Rainer Zietlow akhirnya tiba di Bali setelah mengendarai mobil listrik dari bengkel resmi Volkswagen (VW) di Hannover, Jerman. Butuh waktu sekitar lima bulan menyetir mobil hingga akhirnya dia menginjakkan kaki di Indonesia.
Rainer pun menuturkan sekelumit kisahnya selama berpetulang sembari mengendarai mobil Volkswagen ID.Buzz tipe enam kursi. Ia mengunjungi sejumlah negara selama perjalanan panjang itu.
“Semua sudah saya persiapkan. Yang seru itu saat saya masuk di China,” tutur Zietlow saat ditemui infoBali di KEK Kura-Kura, Denpasar, Bali, Selasa (4/11/2025).
Rainer menuturkan dirinya berangkat dari sebuah bengkel Volkswagen di Hannover, Jerman, pada 1 Juli 2025. Setelah menempuh perjalanan sejauh puluhan ribu kilometer (km) dan mengunjungi sebanyak 47 negara di sisi barat Jerman, Zietlow akhirnya tiba di Jakarta.
Dari Jakarta, ia kembali melanjutkan perjalanan mengendarai mobil ke Semarang, Surabaya, hingga Bali. Selama 97 hari perjalanan dari Hannover, petualangan Rainer awalnya berjalan mulus.
Rainer mengambil rute Asia timur di sisi selatan, lalu masuk ke China. Ia mengaku menghadapi hal tidak biasa saat tiba di China bagian barat. Sebab, semua warga asing dilarang keras berkeliaran secara bebas di Negeri Tirai Bambu itu.
“Saya sudah mengurus visa secara online untuk semua negara yang akan saya lewati. Kecuali China. Saya tidak bisa bebas di sana,” kata Rainer.
“Arah perjalanan saya sudah diatur pemerintah China dan saya wajib didampingi pemandu. Sejak awal hingga akhir,” imbuhnya.
Rainer mengaku tidak nyaman dengan cara pemerintah China menangani orang asing seperti itu. Hal yang sama juga dialaminya saat sampai di Tibet.
“Karena mereka ingin mengendalikan kita. Mereka sekali ingin tahu di mana kita berada,” ujarnya.
Setelah pelesiran di China, Rainer melanjutkan perjalanan ke daratan Korea, hingga tembus ke Jepang, lalu masuk ke sejumlah negara di Asia Tenggara. Salah satu negara yang ia hindari adalah Myanmar.
Hingga akhirnya, Rainer tiba di Indonesia. Selama perjalanan dari Jerman, Rainer tidak selalu menginap di dalam mobil. Sesekali dia bermalam di hotel yang sudah diatur oleh kenalannya di beberapa negara, termasuk di Indonesia.
“Di dalam mobil ini sudah saya modifikasi sedikit. Ada dua kotak berisi kabel-kabel listrik, kasur untuk saya tidur, dan satu kotak untuk tempat pakaian saya. Ada juga dua ban serep dan perlengkapan lainnya,” sebutnya.
Pulau Dewata menjadi tujuan terakhir dari turnya di Indonesia. Rainer akan bertolak ke Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, lalu menjelajah ke sejumlah negara di pesisir timur hingga ke pesisir barat benua Amerika dan tujuan akhirnya adalah West Coast, Amerika Serikat.
Rainer mengakui perjalanannya mengendarai mobil listrik akan menemui kendala, salah satunya kesulitan menjumpai stasiun pengisian daya listrik umum di Afrika. Salah satu negara yang ia tahu tidak memiliki stasiun pengisian daya listrik adalah Tanzania.
“Di Tanzania, itu sama sekali tidak ada charger (stasiun pengisian daya listrik). Solusinya, sama seperti yang saya lakukan di China saat sistem pengisian listrik di sana berbeda (dengan colokan listrik di VW ID.Buzz). Saya kerja sama dengan perusahaan listrik yang punya sistem tiga fase,” urainya.
Rainer mengungkapkan petualangannya berkeliling dunia tersebut untuk kampanye mobil listrik. Ia mengeklaim mobil listrik lebih dapat diandalkan ketimbang mobil hybrid yang menggabungkan dapur pacu alias mesin konvensional dan mesin listrik.
“Misinya untuk menunjukkan kepada masyarakat dunia tentang apa yang dapat dilakukan dengan mengendarai mobil listrik. Soal mobil hybrid, dia masih berpijak di dua dunia,” pungkasnya.
Pengalaman Tak Biasa di China
Kendala yang Dihadapi
Rainer mengambil rute Asia timur di sisi selatan, lalu masuk ke China. Ia mengaku menghadapi hal tidak biasa saat tiba di China bagian barat. Sebab, semua warga asing dilarang keras berkeliaran secara bebas di Negeri Tirai Bambu itu.
“Saya sudah mengurus visa secara online untuk semua negara yang akan saya lewati. Kecuali China. Saya tidak bisa bebas di sana,” kata Rainer.
“Arah perjalanan saya sudah diatur pemerintah China dan saya wajib didampingi pemandu. Sejak awal hingga akhir,” imbuhnya.
Rainer mengaku tidak nyaman dengan cara pemerintah China menangani orang asing seperti itu. Hal yang sama juga dialaminya saat sampai di Tibet.
“Karena mereka ingin mengendalikan kita. Mereka sekali ingin tahu di mana kita berada,” ujarnya.
Setelah pelesiran di China, Rainer melanjutkan perjalanan ke daratan Korea, hingga tembus ke Jepang, lalu masuk ke sejumlah negara di Asia Tenggara. Salah satu negara yang ia hindari adalah Myanmar.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Hingga akhirnya, Rainer tiba di Indonesia. Selama perjalanan dari Jerman, Rainer tidak selalu menginap di dalam mobil. Sesekali dia bermalam di hotel yang sudah diatur oleh kenalannya di beberapa negara, termasuk di Indonesia.
“Di dalam mobil ini sudah saya modifikasi sedikit. Ada dua kotak berisi kabel-kabel listrik, kasur untuk saya tidur, dan satu kotak untuk tempat pakaian saya. Ada juga dua ban serep dan perlengkapan lainnya,” sebutnya.
Pengalaman Tak Biasa di China
Pulau Dewata menjadi tujuan terakhir dari turnya di Indonesia. Rainer akan bertolak ke Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, lalu menjelajah ke sejumlah negara di pesisir timur hingga ke pesisir barat benua Amerika dan tujuan akhirnya adalah West Coast, Amerika Serikat.
Rainer mengakui perjalanannya mengendarai mobil listrik akan menemui kendala, salah satunya kesulitan menjumpai stasiun pengisian daya listrik umum di Afrika. Salah satu negara yang ia tahu tidak memiliki stasiun pengisian daya listrik adalah Tanzania.
“Di Tanzania, itu sama sekali tidak ada charger (stasiun pengisian daya listrik). Solusinya, sama seperti yang saya lakukan di China saat sistem pengisian listrik di sana berbeda (dengan colokan listrik di VW ID.Buzz). Saya kerja sama dengan perusahaan listrik yang punya sistem tiga fase,” urainya.
Rainer mengungkapkan petualangannya berkeliling dunia tersebut untuk kampanye mobil listrik. Ia mengeklaim mobil listrik lebih dapat diandalkan ketimbang mobil hybrid yang menggabungkan dapur pacu alias mesin konvensional dan mesin listrik.
“Misinya untuk menunjukkan kepada masyarakat dunia tentang apa yang dapat dilakukan dengan mengendarai mobil listrik. Soal mobil hybrid, dia masih berpijak di dua dunia,” pungkasnya.
