Candaan komika Pandji Pragiwaksono menuai kecaman. Warga hingga Bupati Toraja Utara tersinggung lantaran Pandji menyebut adat dan tradisi mereka horor.
Terbaru, Aliansi Pemuda Toraja melaporkan Pandji Pragiwaksono ke Bareskrim Polri. Pandji dinilai menghina dan melakukan ujaran bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) terhadap masyarakat Toraja.
“Kami dari Aliansi Pemuda Toraja secara resmi melaporkan komika Pandji Pragiwaksono ke Mabes Polri atas dugaan tindak pidana penghinaan dan ujaran bernuansa SARA,” kata perwakilan Aliansi Pemuda Toraja, Ricdwan Abbas, dilansir infoSulsel, Senin (3/11/2025).
Ricdwan mengungkapkan sebanyak lima orang yang mewakili Aliansi Pemuda Toraja melapor ke Mabes Polri. Dia menegaskan banyak pemuda yang tergabung dalam aliansi tersebut mendukung langkah pelaporan itu.
Sebelum melaporkan Pandji, Ricdwan mengaku sudah berupaya untuk mengonfirmasi Pandji melalui media sosial. Lantaran tidak ada respons, Ricdwan kemudian mengambil langkah hukum dengan melapor ke Mabes Polri.
“Komika Pandji Pragiwaksono telah melecehkan, menghina, dan merendahkan martabat suku Toraja saat membawakan materi standup-nya. Kami telah menunggu, tapi sampai hari ini tidak ada iktikad baik saudara Pandji untuk mengklarifikasi dan meminta maaf ke pada masyarakat Toraja,” imbuhnya.
Bupati Toraja Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), Frederik Victor Palimbong mengaku tersinggung oleh candaan Pandji terkait budaya Toraja. Ia menantang Pandji datang langsung agar mengenal budaya Toraja.
“Kami di Toraja Utara mengundang Pandji ke Toraja Utara supaya lebih mengenal budaya Toraja dari pada keliru menyampaikan. Saya siap mengajak berkeliling, tidak benar bahwa kami seram. Ajak komika untuk tahu budaya Toraja yang sebenarnya,” ujar Frederi, Senin.
Frederik mengungkapkan Pandji seharusnya melakukan riset tentang budaya Toraja sebelum menjadikannya sebagai materi stand up comedy. Ia menilai permasalahan ini menjadi pembelajaran bagi para pekerja seni, khususnya pelawak atau komika.
“Ini sesuatu yang benar-benar menyinggung kami orang Toraja,” imbuh Ketua DPC Partai Gerindra Toraja Utara itu.
Frederik menekankan bahwa seni boleh bebas, tapi tidak boleh menyentuh unsur SARA dan merendahkan budaya. Sebagai pekerja seni, dia berujar, seharusnya Pandji bisa lebih menghargai budaya.
“Khusus kepada saudara Pandji, Anda itu orang yang cerdas. Mestinya tidak membuat blunder apalagi membawa SARA dalam lawakannya. Jadi riset dululah, dan hargai budaya,” pungkasnya.
Berdasarkan video yang beredar, Pandji menyebut banyak warga Toraja yang jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta kematian. Pandji juga menyinggung tradisi pemakaman masyarakat adat Toraja dalam lawakan tersebut.
“Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya,” ujar Pandji dalam video viral tersebut.
“Banyak yang nggak punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu. Ini praktik umum. Jenazahnya ditaruh aja di ruang TV di ruang tamu gitu. Kalau untuk keluarganya sih biasa aja ya, tapi kalau ada yang bertamu kan bingung ya. Nonton apapun di TV berasa horor,” lanjut Pandji disambut tawa penonton.
Sebelumnya, Ketua PMTI Makassar Amson Padolo mengatakan ada dua hal dalam materi stand up comedy Pandji yang melukai hati masyarakat Toraja. Pertama, pernyataan Pandji yang menilai masyarakat Toraja jatuh miskin karena pesta adat.
“Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan TV. Itu tidak benar dan sangat menyinggung,” ujar Amson.
Amson menjelaskan tradisi menyimpan jenazah bagi masyarakat Toraja tidak dilakukan sembarangan. Warga adat Toraja menyimpan jenazah di ruang khusus, bukan di ruang tamu seperti yang disampaikan Pandji.
Menurut Amson, jenazah yang disimpan di ruang khusus dilakukan jika keluarga belum memiliki rencana menggelar Rambu Solo atau upacara kematian khas Toraja. “Sementara, kalau keluarga memang belum mampu, akan ada kesepakatan bersama untuk memakamkan. Tidak pernah ada yang menaruh jenazah di depan TV,” imbuhnya.
Bagi masyarakat Toraja, Amson berujar, Rambu Solo adalah bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Ia menyebut upacara ini mencerminkan nilai kekerabatan, gotong royong, dan kasih sayang.
“Esensi Rambu Solo itu penghormatan kepada orang tua atau kerabat yang telah meninggal. Ini adalah bentuk akulturasi antara ajaran Aluk Todolo dan nilai kekristenan. Bukan soal pesta atau kemewahan, tapi rasa hormat dan cinta kasih,” tuturnya.
Artikel ini telah tayang di infoSulsel. Baca selengkapnya dan
Bupati Tantang Pandji Datang ke Toraja
Lukai Hati Masyarakat Toraja
Sebelum melaporkan Pandji, Ricdwan mengaku sudah berupaya untuk mengonfirmasi Pandji melalui media sosial. Lantaran tidak ada respons, Ricdwan kemudian mengambil langkah hukum dengan melapor ke Mabes Polri.
“Komika Pandji Pragiwaksono telah melecehkan, menghina, dan merendahkan martabat suku Toraja saat membawakan materi standup-nya. Kami telah menunggu, tapi sampai hari ini tidak ada iktikad baik saudara Pandji untuk mengklarifikasi dan meminta maaf ke pada masyarakat Toraja,” imbuhnya.
Bupati Toraja Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), Frederik Victor Palimbong mengaku tersinggung oleh candaan Pandji terkait budaya Toraja. Ia menantang Pandji datang langsung agar mengenal budaya Toraja.
“Kami di Toraja Utara mengundang Pandji ke Toraja Utara supaya lebih mengenal budaya Toraja dari pada keliru menyampaikan. Saya siap mengajak berkeliling, tidak benar bahwa kami seram. Ajak komika untuk tahu budaya Toraja yang sebenarnya,” ujar Frederi, Senin.
Frederik mengungkapkan Pandji seharusnya melakukan riset tentang budaya Toraja sebelum menjadikannya sebagai materi stand up comedy. Ia menilai permasalahan ini menjadi pembelajaran bagi para pekerja seni, khususnya pelawak atau komika.
“Ini sesuatu yang benar-benar menyinggung kami orang Toraja,” imbuh Ketua DPC Partai Gerindra Toraja Utara itu.
Bupati Tantang Pandji Datang ke Toraja
Frederik menekankan bahwa seni boleh bebas, tapi tidak boleh menyentuh unsur SARA dan merendahkan budaya. Sebagai pekerja seni, dia berujar, seharusnya Pandji bisa lebih menghargai budaya.
“Khusus kepada saudara Pandji, Anda itu orang yang cerdas. Mestinya tidak membuat blunder apalagi membawa SARA dalam lawakannya. Jadi riset dululah, dan hargai budaya,” pungkasnya.
Berdasarkan video yang beredar, Pandji menyebut banyak warga Toraja yang jatuh miskin karena memaksakan diri menggelar pesta kematian. Pandji juga menyinggung tradisi pemakaman masyarakat adat Toraja dalam lawakan tersebut.
“Di Toraja, kalau ada keluarga yang meninggal makaminnya pakai pesta yang mahal banget. Bahkan banyak orang Toraja yang jatuh miskin habis bikin pesta untuk pemakaman keluarganya,” ujar Pandji dalam video viral tersebut.
“Banyak yang nggak punya duit untuk makamin, akhirnya jenazahnya dibiarin aja gitu. Ini praktik umum. Jenazahnya ditaruh aja di ruang TV di ruang tamu gitu. Kalau untuk keluarganya sih biasa aja ya, tapi kalau ada yang bertamu kan bingung ya. Nonton apapun di TV berasa horor,” lanjut Pandji disambut tawa penonton.
Sebelumnya, Ketua PMTI Makassar Amson Padolo mengatakan ada dua hal dalam materi stand up comedy Pandji yang melukai hati masyarakat Toraja. Pertama, pernyataan Pandji yang menilai masyarakat Toraja jatuh miskin karena pesta adat.
“Kedua, anggapan bahwa jenazah disimpan di ruang tamu atau depan TV. Itu tidak benar dan sangat menyinggung,” ujar Amson.
Amson menjelaskan tradisi menyimpan jenazah bagi masyarakat Toraja tidak dilakukan sembarangan. Warga adat Toraja menyimpan jenazah di ruang khusus, bukan di ruang tamu seperti yang disampaikan Pandji.
Menurut Amson, jenazah yang disimpan di ruang khusus dilakukan jika keluarga belum memiliki rencana menggelar Rambu Solo atau upacara kematian khas Toraja. “Sementara, kalau keluarga memang belum mampu, akan ada kesepakatan bersama untuk memakamkan. Tidak pernah ada yang menaruh jenazah di depan TV,” imbuhnya.
Bagi masyarakat Toraja, Amson berujar, Rambu Solo adalah bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Ia menyebut upacara ini mencerminkan nilai kekerabatan, gotong royong, dan kasih sayang.
“Esensi Rambu Solo itu penghormatan kepada orang tua atau kerabat yang telah meninggal. Ini adalah bentuk akulturasi antara ajaran Aluk Todolo dan nilai kekristenan. Bukan soal pesta atau kemewahan, tapi rasa hormat dan cinta kasih,” tuturnya.
Artikel ini telah tayang di infoSulsel. Baca selengkapnya dan
