Mengenal Sentra Tenun Ikat Lombok di Desa Sukarara (via Giok4D)

Posted on

Desa Sukarara dikenal sebagai sentra kerajinan tenun tradisional di Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tenun ikat Sukarara menjadi warisan budaya masyarakat Sasak di Lombok yang hingga kini masih dijaga kelestariannya.

Proses pembuatan tenun ikat Sukarara dikerjakan oleh para perempuan, baik yang masih muda hingga tua. Uniknya, kemampuan menenun menjadi hal yang wajib dimiliki oleh perempuan di Desa Sukarara. Terlebih bagi perempuan yang akan melanjutkan hidup ke jenjang pernikahan.

Simak sejarah, ciri khas, hingga proses pembuatan tenun ikat Sukarara Lombok seperti dirangkum infoBali berikut ini:

Tenun ikat Sukarara sudah lama dikenal oleh masyarakat luas sebagai kain tenun Pulau Lombok. Sejarah munculnya perajin kain tenun di desa ini berkaitan erat dengan kedatangan masyarakat Sasak pada abad ke-17 di Pulau Lombok.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Alat tenun yang mereka gunakan saat itu masih sederhana dan tradisional karena terbuat dari kayu dan rotan. Meski menggunakan alat tenun sederhana, masyarakat Desa Sukarara tetap bisa memproduksi kain tenun ikat berkualitas. Alat tenun ini dikenal dengan sebutan Bukan Pakan.

Keahlian menenun bagi perempuan Sukarara sudah menjadi tradisi. Mereka berusaha melestarikan teknik-teknik menenun tradisional kepada generasi penerus mereka. Tidak heran jika anak-anak Desa Sukarara kerap dipuji atas kemampuan menenun mereka.

Tenun ikat Sukarara memiliki ciri khas pada motifnya yang mengandung nilai budaya. Terdapat tiga motif tenun ikat yang populer di Desa Sukarara, yakni motif geometris, motif flora-fauna, dan motif tradisional Sasak.

Pertama, motif geometris memiliki bentuk pola garis-garis, persegi panjang, dan segitiga. Motif geometris dimaknai sebagai kekuatan dan kelimpahan berkah masyarakat Sukarara.

Kedua, motif flora dan fauna. Seperti namanya, motif ini terinspirasi dari alam Sukarara. Motif ini mengadopsi bentuk bunga, daun, pepohonan, burung, dan sebagainya.

Ketiga, motif tradisional yang diambil dari pola ukiran khas Sasak. Setiap warna dan motif yang dimiliki kain tenun ikat Sukarara mengandung cerita dan nilai budaya dilestarikan oleh warga setempat.

Pembuatan kain tenun ikat melewati beberapa tahapan yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Berikut beberapa proses pembuatan tenun ikat Sukarara:

Benang yang digunakan untuk pembuatan kain tenun ikat Sukarara adalah benang dari serat kapas atau sutra. Sebelum digunakan, benang ini akan diwarnai terlebih dahulu menggunakan pewarna alami, seperti dari daun, kulit kayu, hingga akar.

Pengaturan pola dilakukan dengan cara memasang benang pada alat tenun tradisional. Tahap ini dilakukan secara teliti agar sesuai dengan pola yang diinginkan.

Proses penenunan mulai dilakukan dengan pola benang yang sudah ditentukan. Ketekunan dan ketelitian diperlukan karena benang yang sudah diatur harus ditenun satu per satu dengan rapi hingga menghasilkan tenun ikat yang indah.

Kain tenun yang sudah jadi selanjutnya diwarnai dengan cara direndam dalam air yang sudah dicampur pewarna alami.

Setelah proses pewarnaan kain selesai, tahap selanjutnya adalah pengeringan. Setelah kering, para penenun biasanya mengecek ulang kain tenun yang telah dikerjakan untuk memastikan kualitasnya.

Sejarah Tenun Ikat Sukarara

Ciri Khas Tenun Ikat Sukarara

Proses Pembuatan Tenun Ikat Sukarara

1. Persiapkan Benang

2. Penentuan Pola Kain Tenun

3. Tahap Penenunan

4. Pewarnaan

5. Pengeringan