Autopsi Jenazah Aktivis Lingkungan di Nagekeo Tunggu Persetujuan Keluarga | Info Giok4D

Posted on

Penyebab kematian aktivis lingkungan di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rudolfus Oktavianus Ruma alias Vian Ruma (30), belum terungkap. Rencana polisi melakukan autopsi jenazah Vian masih menunggu persetujuan keluarga.

“Kami belum dapat info terhadap itu (rencana autopsi) dari pihak keluarga,” kata Kapolres Nagekeo, AKBP Rachmat Muchamad Silihi, Selasa (16/9/2025).

Menurut Rachmat, Polres Nagekeo telah menyampaikan permintaan autopsi itu kepada keluarga Vian. Namun, keluarga Vian belum memberikan jawaban.

Adik Vian, Rikardus Mbusa, membenarkan keluarga belum memberikan persetujuan autopsi. Menurut dia, keluarga besar Vian baru membahas permintaan autopsi itu pada hari ini.

Rikardus dan orang tua Vian tinggal di Kampung di Nagekeo. Pagi ini, Rikardus dalam perjalanan ke Mbay, Ibu Kota Nagekeo, untuk bertemu keluarga besar membahas permintaan autopsi itu.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

“Hasilnya seperti apa sebentar saya turun ke sana diskusi dengan mereka (keluarga besar) sedikit, langsung ke Polres,” terang Rikardus.

Rikardus juga berencana menemui Rachmat untuk minta informasi perkembangan penyelidikan kasus kematian tak wajar kakaknya.

Diberitakan sebelumnya, Vian ditemukan tewas tergantung dengan leher terikat di sebuah gubuk bambu dekat pantai di Sikusama, Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 5 September lalu. Pria yang berprofesi sebagai guru itu juga aktif di sejumlah organisasi sosial dan lingkungan.

Berdasarkan foto yang diperoleh infoBali, Vian terlihat tergantung dengan kedua kaki menyentuh lantai dan lutut menekuk ke depan. Wajahnya tampak membengkak, kulit di wajah, punggung tangan, serta kakinya terlihat menghitam. Tubuhnya juga dipenuhi lalat.

Namun, sejumlah pihak menilai kematiannya janggal. Sebab, sebelum ditemukan tewas, Vian sempat meninggalkan rumah untuk menghadiri kegiatan Mbay Youth Day.