Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Nusa Tenggara Barat (NTB) didesak untuk memasang closed-circuit television (CCTV) di semua sekolah luar biasa (SLB). Pemasangan CCTV dilakukan karena SLB rawan dari pelecehan seksual.
Desakan pemasangan CCTV di semua SLB disampaikan Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB. Desakan itu disampaikan seusai adanya dugaan pemerkosaan di salah satu SLB Lombok Tengah.
“(Pemasangan CCTV sangat penting), apalagi ini sekolah luar biasa. Di mana di sana (SLB) adalah anak-anak yang luar biasa, anak-anak istimewa yang bersekolah di sana,” kata Ketua KDD NTB, Joko Jumadi, kepada infoBali, Rabu (12/11/2025).
Menurut Joko, CCTV ini penting dianggarkan untuk memantau seluruh aktivitas murid selama jam sekolah. Joko menilai SLB merupakan tempat yang rawan terjadinya pelecehan seksual jika dibandingkan sekolah lain.
“Kalau kerawanan kekerasan di sekolah itu (SLB) sangat tinggi dibandingkan di sekolah umum. Sehingga, memang harapan kami aturannya juga dibuat lebih khusus, salah satunya adalah dalam konteks pengawasan dengan keberadaan CCTV, itu menjadi sangat urgent,” tegas Joko.
Joko mengatakan lambannya pengungkapan kasus dugaan pemerkosaan di salah satu SLB Lombok Tengah karena barang bukti sangat minim. KDD NTB juga sudah menanyakan kepada sekolah ada CCTV atau tidak di area tersebut.
“Di sekolah tidak ada (CCTV). Saya juga udah tanya kepada pihak sekolah, tetapi tidak ada,” ungkap Joko.
Tanpa adanya rekaman CCTV, satu-satunya upaya yang bisa dilakukan pendamping terduga korban pelecehan seksual adalah mengambil keterangan saksi-saksi. Keterangan itu penting untuk memperkuat hasil visum.
“Itu (keterangan saksi-saksi) yang masih menjadi fokus dari kami. Karena kesaksian anak, yang namanya anak disabilitas, apalagi ini disabilitas mental intelektual, makanya butuh penanganan ekstra,” tegas Joko.
Diberitakan sebelumnya, Polres Lombok Tengah mengusut kasus dugaan persetubuhan terhadap anak berkebutuhan khusus di salah satu SLB. Penanganan kasus tersebut kini telah ditingkatkan dari penyelidikan ke penyidikan.
“Perkaranya sudah naik sidik (penyidikan),” ungkap Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polres Lombok Tengah, Iptu Luk Luk Il Maqnun, kepada infoBali, Senin (10/11/2025).
Berdasarkan informasi yang dihimpun infoBali, pelecehan seksual terhadap siswi SLB itu terjadi pada 26 Agustus lalu. Korban diduga dicabuli oleh seseorang di toilet sekolah.
Kasus itu terungkap setelah korban merasa kesakitan dan kelaminnya mengeluarkan darah saat hendak buang air kecil. Saat ditanyakan oleh orang tuanya, korban pun memberikan isyarat bahwa dirinya telah dicabuli oleh seseorang di toilet sekolah. Mereka lantas melaporkan kasus itu ke polisi pada 29 Agustus.
Luk Luk mengatakan penyidik sudah mengantongi identitas terduga pelaku. Hal itu berdasarkan hasil pemeriksaan saksi-saksi dan alat bukti yang telah dikantongi. Hanya saja, dia berujar, penetapan tersangka baru dapat dilakukan setelah gelar perkara.
“Terduga pelaku sudah ada, kami masih menunggu pemeriksaan secara komprehensif dahulu baru nanti kita lakukan gelar tindak lanjutnya,” ujar Luk Luk.
