Mengenal Tari Ou Balumba, Ritual Sakral Pemanggil Ombak di Dompu

Posted on

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), resmi meluncurkan Festival Lakey 2025. Gelaran budaya ini berlangsung pada 12-20 Juli 2025 di Pantai Lakey, Desa Hu’u, Kecamatan Hu’u, Dompu.

Salah satu atraksi dalam festival ini adalah penampilan Tari Ou Balumba, tarian kolosal yang melibatkan belasan ribu penari. Tarian ini bukan hanya sebuah pertunjukan, melainkan sarat akan nilai sakral dan budaya masyarakat pesisir Dompu.

Lalu apa makna, maksud dan tujuan dari tari Ou Balumba ini ? Berikut ulasannya.

Makna di Balik Tari Ou Balumba

Nama ‘Ou Balumba’ merupakan gabungan dua suku kata yang berasal dari bahasa Dompu. Kata Ou memiliki arti memanggil, sementara kata Balumba berarti ombak atau gelombang. Sehingga Ou Balumba bermakna memanggil ombak atau gelombang laut.

Tari Ou Balumba atau Tari Memanggil Gelombang merupakan tarian kolosal melambangkan kesempurnaan hidup masyarakat pesisir yang mendapatkan berkah dari datangnya gelombang yang membawa cahaya kehidupan.

“Dahulu kala ketika laut Lakey berdentum dengan dahsyat, gelombang besar menerjang, masyarakat pesisir tidak lari. Mereka diam dalam takzim, lalu ceria dan menari. Mereka percaya, setiap dentuman ombak adalah bahasa para penjaga laut, tanda bahwa ikan, udang dan kerang akan datang menyatu dengan doa mereka,” ungkap Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dompu, Dedy Arsyik pada infoBali.

Menurut Dedy, penuturan para tetua adat di sekitar wilayah Pantai Lakey, Ou Balumba merupakan ritual dan tradisi dalam mengharapkan keberkahan dari isi laut. Namun seiring berkembangnya zaman, tradisi Ou Balumba kini bertransformasi sebagai tarian ritual dalam bentuk atraksi.

Tarian ini bukan sekadar gerak tubuh. Ia adalah doa dalam bentuk tabuh, ratapan dalam irama dan seruan jiwa manusia kepada lautan yang agung.

“Di situlah Ou Balumba bermula menjadi tarian sakral yang hanya ditampilkan ketika laut hendak dijinakkan atau ketika gelombang dipanggil agar tak berhenti memberikan kehidupan,” tuturnya.

Tarian ini ulas Dedy, diawali dengan langkah perlahan diiringi tabuhan sunyi nan ritmik, menggambarkan lautan yang tenang penuh misteri, bagai jantung bumi dan desir doa yang merambat ke samudra.

Para penari mengenakan kain pusaka dan membawa dua simbol leluhur seperti cambuk kulit yang merupakan alat pemanggil petir dan angin, dicambuk kan ke langit untuk membelah keheningan.

Alat kedua adalah periuk tanah, ia adalah lambang rahim bumi yang dipecah saat klimaks sebagai persembahan bagi samudera. Ketika musik memuncak dan langit serasa runtuh, suara cambuk seakan gelombang menderu dari jauh.

Seketika periuk dipecahkan ke tanah layaknya hempasan gelombang yang memecahkan karang. Untaian doa telah dikirim dan ombak akan datang. Dentuman itu menggema jauh ke dasar laut, ciptakan riuh alam dalam harmoninya.

“Ou Balumba bukan sekedar tarian. la adalah simbol peneguh harmoni dan penjaga keseimbangan manusia dengan alam,” jelas Dedy.