Petani di Jembrana Keluhkan Harga Gabah Anjlok-Sulitnya Cari Tenaga Panen

Posted on

Panen raya padi di Kabupaten Jembrana, Bali, ternyata membuat para petani di daerah itu diselimuti kekhawatiran harga gabah yang anjlok. Tak hanya itu, mereka juga kesulitan mencari tenaga pemanen padi.

Hal itu diakui oleh I Wayan Sadra (68). Petani di Subak Tibubeleng, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, itu menuturkan dirinya bakal kesulitan memanen padi.

“Tenaga potong padi susah dan harga gabah di bawah Rp 6.500 (per kilogram). Jadi, potong sendiri saja,” keluh Sadra saat ditemui infoBali, Sabtu (19/4/2025).

Sadra terpaksa memanen padinya sendiri dan berencana menjualnya setelah menjadi beras sebagai solusi atas rendahnya harga gabah. Banyaknya hasil panen membuat para pekerja pemanen kewalahan. Akibatnya, banyak padi petani yang terancam rusak karena terlambat panen.

“Seperti padi milik tetangga saya ini sudah rusak tidak juga kunjung dipanen. Jadi, sudah pasti merugi,” ujar Sadra.

Kondisi serupa dialami petani lainnya, Nengah Widi. Ia mengaku pasrah dengan harga gabah yang rendah. “Kalau jual ke Bulog, kami tidak paham alur dan caranya,” ujarnya.

Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Jembrana, I Putu Sentana, membenarkan adanya permasalahan yang dialami para petani. Menurutnya, panen raya di Jembrana menyebabkan petani kesulitan menjual padi mereka.

“Harga standar (gabah) itu Rp 6.500. Saat ini, kami belum mengetahui kondisi di lapangan seperti apa. Yang jelas tenaga potong susah,” ujar Sentana.