Kementerian ESDM Soroti Bali Blackout, PLTS Atap Jadi Salah Satu Solusi

Posted on

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyoroti kejadian pemadaman listrik total (blackout) di Bali pada Jumat (2/5/2025). Padahal, ketersediaan energi sangatlah vital, terutama pada sektor bisnis, rumah tangga, industri, dan juga layanan publik yang bergantung pada pasokan listrik.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, mengatakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap bisa menjadi solusi sehingga tetap bisa mendapatkan listrik ketika terjadi pemadaman.

“Dalam kondisi seperti ini, PLTS atap bisa menjadi salah satu solusi yang andal dan berkelanjutan karena mampu menyediakan sumber energi alternatif secara mandiri,” ujar Andriah saat peresmian PLTS Atap Swiss-Belresort Pecatu, Badung, Rabu (21/5/2025).

PLTS atap, jelas Andriah, merupakan salah satu program yang didorong pemerintah untuk mencapai target energi terbarukan. Terlebih, Indonesia memiliki cukup banyak potensi dari energi terbarukan.

“Di Bali sendiri pemanfaatan PLTS atap pelanggan kurang lebih mencapai 8,33 MW yang berasal dari 532 pelanggan. Cukup banyak juga dan ini umumnya berasal dari sektor rumah tangga dan juga dari sektor bisnis,” tutur Andriah.

Penggunaan PLTS atap ini tidak hanya memperkuat citra Bali sebagai pulau hijau yang berkomitmen pada pariwisata berkelanjutan. Tetapi, juga berperan penting dalam memperkuat energi lokal.

Andriah menuturkan kuota PLTS atap di Bali kurang lebih 6,9 MW dan baru terpakai 2,5 MW selama periode Januari dan Juli 2025. Sehingga, masih banyak kuota yang belum termanfaatkan.

“Ini mungkin menjadi concern dari pemerintahan daerah. Apalagi dengan semangatnya untuk bisa mewujudkan Bali mandiri energi ini merupakan salah satu langkah yang bisa kita lakukan bersama untuk bisa mendorong PLTS atap,” tutur Andriah.

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Bali, Ida Bagus Setiawan, meminta kepada Kementerian ESDM dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) agar diberikan kebijakan khusus. Tujuannya agar pemenuhan kuota PLTS atap tidak dibatasi dengan durasi waktu.

“Di Bali ini kan banyak pertimbangan teknis, selain kalau pemasangan perlu juga mungkin hari baik. Tujuannya supaya bisa kearifan lokal dikuatkan dan bisa berkelanjutan. Ini kadang-kadang nggak match dengan jadwal di Januari dan Juli,” ungkap Setiawan.

Setiawan menjelaskan selama ini pemanfaatan PLTS atap di Bali banyak didominasi dari sektor pariwisata. Selain itu, sektor pemerintahan juga telah mulai memberikan contoh untuk melakukan pemanfaatan PLTS atap.