang mengantar Prada Lucky ke RSUD Aeramo. Ya dilakukan pemeriksaan luar dengan cara dibuka bajunya. Saat itu pasien mengenakan kaus loreng,” ujar Kandida saat menjawab pertanyaan Oditur Letkol Yusdiharto didampingi Letkol Alex Panjaitan, Selasa.
Kandida mengungkapkan terdapat luka memar dan bengkak di bagian perut, dada, hingga pinggang Lucky. Kemudian, tangan dan paha kiri Lucky juga ditemukan luka.
“Kalau bagian kepala dan telinga tidak ditemukan luka apapun,” kata Kandida.
Kandida menyimpulkan luka-luka itu disebabkan karena trauma tajam dan benda tumpul sehingga kondisi luka berbentuk goresan panjang dan merata. Ia menduga luka tersebut dialami Lucky satu jam hingga dua hari sebelum dibawa ke rumah sakit.
“Saya bisa simpulkan itu akibat benda tumpul. Tindakan medis itu saya memeriksa darah, rontgen, uronorologi. Rontgen di bagian dada, tapi tidak ditemukan patah tulang,” sambung Kandida.
Berdasarkan pengamatan, dia berujar, tidak ditemukan kelainan pada bagian perut Lucky. Kandida sempat memberikan terapi, obat, dan infus saat menangani Lucky.
“Saya berikan obat paracetamol injeksi dan ranitidine,” jelas Kandida.
Selanjutnya, Kandida melaporkan kepada dokter penanggung jawab di RSUD Aeramo terkait kondisi fisik, HB rendah, memar akibat benda tumpul di bagian dada dan perut. Adapun, hasil pemeriksaan laboratorium baru keluar sekitar 1-2 jam setelahnya.
Sementara itu, Gede menyebut terdapat memar pada paru-paru Lucky dan fungsi ginjal meningkat. Gede menjadi dokter penanggung jawab ketika Lucky dibawa ke RSUD Aeramo pada 2 Agustus lalu. Saat menerima Lucky, ia diberitahu bahwa kondisinya stabil dengan foto penunjang bagian tubuhnya.
“Saya menganalisa apakah ada tulang yang patah, baik foto dada maupun perut. Saya sendiri juga melihat luka, melalui foto,” kata Gede.
Gede memberikan obat-obatan seperti infus hingga mengarahkan Lucky untuk transfusi darah. Ia mengaku sempat berkomunikasi dengan Lucky.
“Almarhum sempat mengeluh dengan sistem pernapasan. Napasnya memang tampak lebih cepat, tapi masih bisa berkomunikasi dengan baik menyampaikan keluhannya,” ungkap Gede.
Gede mengaku sempat kembali memeriksa Lucky karena mengeluh nyeri. Ia lantas meminta petugas medis untuk melakukan observasi karena keluhan sesak nafas bertambah.
“Yang saya fokuskan luka-luka pada daerah dada, perut depan sisi pinggang sebelah kanan kiri, lengan kanan kiri, paha kanan kiri. Luka-luka di lengan dan paha sudah kemerahan,” urai Gede.
Gede membeberkan dalam pemeriksaannya ditemukan luka, tapi yang jelas bukan luka baru. Sebab, sudah ada yang mengering dan menghitam. Kemudian prosesnya lebih dari satu hari.
“Setelah mendapat laporan, saya tanyakan apakah pasien stabil atau tidak. Lalu dijawab kondisinya masih stabil,” kata Gede.
Menurut Gede, terjadi percepatan napas yang dicurigai akibat infeksi karena ada luka-luka di bagian dada, perut depan, sisi pinggang kanan dan kiri, serta kedua lengannya dan kedua paha Lucky. “Kalau tidak salah ingat, luka-luka di lengannya sudah kemerahan dan hangat,” sambungnya.
Gede menerangkan pernapasan orang normal umumnya sekitar 16-18 kali per menit. Sedangkan Lucky, mengalami pernapasan lebih cepat, yakni 22 hingga 26 kali per menit. Ia menyebut ada banyak hal yang dapat mempengaruhi hal itu.
“Saat itu tidak tampak kelainan di daerah dada. Namun namanya proses sakit itu kan bisa panjang dan bisa mengalami perubahan,” beber Gede.
Biasanya, dia melanjutkan ada cairan bebas di sekitar hati. Namun, saat pemeriksaan tidak ditemukan cairan itu. Sementara di bagian limfa ditemukan semacam gumpalan darah.
“Di sisi limfa itu ditemukan seperti gumpalan darah yang membeku. Rontgen bagian paru-paru ada kecurigaan memar, tidak tampak cedera di daerah ginjal, tapi saat pemeriksaan tambahan, itu fungsi ginjal meningkat,” kata Gede.
Dia menyebut peningkatan fungsi ginjal karena adanya indikasi kerusakan pada fungsi ginjal yang disebabkan oleh trauma dan infeksi akibat luka. “Kalau di paru-paru kita bilang ada trauma akibat benda tumpul. Kalau di limfa itu pasti ada trauma tumpul yang menyebabkan kerusakan,” pungkas Gede.
Diketahui, sidang hari ini menghadirkan terdakwa Sertu Thomas Desamberis Awi, Sertu Andre Mahoklory, Pratu Poncianus Allan Dadi, Pratu Abner Yeterson Nubatonis, Sertu Rivaldo De Alexando Kase, Pratu Imanuel Nimrot Laubora, Pratu Dervinti Arjuna Putra Bessie.
Kemudian, Letda Made Juni Arta Dana, Pratu Rofinus Sale, Pratu Emanuel Joko Huki, Pratu Ariyanto Asa, Pratu Jamal Bantal, Pratu Yohanes Viani Ili, Serda Mario Paskalis Gomang, Pratu Firdaus, Letda Inf Achmad Thariq Al Qindi Singajuru, dan Pratu Yulianus Rivaldy Ola Baga.
Sidang dipimpin Ketua Majelis Hakim Mayor Chk Subiyatno didampingi dua hakim anggota, Kapten Chk Dennis Carol Napitupulu dan Kapten Chk Zainal Arifin Anang Yulianto.
Kandida mengungkapkan terdapat luka memar dan bengkak di bagian perut, dada, hingga pinggang Lucky. Kemudian, tangan dan paha kiri Lucky juga ditemukan luka.
“Kalau bagian kepala dan telinga tidak ditemukan luka apapun,” kata Kandida.
Kandida menyimpulkan luka-luka itu disebabkan karena trauma tajam dan benda tumpul sehingga kondisi luka berbentuk goresan panjang dan merata. Ia menduga luka tersebut dialami Lucky satu jam hingga dua hari sebelum dibawa ke rumah sakit.
“Saya bisa simpulkan itu akibat benda tumpul. Tindakan medis itu saya memeriksa darah, rontgen, uronorologi. Rontgen di bagian dada, tapi tidak ditemukan patah tulang,” sambung Kandida.
Berdasarkan pengamatan, dia berujar, tidak ditemukan kelainan pada bagian perut Lucky. Kandida sempat memberikan terapi, obat, dan infus saat menangani Lucky.
“Saya berikan obat paracetamol injeksi dan ranitidine,” jelas Kandida.
Selanjutnya, Kandida melaporkan kepada dokter penanggung jawab di RSUD Aeramo terkait kondisi fisik, HB rendah, memar akibat benda tumpul di bagian dada dan perut. Adapun, hasil pemeriksaan laboratorium baru keluar sekitar 1-2 jam setelahnya.
Sementara itu, Gede menyebut terdapat memar pada paru-paru Lucky dan fungsi ginjal meningkat. Gede menjadi dokter penanggung jawab ketika Lucky dibawa ke RSUD Aeramo pada 2 Agustus lalu. Saat menerima Lucky, ia diberitahu bahwa kondisinya stabil dengan foto penunjang bagian tubuhnya.
“Saya menganalisa apakah ada tulang yang patah, baik foto dada maupun perut. Saya sendiri juga melihat luka, melalui foto,” kata Gede.
Gede memberikan obat-obatan seperti infus hingga mengarahkan Lucky untuk transfusi darah. Ia mengaku sempat berkomunikasi dengan Lucky.
“Almarhum sempat mengeluh dengan sistem pernapasan. Napasnya memang tampak lebih cepat, tapi masih bisa berkomunikasi dengan baik menyampaikan keluhannya,” ungkap Gede.
Gede mengaku sempat kembali memeriksa Lucky karena mengeluh nyeri. Ia lantas meminta petugas medis untuk melakukan observasi karena keluhan sesak nafas bertambah.
“Yang saya fokuskan luka-luka pada daerah dada, perut depan sisi pinggang sebelah kanan kiri, lengan kanan kiri, paha kanan kiri. Luka-luka di lengan dan paha sudah kemerahan,” urai Gede.
Gede membeberkan dalam pemeriksaannya ditemukan luka, tapi yang jelas bukan luka baru. Sebab, sudah ada yang mengering dan menghitam. Kemudian prosesnya lebih dari satu hari.
“Setelah mendapat laporan, saya tanyakan apakah pasien stabil atau tidak. Lalu dijawab kondisinya masih stabil,” kata Gede.
Menurut Gede, terjadi percepatan napas yang dicurigai akibat infeksi karena ada luka-luka di bagian dada, perut depan, sisi pinggang kanan dan kiri, serta kedua lengannya dan kedua paha Lucky. “Kalau tidak salah ingat, luka-luka di lengannya sudah kemerahan dan hangat,” sambungnya.
Gede menerangkan pernapasan orang normal umumnya sekitar 16-18 kali per menit. Sedangkan Lucky, mengalami pernapasan lebih cepat, yakni 22 hingga 26 kali per menit. Ia menyebut ada banyak hal yang dapat mempengaruhi hal itu.
“Saat itu tidak tampak kelainan di daerah dada. Namun namanya proses sakit itu kan bisa panjang dan bisa mengalami perubahan,” beber Gede.
Biasanya, dia melanjutkan ada cairan bebas di sekitar hati. Namun, saat pemeriksaan tidak ditemukan cairan itu. Sementara di bagian limfa ditemukan semacam gumpalan darah.
“Di sisi limfa itu ditemukan seperti gumpalan darah yang membeku. Rontgen bagian paru-paru ada kecurigaan memar, tidak tampak cedera di daerah ginjal, tapi saat pemeriksaan tambahan, itu fungsi ginjal meningkat,” kata Gede.
Dia menyebut peningkatan fungsi ginjal karena adanya indikasi kerusakan pada fungsi ginjal yang disebabkan oleh trauma dan infeksi akibat luka. “Kalau di paru-paru kita bilang ada trauma akibat benda tumpul. Kalau di limfa itu pasti ada trauma tumpul yang menyebabkan kerusakan,” pungkas Gede.
Diketahui, sidang hari ini menghadirkan terdakwa Sertu Thomas Desamberis Awi, Sertu Andre Mahoklory, Pratu Poncianus Allan Dadi, Pratu Abner Yeterson Nubatonis, Sertu Rivaldo De Alexando Kase, Pratu Imanuel Nimrot Laubora, Pratu Dervinti Arjuna Putra Bessie.
Kemudian, Letda Made Juni Arta Dana, Pratu Rofinus Sale, Pratu Emanuel Joko Huki, Pratu Ariyanto Asa, Pratu Jamal Bantal, Pratu Yohanes Viani Ili, Serda Mario Paskalis Gomang, Pratu Firdaus, Letda Inf Achmad Thariq Al Qindi Singajuru, dan Pratu Yulianus Rivaldy Ola Baga.
Sidang dipimpin Ketua Majelis Hakim Mayor Chk Subiyatno didampingi dua hakim anggota, Kapten Chk Dennis Carol Napitupulu dan Kapten Chk Zainal Arifin Anang Yulianto.
