Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) menyayangkan kapal-kapal pesiar dari luar negeri yang berlayar ke Taman Nasional Komodo, tetapi tidak berlabuh di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama ini, kapal-kapal pesiar itu hanya berlabuh di perairan Pulau Komodo.
Akibatnya, kehadiran kapal pesiar yang membawa ribuan turis asing itu dinilai kurang memberikan manfaat wisata maupun ekonomi bagi masyarakat di daratan Labuan Bajo. Hal itu disampaikan Ketua Panitia Musyawarah Nasional (Munas) VI Astindo, Ignasius Suradin, saat pembukaan Munas di Golo Mori Convention Centre (GMCC) The Golo Mori, Labuan Bajo, Selasa (28/10/2025).
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
“Harapan kami cruise line (kapal pesiar) dari Eropa dan Amerika juga dari China, India, bisa mampir di Labuan Bajo. Karena menurut kami selama ini cruise line itu langsung berlabuh di Pulau Komodo yang mana kontribusi ekonomi untuk Labuan Bajo dan warga Labuan Bajo cukup minim,” kata Ignas.
Ketua Wilayah Labuan Bajo Flores DPD Astindo Provinsi NTT ini mengatakan ada sekitar enam kapal pesiar yang berlabuh di Pulau Komodo dalam sebulan. Setiap kapal pesiar, dia berujar, membawa sekitar 2.000 orang.
Menurut Ignas, hanya sekitar 50 persen turis yang dibawa kapal pesiar itu turun untuk melihat komodo. Ia menyebut para wisatawan itu sebelumnya pernah datang melihat komodo.
“Masalah yang kami temui di lapangan hanya 50 persen (wisatawan di kapal pesiar) yang ingin melihat Komodo karena rata-rata mereka usia pensiun dan sudah repeater atau sudah dua kali ke sini sehingga mereka hanya ingin melihat komodo satu kali,” jelas Ignas.
Astindo juga mengeluhkan bau busuk di pusat wisata kuliner Kampung Ujung, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Mereka pun minta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat merelokasi pusat wisata kuliner itu ke tempat lain di Labuan Bajo.
“Wisata kuliner Kampung Ujung ini beberapa waktu belakangan ini kurang ideal untuk menjadi tempat kuliner karena sudah bau dan penataan yang kurang terlalu bagus sehingga harapan kami wisata kampung ujung ini bisa direlokasi,” kata Ignasius.
Pusat wisata kuliner Kampung Ujung berada di tepi pantai. Lokasinya berjarak belasan meter di timur hotel Meruorah Labuan Bajo, dan berjarak sekitar 100 meter dari kawasan Marina Labuan Bajo.
Ignas mengatakan kondisi pusat wisata kuliner Kampung Ujung tidak merepresentasikan Labuan Bajo sebagai destinasi superpremium. Karena itulah Astindo mendorong untuk merealisasikannya.
“Mengingat tagline pariwisata Labuan Bajo ini destinasi superpremium dan ketika bau menyengat pada siang dan pagi hari itu juga menjadi masalah lain,” ujar Ignas.
Adapun bau busuk di pusat kuliner Kampung Ujung selama ini kerap dikeluhkan warga hingga wisatawan. Selama ini, Satpol PP Manggarai Barat hingga organisasi kemasyarakatan di Labuan Bajo beberapa kali membersihkan limbah yang menghasilkan bau busuk di pusat kuliner tersebut.
Bau Busuk di Pusat Wisata Kuliner Kampung Ujung Labuan Bajo
Astindo juga mengeluhkan bau busuk di pusat wisata kuliner Kampung Ujung, Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Mereka pun minta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat merelokasi pusat wisata kuliner itu ke tempat lain di Labuan Bajo.
“Wisata kuliner Kampung Ujung ini beberapa waktu belakangan ini kurang ideal untuk menjadi tempat kuliner karena sudah bau dan penataan yang kurang terlalu bagus sehingga harapan kami wisata kampung ujung ini bisa direlokasi,” kata Ignasius.
Pusat wisata kuliner Kampung Ujung berada di tepi pantai. Lokasinya berjarak belasan meter di timur hotel Meruorah Labuan Bajo, dan berjarak sekitar 100 meter dari kawasan Marina Labuan Bajo.
Ignas mengatakan kondisi pusat wisata kuliner Kampung Ujung tidak merepresentasikan Labuan Bajo sebagai destinasi superpremium. Karena itulah Astindo mendorong untuk merealisasikannya.
“Mengingat tagline pariwisata Labuan Bajo ini destinasi superpremium dan ketika bau menyengat pada siang dan pagi hari itu juga menjadi masalah lain,” ujar Ignas.
Adapun bau busuk di pusat kuliner Kampung Ujung selama ini kerap dikeluhkan warga hingga wisatawan. Selama ini, Satpol PP Manggarai Barat hingga organisasi kemasyarakatan di Labuan Bajo beberapa kali membersihkan limbah yang menghasilkan bau busuk di pusat kuliner tersebut.
