Turis asal Malaysia, Amirah Bazil Binti Ahmad Kamal (35), terseret arus saat menyelam (diving) di perairan Crystal Rock, Gili Lawa, Taman Nasional (TN) Komodo, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), ditemukan selamat oleh kapal wisata, Minggu (29/6/2025). Terungkap, alat keselamatan menyelam yang dipakai Amirah dalam kondisi rusak.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gabungan Pengusaha Wisata Bahari dan Tirta Indonesia (Gahawisri) Labuan Bajo, Budi Widjaja, mengungkapkan Amirah mengalami insiden itu karena alat keselamatan menyelam bernama BCD, mengalami gangguan.
“Problem BCD tidak bisa decent (berfungsi baik),” ungkap Budi, Minggu.
Budi salah satu potensi SAR yang ikut mengevakuasi Amirah. Ia mendengar langsung pengakuan Amirah di kapal. BCD adalah peralatan diving yang berfungsi sebagai pengendali daya apung. BCD ini membantu seseorang naik dan turun saat menyelam.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Tidak bisa naik atau turun, menjadi sulit. BCD itu seperti baju pelampung yang bisa dikembang-kempiskan dan tempat mengikat tabung ke badan,” jelas Budi.
Ia mengatakan BCD itu diketahui tak berfungsi dengan baik saat awal-awal Amirah mulai menyelam. Namun, Amirah tetap menggunakannya. Budi menyebut sejumlah faktor yang membuat BCD itu rusak.
“Banyak faktor, mungkin ada bagian yang terlipat sehingga udara dalam BCD tidak bisa keluar, bisa juga karena kurang pemberat, bisa juga kurang kurang paham teknis membuang udara,” urai Budi.
Menurut Budi, Amirah nekat menyelam walaupun tahu BCD yang digunakannya tak berfungsi dengan baik. Amirah pun tak bisa monitor kedalaman saat menyelam. Budi menyebut Amirah menyelam pada kedalaman 40 meter hingga menyentuh dasar laut. Dia pun ketinggalan teman-temannya.
Saat kembali ke permukaan, Amirah mengalami kesulitan karena BCD tak berfungsi dengan baik. Saat naik ke permukaan itulah, Amirah terseret arus.
“Visibility rendah plus disoriented, sempat turun ke dasar pasir 40 meter. Terus naik pelan-pelan. Pas naik terbawa arus dan menepi di ujung pulau,” jelas Budi.
“Visibility itu jarak pandang rendah. Disoriented, dia mengalami kebingungan, tidak bisa menentukan arah. Ini sering terjadi karena udara, menjadi seperti sedang mabuk di bawah air,” lanjut dia.
Budi mengatakan Amirah terseret arus sejauh sekitar satu kilometer ke arah pantai. Kru kapal sempat mencarinya selama dua jam tapi tak ditemukan. Beruntung ada kapal wisata lain yang melintas dekat Amirah, sehingga dia bisa tertolong.
Budi menilai insiden itu terjadi akibat kecerobohan Amirah. Dia tetap menyelam walaupun tahu BCD yang digunakannya mengalami gangguan.
“Intinya kesalahan si penyelam sendiri dalam kasus ini. Beruntung berhasil ditemukan, kalau tidak mengalami hal-hal lebih buruk,” tegas Budi.
“Ketinggalan sama yang lain tapi masih maksa tanpa jarak pandang yang jelas keberadaan temannya,” lanjut dia.
Budi mengingatkan menyelam adalah olahraga berbahaya. Ada asuransi khususnya untuk penyelam. Setiap wisatawan yang mau trip diving, dia berujar, wajib menandatangani surat pernyataan bahwa kapal tidak bertanggung jawab apabila penyelam meninggal akibat olahraga yang dilakukannya sendiri.
Menurut dia, setiap penyelam seharusnya sudah mengikuti pelatihan hingga terampil menyelam. “Sehingga pelatihan dan ketrampilan sangat dibutuhkan. Oleh karena itu secara international sudah diatur untuk sertifikasi penyelam dan ada berbagai level atau tingkatan,” tandas Budi.
Diberitakan sebelumnya, Amirah menyelam bersama sejumlah rekannya di perairan Chrystal Rock Gili Lawa sekitar pukul 06.45 Wita. “Korban terseret arus dan hilang terpisah dari rekan-rekan penyelamnya,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Maumere selaku SAR Mission Coordinator (SMC), Fathur Rahman, Minggu.
Teman-teman korban sudah berupaya mencari keberadaannya. Namun, Amirah tak berhasil ditemukan. Insiden itu kemudian dilaporkan ke Pos SAR Manggarai Barat di Labuan Bajo.
Amirah rupanya terseret arus ke tepian perairan Pulau Gili Lawa. Amirah ditemukan kru kapal lain yang kebetulan melintas di dekatnya. “Korban telah ditemukan selamat oleh kru speedboat Fenidea yang melintasi Pulau Gili Lawa. Korban terseret arus hingga ke tepian pantai Pulau Gili Lawa,” kata Fathur.