Pelaku Wisata Tolak Seaplane di Rinjani, Balai TNGR: Ada Lokasi untuk Bisnis

Posted on

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Yarman, buka suara terkait rencana pengoperasian seaplane dan glamping di kawasan Gunung Rinjani oleh PT Solusi Pariwisata Inovatif (SPI). Rencana tersebut sebelumnya mendapat penolakan dari sejumlah pelaku wisata di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Menurut Yarman, pengoperasian seaplane dan glamping di kawasan TNGR memungkinkan dilakukan karena ada area yang bisa dimanfaatkan sebagai lokasi bisnis. “Ada area yang digunakan untuk bisnis, tapi kalau luasnya masih belum saya tahu nanti saya cek datanya dulu ya,” ujarnya, Kamis (19/6/2025).

Yarman menjelaskan pengajuan izin untuk pemanfaatan area bisnis tersebut sudah berlangsung sejak 2020. Namun, saat ini masih dalam tahap kajian dan uji publik sebelum izin tersebut diterbitkan.

“Tahapannya harus melalui kajian dan uji publik terkait dampak lingkungan, dampak ekonomi, serta para tokoh adat setempat,” terang Yarman.

Yarman mengklaim penerbangan seaplane di kawasan Rinjani dirancang menggunakan tenaga listrik dan kedap suara. Sehingga, pengoperasian pesawat amfibi itu tidak akan mengganggu satwa dan ekosistem di Rinjani.

Terkait dengan penolakan dari sejumlah pelaku wisata di lingkar Rinjani, Yarman menilai hal tersebut sebagai hal biasa. Ia mengeklaim aspirasi warga itu akan tetap dipertimbangkan.

“Penolakan dari teman-teman pelaku jasa wisata juga tidak apa-apa, itu bisa saja nanti jadi pertimbangan. Jadi, siapapun boleh menyampaikan pendapat,” pungkasnya.

Sebelumnya, sejumlah pelaku wisata menolak rencana pengoperasian seaplane dan glamping di kawasan TNGR. Penolakan tersebut datang dari sejumlah pelaku jasa usaha wisata, baik dari Lombok Timur maupun Lombok Utara.

“Sebagai penyedia jasa wisata, saya pribadi merasa khawatir dengan rencana tersebut karena dampaknya bukan hanya ke saya, tetapi juga para porter dan pemilik penginapan” kata Zaenal Abidin, salah seorang pemilik usaha trekking organizer, Rabu (18/6/2025) sore.

Selain berdampak pada ekonomi pelaku jasa wisata lokal, Zaenal juga menilai pengoperasian seaplane dan glamping akan mengganggu ekosistem dan kelestarian Gunung Rinjani. Hal senada diungkapkan Rahmat Hidayat, salah seorang pemilik penginapan di kawasan Sembalun.

Rahmat mengaku khawatir pembangunan fasilitas seaplane dan glamping di kawasan TNGR dapat mengancam okupansi di penginapan miliknya. Ia mencontohkan wisatawan yang terbang dari Bali dapat dengan mudah pergi seusai menikmati keindahan Rinjani.

“Kalau mereka terbang dari Bali, tentu tidak mungkin mereka menginap di tempat kami. Habis menikmati Rinjani, pasti langsung pergi lagi,” ujar Rahmat.

Pelaku Wisata Tolak Seaplane dan Glamping di Rinjani