Serangan hama tikus yang meningkat di sejumlah lahan produktif membuat petani di Badung resah. Ancaman gagal panen pun menghantui mereka.
Dinas Pertanian dan Pangan (Diperpa) Badung bergerak cepat menghadapi situasi ini. Tidak lagi hanya mengandalkan cara konvensional, petugas kini memanfaatkan burung hantu sebagai senjata alami pengendali hama.
“Kami memanfaatkan burung hantu, salah satunya untuk pengendalian hama tikus. Petani melaporkan populasi tikus-tikus meningkat di lahan mereka,” kata Kepala Diperpa Badung, I Wayan Wijana, Minggu (9/11/2025).
Wijana menjelaskan, serangan hama tikus terpantau di lahan pertanian Subak Mungkagan, Desa Sembung, Kecamatan Mengwi. Tim Diperpa telah diterjunkan ke lokasi untuk melakukan penanganan.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Kami menerima laporan dari petani di Subak Mungkagan mengenai serangan hama tikus itu. Saat ini memang hampir di seluruh wilayah Bali, termasuk Badung juga mengalami hal serupa,” ujarnya.
Menurut Wijana, langkah pelepasan burung hantu menjadi solusi efektif dan ramah lingkungan. Burung pemangsa nokturnal ini dilepas di sejumlah subak untuk menekan populasi tikus secara alami dan berkelanjutan.
“Di tiap titik yang dilaporkan itu, biasanya ada tiga pasang burung (enam ekor) yang kami lepaskan. Ini langkah pengendalian alami menjaga keseimbangan ekosistem,” tegasnya.
Wijana menuturkan, populasi burung hantu di Badung kini meningkat. Ia mengapresiasi para petani yang berperan aktif melindungi burung hantu sebagai bagian dari upaya menjaga ekosistem pertanian.
“Karena itu, kami mendorong seluruh petani di Badung untuk mencontoh, melakukan pengendalian serentak,” katanya.
Selain itu, Diperpa juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan saluran irigasi agar tidak menjadi sarang tikus. “Kalau dibiarkan kotor, tidak terawat, maka tikus akan mudah menjadikannya sarang,” sambung Wijana.
Untuk mempercepat penanganan, Diperpa membentuk tim khusus, yakni Unit Reaksi Cepat (URC) Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan URC Pengendalian Penyakit Hewan Ternak.
“Masing-masing dilengkapi mobil URC. Kami juga memanfaatkan drone pertanian untuk memantau lahan dan penyemprotan obat. Kami ingin sektor pertanian di Badung tetap bertahan, berkembang, dan menjadi penopang utama ketahanan pangan,” tegasnya.
