Minyak Seribu Hajat adalah salah satu obat tradisional yang dipercaya cukup manjur oleh masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat (TB). Minyak obat ini hanya diproduksi setiap 12 Rabiul Awal tahun Hijriyah atau Maulid Nabi, bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Sesuai namanya, Minyak Seribu Hajat oleh masyarakat Lombok dijadikan sebagai obat alternatif yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Tradisi pembuatan minyak obat tradisional ini dilakukan beberapa tempat, salah satunya di Lingkungan Reban Tebu, Kelurahan Sandubaya, Lombok Timur.
Sebelum matahari terbenam, masyarakat setempat sudah mulai bergotong royong melakukan segala persiapan untuk memproduksi Minyak Seribu Hajat.
“Tadi sore kami mulai melakukan persiapan, seperti mengupas kelapa untuk persiap seperti mengupas kelapa, mengumpulkan kayu bakar, dan juga keperluan lainya itu kami siapkan sore sehingga,” kata salah satu warga setempat, Rusli (65), ditemui infoBali disela-sela kesibukannya membuat menyuling Minyak Seribu Hajat, Kamis (4/9/2025) malam.
Seusai salat Maghrib, parutan buah kelapa tersebut kemudian diperas untuk mendapatkan santan yang nantinya akan dimasak menggunakan kayu bakar diatas tungku api yang telah disiapkan.
“Pengambilan hanya dalam satu kali peras untuk menjaga kualitas dan mendapatkan yang terbaik. Parutan kelapa ini tidak boleh diperas dua kali, jadi yang didapatkan itu adalah benar-benar sari santannya,” jelas Rusli.
Dibacakan Doa Tertentu
Setelah mendapatkan santan tersebut, lalu dibacakan doa-doa tertentu sebelum dimasak dengan campuran rempah-rempah, seperti ketumbar, jahe dan kunyit. Kemudian santan dimasak dan diaduk selama kurang lebih lima hingga enam jam atau sampai minyaknya keluar.
“Itu terus diaduk tidak boleh berhenti selama lima enam jam lah. Kalau berhenti takutnya santannya jadi gosong dan minyaknya bisa jadi. Kadang-kadang sampai pukul 3 malam baru bisa selesai,” terang Rusli.
Setelahnya, barulah dicampur dengan sisa minyak yang telah dibuat pada bulan Maulid tahun sebelumnya atau dalam bahasa disebut dengan Inan Minyak (Induk Minyak).
“Jadi maksudnya dicampur dengan Inan Minyak yang telah kami buat tahun lalu supaya khasiat dan kualitasnya tetap sama, jadi ini akan terus berlanjut pada maulid-maulid berikutnya,” terang Rusli.
Tidak Boleh Dilakukan Perempuan
Rusli menambahkan, segala proses mulai dari persiapan hingga akhir pembuatan Minyak Seribu Hajat ini tidak boleh dilakukan oleh perempuan. “Tidak boleh perempuan ikut, ini aturannya. Kalau hanya untuk membuat makanan atau kopi masih boleh,” imbuhnya.
Pembuatan Minyak Seribu Hajat biasanya dilakukan pada tanggal 12 Bulan Rabiul Awal atau biasa yang disebut bulan Maulid. Masyarakat setempat percaya bahwa keberkahan pada bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW akan turut menyertai seiring proses pembuatan minyak Seribu Hajat tersebut.
“Bulan Maulid bulan yang berkah, dan memang karena biasanya para pendahulu kami biasanya membuat minyak ini pada bulan ini,” kata Rusli.
Setiap 12 Rabiul Awal, masyarakat setempat sangat antusias untuk berpartisipasi dalam membuat Minyak Seribu Hajat. Baik untuk membantu tenaga hingga bahan-bahan yang dibutuhkan.
“Biasanya masyarakat setempat antusias untuk ikut berpartisipasi, karena setelah ini kan nanti kami bagikan juga ke mereka,” ucapnya.
Dibacakan Doa Tertentu
Setelah mendapatkan santan tersebut, lalu dibacakan doa-doa tertentu sebelum dimasak dengan campuran rempah-rempah, seperti ketumbar, jahe dan kunyit. Kemudian santan dimasak dan diaduk selama kurang lebih lima hingga enam jam atau sampai minyaknya keluar.
“Itu terus diaduk tidak boleh berhenti selama lima enam jam lah. Kalau berhenti takutnya santannya jadi gosong dan minyaknya bisa jadi. Kadang-kadang sampai pukul 3 malam baru bisa selesai,” terang Rusli.
Setelahnya, barulah dicampur dengan sisa minyak yang telah dibuat pada bulan Maulid tahun sebelumnya atau dalam bahasa disebut dengan Inan Minyak (Induk Minyak).
“Jadi maksudnya dicampur dengan Inan Minyak yang telah kami buat tahun lalu supaya khasiat dan kualitasnya tetap sama, jadi ini akan terus berlanjut pada maulid-maulid berikutnya,” terang Rusli.
Tidak Boleh Dilakukan Perempuan
Rusli menambahkan, segala proses mulai dari persiapan hingga akhir pembuatan Minyak Seribu Hajat ini tidak boleh dilakukan oleh perempuan. “Tidak boleh perempuan ikut, ini aturannya. Kalau hanya untuk membuat makanan atau kopi masih boleh,” imbuhnya.
Pembuatan Minyak Seribu Hajat biasanya dilakukan pada tanggal 12 Bulan Rabiul Awal atau biasa yang disebut bulan Maulid. Masyarakat setempat percaya bahwa keberkahan pada bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW akan turut menyertai seiring proses pembuatan minyak Seribu Hajat tersebut.
“Bulan Maulid bulan yang berkah, dan memang karena biasanya para pendahulu kami biasanya membuat minyak ini pada bulan ini,” kata Rusli.
Setiap 12 Rabiul Awal, masyarakat setempat sangat antusias untuk berpartisipasi dalam membuat Minyak Seribu Hajat. Baik untuk membantu tenaga hingga bahan-bahan yang dibutuhkan.
“Biasanya masyarakat setempat antusias untuk ikut berpartisipasi, karena setelah ini kan nanti kami bagikan juga ke mereka,” ucapnya.