Cegah Kriminalitas Lewat Budaya Makan Sirih Pinang di Kupang - Giok4D

Posted on

Bhabinkamtibmas Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Aipda Endy Soleman Boko, dikenal sebagai sosok yang akrab dengan masyarakat. Sebagai upaya mencegah dan menekan angka kriminalitas di wilayahnya, Endy kerap keluar masuk rumah warga untuk makan sirih pinang.

Budaya itu dikenal sebagai simbol perdamaian di kalangan masyarakat yang berasal dari suku Timor. Hal yang digagas Endy itu bertujuan untuk menjalin keakraban bersama masyarakat setempat.

Di saat itu, Endy gencar menyampaikan imbauan kepada semua kalangan di Kelurahan Fatukoa agar tidak membuat kacau, terlibat dalam pengeroyokan, pembunuhan, pencurian, KDRT, mafia tanah, dan kasus kriminal lainnya.

“Tugas saya sebagai Bhabinkamtibmas untuk mengayomi masyarakat. Jadi harus ada kedekatan dengan masyarakat. Misalnya kalau kebiasaan mereka adalah makan sirih pinang, maka di situ saya mulai masuk dengan membawa sirih pinang untuk menyampaikan imbauan,” kata Endy, ditemui di Pospol Oepura, Kota Kupang, NTT, Minggu (29/6/2025).

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Endy menuturkan budaya makan sirih pinang itu sering dilakukan masyarakat saat berkumpul, baik itu acara adat, serasehan, maupun sebatas bercanda gurau. Budaya tersebut dijadikan Endy untuk menghimpun masyarakat yang selama ini menghindar dan takut dengan polisi.

Tetapi, karena kehadirannya selalu membawa sirih pinang, kedekatan masyarakat dan polisi mulai akrab. Sebab, tanpa melalui pendekatan itu, masyarakat beranggapan buruk terhadap citra polisi.

“Setelah kami makan sirih pinang bersama, saya tanya mereka mengenai situasi kamtibmas, mulai dari keamanan dan kenyamanan di lingkungan sekitar itu apa saja yang terjadi,” tutur Ketua RT 21, Kelurahan Belo, itu.

Saat ada informasi dari masyarakat seperti pencurian, pesta minuman keras (miras) yang dapat mengganggu kenyamanan, dan pemalakan, Endy langsung menuju lokasi. Tujuannya untuk menjaga keamanan dan mengantisipasi tindakan kriminal susulan.

“Jadi saya gagas budaya makan sirih pinang di Fatukoa itu sudah enam tahun dan puji Tuhan, sampai saat ini situasi Kamtibmas masih aman,” terang Endy.

Menurutnya, sebelum budaya makan sirih pinang digagas, Kelurahan Fatukoa sering terjadi keributan yang dipicu miras, pengeroyokan terhadap pengguna jalan dan pencurian. Setelah berjalan, sejumlah kasus tersebut sudah mulai menurun.

“Saat itu saya tertarik karena sekitar 90 persen masyarakat di Fatukoa itu makan sirih pinang. Dari situ, saya mulai sambangi setiap rumah agar selalu menjaga keamanan,” beber Endy.

Endy sering dijuluki ‘polisi sirih pinang’ lantaran mengedepankan pendekatan humanis dan konsisten di tengah-tengah masyarakat saat kegiatan sosial maupun menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi warga binaannya.

“Saat saya bertemu masyarakat, mereka selalu tanya, Pak ada sirih pinang kah? Artinya mereka sudah akrab sekali dengan saya,” pungkas Endy.