Fernando (24), Constantin Prawarna (43), Ryan Hidayat (42), Nafis Zaki Billah (21), dan PF (30) ditangkap polisi pada Jumat (4/7/2025) atas kejahatan penyalahgunaan data pribadi orang lain. Begini kronologi sindikat pemburu data pribadi itu beraksi di Bali.
Dirreskrimsiber Polda Bali, Kombes Ranefli Dian Candra, menjelaskan aksi ini bermula dari Constantin yang awalnya beraksi seorang diri.
“Awalnya, Constantin ini (beraksi) sendirian. Lalu, merekrut (lima tersangka) yang lain,” kata Ranefli saat konferensi pers di Mapolda Bali, Rabu (9/7/2025).
Aksi Constantin dimulai setelah ia bertemu seseorang berinisial AW di Bali. AW, pria asal Medan yang kini berada di Kamboja, mengajak Constantin mengumpulkan data pribadi untuk dikirim ke Kamboja.
“Penyampaian saudara AW kepada CP, di sana (di Kamboja) butuh rekening untuk judi online. Kamu mau nggak bantu carikan rekening,” kata Ranefli menirukan pengakuan Constantin.
Constantin yang usahanya di bidang konveksi sedang lesu pun menyetujui ajakan tersebut. Ia mulai memburu data pribadi warga dan kenalannya di Bali, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Awalnya, Constantin beraksi seorang diri.
Setelah tiga bulan beraksi sejak September 2024, Constantin merekrut lima orang: SP (21), Fernando (24), Nafis Zaki Billah (21), Ryan Hidayat (42), dan PF (30). Ryan, PF, Fernando, dan Nafis bertugas memburu korban untuk diambil data pribadinya. SP bertugas sebagai administrasi, sementara Constantin menjadi pimpinan sindikat.
Sebagai ketua, Constantin diupah Rp 1 juta per rekening, sedangkan anggotanya mendapat Rp 500 ribu per rekening.
“AW dan CP ini sudah kenal lama. Mereka teman saat di Surabaya dulu. Mereka (Constantin dan komplotannya) dapat fee Rp 500 ribu. Kalau Constantin, dia jadi pimpinan kelompok itu, dapat fee Rp 1 juta,” ujar Ranefli.
Ranefli menambahkan, AW dan kurir suruhannya berinisial S kini diburu polisi. Kurir itu berperan mengirim berkas pembukaan rekening para korban di Bali ke Kamboja, termasuk ponsel dari Kamboja yang dipakai Constantin dan komplotannya untuk membuka rekening baru secara daring. Satu ponsel bisa digunakan untuk membuat empat rekening baru.
“Karena aktivitas perjudian online itu, mulai data rekening dan data akun, itu bukan milik pribadi. Jadi, (data pribadi orang lain) banyak dibutuhkan pemain (penjudi),” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, kejahatan Constantin dan komplotannya terbongkar polisi pada Jumat (4/7/2025). Mereka membujuk warga miskin untuk menyerahkan data pribadi dengan imbalan Rp 500 ribu jika bersedia membuka rekening di bank tertentu.
PF, Nafis, Ryan, dan Fernando bertugas mendekati calon korban dengan dalih rekening tersebut akan dipakai pengusaha besar.