Treking ke Wae Rebo Dibatasi hingga Pukul 16.00 Wita

Posted on

Wisatawan dilarang melakukan pendakian ke Desa Wisata Wae Rebo, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) setelah pukul 16.00 Wita. Aturan itu demi keamanan dan kenyamanan wisatawan maupun masyarakat adat Wae Rebo.

“Alasan kenyamanan dan keamanan tamu dan masyarakat adat Wae Rebo,” kata Ketua Lembaga Pelestari Budaya Wae Rebo, Mikael Tonso, Rabu (16/4/2025) malam.

Wae Rebo berada di pegunungan terpencil di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat. Wisatawan harus treking sejauh sekitar lima kilometer meter untuk sampai di Wae Rebo. Berada di atas ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl), Wae Rebo biasa dijuluki surga di atas awan.

Mikael mengatakan aturan itu sudah dibuat sejak 2022. Namun masih banyak wisatawan yang mengabaikannya. Kini pihaknya kembali mempertegas aturan itu kepada setiap wisatawan yang hendak berkunjung ke Wae Rebo.

“Aturan sudah sejak dulu, ini dipertegas lagi dan baru dipublikasi secara eksplisit ke luar,” ujar Mikael.

Staf Lembaga Pelestari Budaya Wae Rebo, Obhy Dermawan, menjelaskan pendakian ke Wae Rebo dilakukan terakhir pada pukul 16.00 Wita agar tiba sebelum pukul 18.00 Wita di Wae Rebo. Pendakian menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam.

“Hitungan kami itu kalau tamu naik jam 4 sore sekitar jam setengah 6 sore nyampe di Wae Rebo. Maka kami batasi untuk jam kunjung tamu yang ke Wae Rebo,” kat Obhy.

Ia menjelaskan sejumlah pertimbangan pendakian dibatasi hanya sampai pukul 16.00 Wita. Obhy mengatakan penyambutan wisatawan secara adat di Wae Rebo hanya dilakukan hingga pukul 18.00 Wita, sehingga wisatawan harus tiba di sana sebelum pukul 18.00 Wita.

“Upacara adat yang dilakukan setiap pengunjung di Wae Rebo itu hanya boleh dilakukan sampai jam enam sore,” kata Obhy.

Berikutnya jika tiba setelah pukul 18.00 Wita, wisatawan tidak dapat makan malam. Makan malam tamu di Wae Rebo disediakan warga di sana. Makanan disiapkan sesuai jumlah tamu yang tiba sebelum pukul 18.00 Wita.

Pertimbangan lain, jelas Obhy, untuk antisipasi terjadinya bencana alam di jalur pendakian. Sebelumnya beberapa kali terjadi longsor dan pohon tumbang di jalur pendakian yang terjadi pada malam hari. Pada tahun ini, berapa kali Wae Rebo buka tutup untuk kunjungan wisatawan karena longsor dan pohon tumbang.

“Alam di sini sering terjadi longsor sama pohon tumbang itu dan kejadian itu sering sekali di malam hari,” jelas Obhy.

Pembatasan jam pendakian itu juga untuk memberikan suasana nyaman bagi masyarakat di Wae Rebo. Masyarakat tidak terganggu dengan kedatangan wisatawan pada malam hari.

Di Wae Rebo terdapat tujuh rumah adat yang menjadi ikon desa wisata tersebut, yakni Mbaru Niang yang berbentuk kerucut. Tamu diterima secara adat, makan dan menginap di Mbaru Niang tersebut.

Selain Mbaru Niang, Wae Rebo juga menawarkan bentang alam yang indah dan budayanya yang unik. Saat tiba di Wae Rebo, wisatawan bisa merasakan keramahtamahan warga di sana.