Hati-hati! Ini 11 Bidah yang Kerap Dilakukan Saat Muharram

Posted on

Tahun Baru Islam diperingati setiap Muharram, salah satu dari empat bulan yang dimuliakan bersama Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Namun, masih banyak praktik-praktik yang tidak sesuai dengan syariat Islam atau disebut bid’ah yang dilakukan menjelang atau saat Muharram.

Bidah sendiri merupakan hal yang ditambahkan dalam agama tanpa adanya dasar atau contoh yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah 11 praktik bidah yang sering ditemukan saat Muharram sebagaimana dilansir dari laman muslim.or.id.

Banyak pasangan atau orang tua yang enggan melangsungkan pernikahan saat Muharram karena percaya akan mengalami kesialan atau bahkan kegagalan pada rumah tangganya. Padahal, tidak ada dalil dalam Islam yang mengatakan hal ini. Semua bulan dalam Islam adalah baik. Kesialan atau keberuntungan rumah tangga tidak ditentukan oleh bulan pernikahan.

Tidak ada dalil khusus, baik dari Al-Qur’an maupun hadis yang menentukan zikir tertentu untuk menyambut tahun baru Hijriah. Syekh Bakr Bin Abdillah Abu Zaid menjelaskan tidak ada dalam syariat Islam mengajari doa atau zikir untuk awal tahun.

“Manusia zaman sekarang banyak membuat bid’ah berupa doa, zikir atau tukar menukar ucapan selamat. Demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan salat, zikir atau do’a, puasa akhir tahun dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali.”

Merayakan tahun baru secara khusus tidak pernah dikatakan maupun dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Momen tahun baru ini alangkah baiknya digunakan untuk mengenang hijrah nabi dari Makkah ke Madinah dan hijrah memperbaiki diri agar ke depannya menjadi pribadi yang lebih baik dan dekat dengan Allah.

Puasa khusus pada awal tahun tidak pernah diajarkan Nabi Muhammad SAW dan tidak ada dalilnya. Banyak orang yang akan berdalil dari hadits berikut.

مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ, وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ, فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ بِصَوْمٍ وَافْتَتَحَ السَّنَةَ الْمُسْتَقْبَلَةَ بِصَوْمٍ, جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَّارَةً خَمْسِيْنَ سَنَةً

Barangsiapa yang puasa pada akhir hari Dzulhijjah dan puasa awal tahun pada bulan Muharram, maka dia telah menutup akhir tahun dengan puasa dan membuka awal tahunnya dengan puasa. Semoga Allah menghapuskan dosanya selama lima puluh tahun!!”.

Hadits ini adalah hadits yang palsu. Syekh Al-Albani mengategorikan hadis ini sebagai maudhu’ (palsu) karena tidak memiliki sanad yang jelas, isinya berlebihan (menjanjikan ampunan 50 tahun hanya dengan dua hari puasa), dan tidak ditemukan dalam kitab hadis utama, seperti Shahih Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Abu Dawud.

Menyambut malam pertama dalam bulan Muharram tidak ada dalilnya dan termasuk bid’ah. Syekh Abu Syamah berkata “tidak ada keutamaan sama sekali pada malam pertama bulan Muharram. Aku sudah meneliti atsar-atsar yang shahih maupun yang lemah dalam masalah ini. Bahkan, dalam hadits-hadits yang palsu juga tidak disebutkan. Aku khawatir, aku berlindung kepada Allah bahwa perkara ini hanya muncul dari seorang pendusta yang membuat-buat hadits”.

Asyura adalah hari ke-10 saat Muharram. Sangat banyak bid’ah yang biasanya dibuat pada hari Asyura, termasuk menghidupkan malam hari Asyura dengan salat, doa, zikir, atau sekadar berkumpul-kumpul. Amalan-amalan ini tidak ada tuntunan yang menganjurkannya.

Syekh Bakr Abu Zaid berkata “termasuk bentuk bid’ah zikir dan doa adalah menghidupkan malam hari ‘Asyuro dengan zikir dan ibadah. Mengkhususkan doa pada malam hari ini dengan nama doa hari Asyuro yang konon katanya barangsiapa yang membaca doa ini tidak akan mati tahun tersebut. Atau membaca surah al-Qur’an yang disebutkan nama Musa pada salat subuh hari ‘Asyuro. Semua ini adalah perkara yang tidak dikehendaki oleh Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin”.

Salat asyuro merupakan berasal dari hadis palsu (maudhu’) dan tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. As-Syuqoiry berkata “Hadits salat ‘Asyura adalah hadits palsu. Para perawinya tidak dikenal sebagaimana disebutkan oleh as-Suyuti dalam al-Aala’I al-Mashnu’ah. Tidak boleh meriwayatkan hadits ini, lebih-lebih sampai mengamalkannya”.

Doa asyuro tidak ada dalilnya, baik dari nabi maupun sahabatnya. Doa ini sering kali dinilai berlebihan dan tak berdasar, seperti “barangsiapa yang mengucapkan HasbiyAllah wa Ni’mal Wakil an-Nashir sebanyak tujuh puluh kali pada hari ‘Asyuro, maka Allah akan menjaganya dari kejelekan pada hari itu”. Bahkan, sebagian syekh sufi ada yang mengatakan, barangsiapa yang membaca doa ini pada hari Asyura dia tidak akan mati pada tahun tersebut.

Hal ini tentunya tidak sesuai dengan syariat islam karena Allah telah berfirman:

إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Sesungguhnya, ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan kalau kamu Mengetahui. (QS.Nuh: 4)

Kelompok Syi’ah sering kali memperingati Hari Kematian Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW dengan berduka, mengadakan upacara, dan demonstrasi ke jalan. Mereka akan memukul tubuh dari pipi, dada, punggung, kemudian menangis dan berteriak histeris sambil menyebut ‘Ya Husain, Ya Husain!’. Bahkan, pada 10 Muharram mereka biasanya memukul diri menggunakan pecut dan pedang hingga tubuhnya berlumuran darah

Menanggapi hal ini, al-Hafizh Ibnu Rojab mengatakan “adapun menjadikan hari Asyuro sebagai hari kesedihan/ratapan sebagaimana dilakukan oleh kaum Rafidhah karena terbunuhnya Husain bin Ali, maka hal itu termasuk perbuatan orang yang tersesat usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan dia mengira berbuat baik. Allah dan rasulNya saja tidak pernah memerintahkan agar hari musibah dan kematian para Nabi dijadikan ratapan, lantas bagaimana dengan orang yang selain mereka?”.

Sebaliknya, ada juga praktik bidah yang menampakkan kegembiraan dengan menghidangkan makanan berlebihan dari biasanya dan memakai pakaian bagus. Tak ada satu dalil pun yang membolehkan acara seperti ini diadakan. Acara ini berlawanan dari hari kesedihan atas terbunuhnya Husein, kontra dengan orang-orang Syiah. Acara ini tidak dibenarkan karena bid’ah yang ada tidak boleh dilawan dengan bid’ah yang baru.

Ketika tiba hari Asyura, kita jarang melihat orang melakukan ritual dalam menyambut hari istimewa ini. Adat seperti meminta dari benda atau makhluk hidup lain yang dianggap sakti tentunya termasuk dalam kesyirikan.

1. Menikah Saat Muharram Dianggap Sial

2. Zikir Khusus untuk Awal Tahun

3. Perayaan Tahun Baru Hijriyah

4. Puasa Awal Tahun Hijriyah

5. Menyambut Malam Pertama Muharram dengan Amalan Khusus

6. Merayakan Malam Hari Asyura

7. Salat Asyuro

8. Doa khusus pada Hari Asyuro

9. Memperingati Hari Kematian Husein

10. Memperingati Hari Suka Cita

11. Berbagai Ritual Syirik di Hari Asyura