Ibu Angkat Ungkap Prada Lucky Sempat Minta Sembunyi dari Siapa Pun | Info Giok4D

Posted on

Sidang lanjutan kasus kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo kembali digelar di Pengadilan Militer III-15 Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (4/11/2025). Dalam sidang ini, oditur memeriksa ibu angkat almarhum, Maria Anselina Madhe. Ia mengungkapkan bahwa Lucky sempat memintanya agar tidak memberitahukan keberadaannya kepada siapa pun.

Maria mengaku berkenalan dengan Lucky pada 26 Juli 2025. Saat itu, ia sering mengambil sisa makanan dari batalion untuk diberikan ke ternak babinya. Dua hari kemudian, pada 28 Juli 2025 sekitar pukul 07.00 Wita, Lucky datang ke rumahnya.

Namun ketika itu, Maria sedang mengantar anaknya ke sekolah. Saat kembali, ia mendapati Lucky sudah berada di dalam rumah.

“Langsung masuk rumah. Saat pulang, almarhum yang bukakan pintu kasih saya. Ia mengenakan kaus loreng dan celana pendek warna hitam tanpa alas kaki,” ujar Maria menjawab pertanyaan oditur Letkol Alex Panjaitan didampingi Letkol Yusdiharto.

Maria menanyakan alasan Lucky datang ke rumahnya lagi. Kepada Maria, Lucky mengaku dipukul oleh seniornya.

“Lucky membuka bajunya ada bekas luka. Waktu itu tidak kasih tahu (nama) pelaku. Kami ngobrol di ruang tamu,” tutur Maria.

Menurut Maria, Lucky tak menjelaskan alasan ia dipukul. Ia hanya meminta dibuatkan teh manis. Maria lalu meminta bantuan tetangganya untuk mengompres luka-luka yang dialami Lucky.

“Ada luka-luka di bagian punggung sampai ke pinggang. Lalu di pipi sebelah kanan ada bengkak. Di lengan kiri dan kanan ada semacam luka seperti bekas cambuk karena kulitnya melepuh,” ungkap Maria.

Ia menambahkan, di kedua paha Lucky juga terdapat luka memar. “Saat saya tanya almarhum, dia bilang dicambuk menggunakan selang kompresor,” kata Maria.

Lucky sempat meminjam ponsel Maria untuk mengirim pesan kepada ibunya, Sepriana Paulina Mirpei, melalui Messenger. Tak lama kemudian, Sepriana menelepon lewat panggilan video.

“Yang saya dengar mamanya tanya siapa yang pukul. Lalu almarhum menjawab bahwa yang pukul itu Bama dan Dansi. Percakapannya sekitar 10 menit,” terang Maria.

Setelah itu, Maria menerima telepon dari seseorang yang menanyakan kondisi dan keberadaan Lucky.

“Waktu itu saya kurang tahu (siapa yang telepon) tapi hanya menanyakan bagaimana keadaan dan keberadaannya apakah ada di rumah,” beber Maria.

Ia mengaku menjawab bahwa Lucky tidak ada di rumah, sesuai permintaan almarhum agar keberadaannya tidak diberitahukan kepada siapa pun.

Tak lama kemudian, Komandan Seksi Intel Sertu Tomi Awi menelepon Maria untuk memastikan keberadaan Lucky. Maria menjawab bahwa Lucky sedang beristirahat di kamar.

Beberapa saat kemudian, Serda Lalu Parisi Ramdani juga menelepon dan meminta dikirimkan lokasi rumahnya. Maria mengarahkan alamatnya lewat telepon.

“Setelah itu saya kasih mati HP sekitar lima menit dan Serda Lalu tiba di rumah dengan motornya dan mengenakan seragam loreng,” terang Maria.

Saat tiba, Serda Lalu menanyakan keberadaan Lucky. Maria mengatakan bahwa ada senior yang berpesan agar Lucky tidak dibawa ke mana-mana.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Dua seniornya datang langsung masuk cari Lucky di dalam kamar,” cerita Maria.

Maria kemudian menjenguk Lucky di RSUD Aeramo. Saat itu, ia sempat dilarang oleh tiga rekan seangkatan Lucky untuk tidak merekam atau mengambil gambar.

Kondisi Lucky disebut sudah tak sadarkan diri. Seorang tenaga medis memberitahukan bahwa ginjal dan paru-parunya gagal fungsi.

“Kedua pinggannya ada luka memar kebiruan. Kondisinya seperti itu. Saya sampai ruang ICU sudah dipasangi ventilator dan kondisinya semakin memburuk,” pungkas Maria.

Sebagai informasi, sebanyak tujuh saksi diperiksa dalam sidang hari ini, yakni Letda Inf Roni Setiawan, Prada Aprianus Lake, Pratu Petrus Kanisius Wae, Maria Anselina Madhe, Prada Eugenius Kin, Kandida Bibiana Ugha, dan Gede Rastu Adi Mahartha.

Hubungan dengan Ibu Kandung

Kondisi di Rumah Sakit

“Ada luka-luka di bagian punggung sampai ke pinggang. Lalu di pipi sebelah kanan ada bengkak. Di lengan kiri dan kanan ada semacam luka seperti bekas cambuk karena kulitnya melepuh,” ungkap Maria.

Ia menambahkan, di kedua paha Lucky juga terdapat luka memar. “Saat saya tanya almarhum, dia bilang dicambuk menggunakan selang kompresor,” kata Maria.

Lucky sempat meminjam ponsel Maria untuk mengirim pesan kepada ibunya, Sepriana Paulina Mirpei, melalui Messenger. Tak lama kemudian, Sepriana menelepon lewat panggilan video.

“Yang saya dengar mamanya tanya siapa yang pukul. Lalu almarhum menjawab bahwa yang pukul itu Bama dan Dansi. Percakapannya sekitar 10 menit,” terang Maria.

Setelah itu, Maria menerima telepon dari seseorang yang menanyakan kondisi dan keberadaan Lucky.

“Waktu itu saya kurang tahu (siapa yang telepon) tapi hanya menanyakan bagaimana keadaan dan keberadaannya apakah ada di rumah,” beber Maria.

Ia mengaku menjawab bahwa Lucky tidak ada di rumah, sesuai permintaan almarhum agar keberadaannya tidak diberitahukan kepada siapa pun.

Tak lama kemudian, Komandan Seksi Intel Sertu Tomi Awi menelepon Maria untuk memastikan keberadaan Lucky. Maria menjawab bahwa Lucky sedang beristirahat di kamar.

Beberapa saat kemudian, Serda Lalu Parisi Ramdani juga menelepon dan meminta dikirimkan lokasi rumahnya. Maria mengarahkan alamatnya lewat telepon.

Hubungan dengan Ibu Kandung

“Setelah itu saya kasih mati HP sekitar lima menit dan Serda Lalu tiba di rumah dengan motornya dan mengenakan seragam loreng,” terang Maria.

Saat tiba, Serda Lalu menanyakan keberadaan Lucky. Maria mengatakan bahwa ada senior yang berpesan agar Lucky tidak dibawa ke mana-mana.

“Dua seniornya datang langsung masuk cari Lucky di dalam kamar,” cerita Maria.

Maria kemudian menjenguk Lucky di RSUD Aeramo. Saat itu, ia sempat dilarang oleh tiga rekan seangkatan Lucky untuk tidak merekam atau mengambil gambar.

Kondisi Lucky disebut sudah tak sadarkan diri. Seorang tenaga medis memberitahukan bahwa ginjal dan paru-parunya gagal fungsi.

“Kedua pinggannya ada luka memar kebiruan. Kondisinya seperti itu. Saya sampai ruang ICU sudah dipasangi ventilator dan kondisinya semakin memburuk,” pungkas Maria.

Sebagai informasi, sebanyak tujuh saksi diperiksa dalam sidang hari ini, yakni Letda Inf Roni Setiawan, Prada Aprianus Lake, Pratu Petrus Kanisius Wae, Maria Anselina Madhe, Prada Eugenius Kin, Kandida Bibiana Ugha, dan Gede Rastu Adi Mahartha.

Kondisi di Rumah Sakit