Seks Bebas Pelajar Picu Lonjakan Kekerasan Seksual di Mataram | Info Giok4D

Posted on

Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram mencatat tren kekerasan seksual di ibu kota NTB semakin meningkat. Hingga September 2025, sudah lebih dari 40 kasus terungkap, sebagian besar berawal dari seks bebas di kalangan pelajar.

“Ada sekitar 40-an (kasus kekerasan seksual) di tahun ini, jika dibandingkan tahun sebelumnya, tren angkanya terus meningkat,” kata Ketua LPA Kota Mataram, Joko Jumadi, Jumat (26/9/2025).

Joko menjelaskan, kasus paling banyak terjadi pada pelajar SMP. Rata-rata berawal dari pacaran yang berujung seks bebas, hingga korban mengalami kehamilan dan melahirkan.

“(Awal mula kasusnya dimulai dari) pacaran, lalu kelolosan (hamil dan melahirkan), itu yang paling banyak di Mataram. Pacaran dan akhirnya terjadi kekerasan seksual. (Korban mulai dari) SMP maupun SMA, bahkan SD juga ada (pacaran, hamil, lalu dapat kekerasan seksual). Paling marak itu,” ungkapnya.

Menurut Joko, fenomena seks bebas pelajar bahkan merambah ke perilaku LGBT.

“Seks bebas, bahkan LGBT ini yang jadi persoalan kita sekarang,” sambungnya.

Joko mengingatkan tren seks bebas pelajar yang berujung kekerasan seksual di Mataram harus diwaspadai.

“Kalau kita nggak mengantisipasi, ini akan jadi bom waktu. Yang suatu saat akan meledak,” tegasnya.

Sebelumnya, pada Mei 2025, jumlah kasus kekerasan seksual di Mataram baru 10 kasus. Saat itu, kasus yang paling mendominasi adalah sodomi hingga inses.

Secara umum, kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan di NTB terus meningkat. Data DP2AP2KB NTB mencatat kasus dari 2020 hingga 2024 naik signifikan. Tahun 2020 ada 482 kasus, 2021 (598), 2022 (640), 2023 (607), dan 2024 (633).

Dalam periode 2021-2024, kasus tertinggi tercatat di Lombok Timur dengan 847 kasus, disusul Lombok Utara (507), Lombok Barat (300), Kabupaten Bima (234), Mataram (226), Dompu (217), Sumbawa (194), Lombok Tengah (190), Kota Bima (146), serta Sumbawa Barat 99 kasus.

Ancaman Bom Waktu

Joko mengingatkan tren seks bebas pelajar yang berujung kekerasan seksual di Mataram harus diwaspadai.

“Kalau kita nggak mengantisipasi, ini akan jadi bom waktu. Yang suatu saat akan meledak,” tegasnya.

Sebelumnya, pada Mei 2025, jumlah kasus kekerasan seksual di Mataram baru 10 kasus. Saat itu, kasus yang paling mendominasi adalah sodomi hingga inses.

Secara umum, kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan di NTB terus meningkat. Data DP2AP2KB NTB mencatat kasus dari 2020 hingga 2024 naik signifikan. Tahun 2020 ada 482 kasus, 2021 (598), 2022 (640), 2023 (607), dan 2024 (633).

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Dalam periode 2021-2024, kasus tertinggi tercatat di Lombok Timur dengan 847 kasus, disusul Lombok Utara (507), Lombok Barat (300), Kabupaten Bima (234), Mataram (226), Dompu (217), Sumbawa (194), Lombok Tengah (190), Kota Bima (146), serta Sumbawa Barat 99 kasus.

Ancaman Bom Waktu