Arus masuk Bali pada liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) kali ini tercatat jauh lebih sepi dibandingkan tahun lalu. PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang-Gilimanuk mencatat ada 77.660 orang masuk Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk periode 20-23 Desember 2025.
Manajer Usaha Pelabuhan Gilimanuk, Didi Juliansyah, mengungkapkan jumlah penumpang yang masuk Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk tahun ini menurun jauh dibandingkan 2024. Pada periode yang sama tahun lalu, jumlah orang masuk Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk mencapai 139 ribu orang.
“Kendaraan kecil sudah mulai mengalir mulai malam hari kemarin. Namun angka tertinggi itu terjadi pada tanggal 21 Desember 2025. Lalu lintas masih aman, mengalir seperti hari biasa,” ungkap Didi saat dikonfirmasi infoBali, Rabu (24/12/2025).
Penumpang Keluar Bali Meningkat
Di sisi lain, Didi menyebut jumlah pengguna jasa yang keluar Bali melalui Gilimanuk meningkat dari hari sebelumnya. Menurutnya, momen libur Nataru juga dimanfaatkan oleh masyarakat yang bekerja di Bali untuk pulang ke Pulau Jawa.u
“Tidak hanya masuk Bali, untuk keluar Bali juga terjadi peningkatan. Hampir sama dengan yang masuk Bali kendaraan rata-rata 4.000 kendaraan,” papar Didi.
“Kondisi saat ini di Pelabuhan Gilimanuk masih landai tidak ada antrean. Begitu juga dengan aktivitas keluar Bali, tidak ada antrean di dalam maupun di luar pelabuhan. Prediksi peningkatan signifikan malam ini,” imbuhnya.
PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang juga telah menyiapkan sebanyak 54 armada kapal. Hal itu untuk mengantisipasi lonjakan penumpang yang menyeberang di lintas Ketapang-Gilimanuk selama momen Nataru.
Penumpang Pesawat Turun Tipis
Sementara itu, melalui jalur udara, sebanyak 318 ribu orang mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, menjelang Natal 2025. Jumlah tersebut berdasarkan data yang dihimpun Posko Angkutan Nataru Bandara Ngurah Rai dari 15-23 Desember 2025.
Communication and Legal Division Head Bandara I Gusti Ngurah Rai, Gede Eka Sandi Asmadi, merinci jumlah tersebut terdiri dari penumpang di terminal kedatangan domestik sebanyak 126 ribu orang dan 192 ribu penumpang di kedatangan internasional.
Secara keseluruhan, Bandara Ngurah Rai telah melayani sebanyak 604 ribu penumpang, baik kedatangan maupun keberangkatan domestik dan internasional. “Rata-rata 67.112 penumpang per hari,” ujar Eka Sandi melalui keterangan tertulis yang diterima infoBali, Rabu (24/12/2025).
Eka Sandi mengatakan capaian penumpang di Bandara Ngurah Rai pada periode tersebut mencapai 95,5 persen dibandingkan tahun lalu. Adapun, total penumpang yang dilayani pada periode yang sama tahun 2024 sebanyak 632 ribu orang.
“Untuk trafik pesawat selama periode yang sama tercatat 3.813 pergerakan atau rata-rata 423 pergerakan per hari,” imbuh Eka Sandi.
Adapun, tiga rute domestik terbanyak di Bandara Ngurah Rai dicatatkan tujuan Jakarta dengan 389 pergerakan, Surabaya (117), dan Lombok (68). Sedangkan, tiga destinasi internasional teratas dicatatkan tujuan Singapura dengan 136 pergerakan, Kuala Lumpur (131), dan Perth (115).
Sementara itu, realisasi penerbangan ekstra (extra flight) di Bandara Ngurah Rai tercatat sebanyak 128 pergerakan. Seluruh extra flight tersebut merupakan rute domestik alias nihil rute internasional.
“Untuk menjaga kelancaran operasional dan pelayanan penumpang, kami terus bersinergi dengan instansi terkait serta memastikan seluruh fasilitas dalam kondisi optimal,” pungkas Eka Sandi.
Tanggapan PHRI
Belakangan, kondisi pariwisata Bali yang dinilai lebih sepi banyak menjadi perdebatan di media sosial (medsos). Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung menanggapi kunjungan wisatawan ke Bali yang dinilai berkurang. Kondisi tersebut disebut sebagai fenomena yang memang terjadi setiap tahun, khususnya pada bulan Desember.
Wakil Ketua PHRI Badung, Komang Alit Ardana, mengatakan bahwa pada bulan Desember biasanya terjadi penurunan wisatawan mancanegara. Sebaliknya, wisatawan domestik justru mengalami peningkatan.
“Memang di bulan Desember memang sepi, tetapi wisatawan mancanegaranya yang sepi, justru yang akan melonjak wisatawan domestik. Itu sudah merupakan suatu fenomena yang biasa,” ujar Alit saat ditemui di Kuta, Badung, Selasa (23/12/2025).
Menurutnya, berkurangnya wisatawan mancanegara disebabkan oleh perayaan Natal yang umumnya dilakukan di negara asal masing-masing.
“Di bulan Desember wisatawan mancanegara itu balik ke negaranya, mungkin Natalan, seperti itu. Nah, justru yang akan melonjak itu domestik,” jelasnya.
Ia mencontohkan peningkatan wisatawan domestik saat ini mulai terlihat dari kepadatan kendaraan di Pelabuhan Ketapang yang akan menyeberang ke Bali. Selain itu, kawasan Kuta juga mulai dipadati kendaraan berpelat luar Bali.
“Sekarang saja sudah mulai macet di Kuta. Pelat-pelat kendaraan luar itu sudah banyak masuk ke Kuta,” ungkap Bendesa Adat Kuta itu.
Sementara itu, tingkat okupansi hotel saat ini masih berada di kisaran 60 hingga 70 persen. Namun, Alit memperkirakan angka tersebut akan meningkat menjelang dan setelah Hari Raya Natal.
“Saat ini masih di angka 60-70 ya. Tapi yang setelah ini, setelah 24 ke atas ini sudah over. Sudah full booking,” katanya.
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
Ia menambahkan kondisi penuh tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga pertengahan Januari seiring dengan libur kerja dan cuti bersama.
Meski demikian, Alit mengakui bahwa secara keseluruhan jumlah wisatawan tahun ini cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah faktor cuaca ekstrem dan bencana yang terjadi secara luas.
“Kalau kita mau jujur, lebih ramai dulu. Salah satunya karena penyebabnya cuaca tadi. Ini kalau kita berbicara cuaca, sekarang cuaca tidak sepotong-sepotong, ini sudah menyeluruh,” imbuhnya.
Ia juga menyoroti berbagai video di sosial media yang membandingkan pariwisata Bali dengan negara lain seperti Thailand dan Malaysia. Menurutnya ini kurang adil, sebab banyak pihak yang membandingkan Pulau Bali dengan sebuah negara.
“Tidak fair kalau Pulau Bali disandingkan dengan negara. Thailand itu negara, Malaysia negara, Singapura negara. Kok disandingkan dengan Pulau Bali? Kalau mau disandingkan, ya Indonesia dong dilawan,” ujarnya.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Alit menegaskan bahwa Bali masih layak dan aman untuk dikunjungi. Ia pun mengajak seluruh pihak untuk terus mempromosikan pariwisata Bali.
Penumpang Pesawat Turun Tipis
Sementara itu, melalui jalur udara, sebanyak 318 ribu orang mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, menjelang Natal 2025. Jumlah tersebut berdasarkan data yang dihimpun Posko Angkutan Nataru Bandara Ngurah Rai dari 15-23 Desember 2025.
Communication and Legal Division Head Bandara I Gusti Ngurah Rai, Gede Eka Sandi Asmadi, merinci jumlah tersebut terdiri dari penumpang di terminal kedatangan domestik sebanyak 126 ribu orang dan 192 ribu penumpang di kedatangan internasional.
Secara keseluruhan, Bandara Ngurah Rai telah melayani sebanyak 604 ribu penumpang, baik kedatangan maupun keberangkatan domestik dan internasional. “Rata-rata 67.112 penumpang per hari,” ujar Eka Sandi melalui keterangan tertulis yang diterima infoBali, Rabu (24/12/2025).
Eka Sandi mengatakan capaian penumpang di Bandara Ngurah Rai pada periode tersebut mencapai 95,5 persen dibandingkan tahun lalu. Adapun, total penumpang yang dilayani pada periode yang sama tahun 2024 sebanyak 632 ribu orang.
“Untuk trafik pesawat selama periode yang sama tercatat 3.813 pergerakan atau rata-rata 423 pergerakan per hari,” imbuh Eka Sandi.
Adapun, tiga rute domestik terbanyak di Bandara Ngurah Rai dicatatkan tujuan Jakarta dengan 389 pergerakan, Surabaya (117), dan Lombok (68). Sedangkan, tiga destinasi internasional teratas dicatatkan tujuan Singapura dengan 136 pergerakan, Kuala Lumpur (131), dan Perth (115).
Sementara itu, realisasi penerbangan ekstra (extra flight) di Bandara Ngurah Rai tercatat sebanyak 128 pergerakan. Seluruh extra flight tersebut merupakan rute domestik alias nihil rute internasional.
“Untuk menjaga kelancaran operasional dan pelayanan penumpang, kami terus bersinergi dengan instansi terkait serta memastikan seluruh fasilitas dalam kondisi optimal,” pungkas Eka Sandi.
Tanggapan PHRI
Belakangan, kondisi pariwisata Bali yang dinilai lebih sepi banyak menjadi perdebatan di media sosial (medsos). Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung menanggapi kunjungan wisatawan ke Bali yang dinilai berkurang. Kondisi tersebut disebut sebagai fenomena yang memang terjadi setiap tahun, khususnya pada bulan Desember.
Wakil Ketua PHRI Badung, Komang Alit Ardana, mengatakan bahwa pada bulan Desember biasanya terjadi penurunan wisatawan mancanegara. Sebaliknya, wisatawan domestik justru mengalami peningkatan.
“Memang di bulan Desember memang sepi, tetapi wisatawan mancanegaranya yang sepi, justru yang akan melonjak wisatawan domestik. Itu sudah merupakan suatu fenomena yang biasa,” ujar Alit saat ditemui di Kuta, Badung, Selasa (23/12/2025).
Menurutnya, berkurangnya wisatawan mancanegara disebabkan oleh perayaan Natal yang umumnya dilakukan di negara asal masing-masing.
“Di bulan Desember wisatawan mancanegara itu balik ke negaranya, mungkin Natalan, seperti itu. Nah, justru yang akan melonjak itu domestik,” jelasnya.
Ia mencontohkan peningkatan wisatawan domestik saat ini mulai terlihat dari kepadatan kendaraan di Pelabuhan Ketapang yang akan menyeberang ke Bali. Selain itu, kawasan Kuta juga mulai dipadati kendaraan berpelat luar Bali.
“Sekarang saja sudah mulai macet di Kuta. Pelat-pelat kendaraan luar itu sudah banyak masuk ke Kuta,” ungkap Bendesa Adat Kuta itu.
Sementara itu, tingkat okupansi hotel saat ini masih berada di kisaran 60 hingga 70 persen. Namun, Alit memperkirakan angka tersebut akan meningkat menjelang dan setelah Hari Raya Natal.
“Saat ini masih di angka 60-70 ya. Tapi yang setelah ini, setelah 24 ke atas ini sudah over. Sudah full booking,” katanya.
Ia menambahkan kondisi penuh tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga pertengahan Januari seiring dengan libur kerja dan cuti bersama.
Meski demikian, Alit mengakui bahwa secara keseluruhan jumlah wisatawan tahun ini cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah faktor cuaca ekstrem dan bencana yang terjadi secara luas.
“Kalau kita mau jujur, lebih ramai dulu. Salah satunya karena penyebabnya cuaca tadi. Ini kalau kita berbicara cuaca, sekarang cuaca tidak sepotong-sepotong, ini sudah menyeluruh,” imbuhnya.
Ia juga menyoroti berbagai video di sosial media yang membandingkan pariwisata Bali dengan negara lain seperti Thailand dan Malaysia. Menurutnya ini kurang adil, sebab banyak pihak yang membandingkan Pulau Bali dengan sebuah negara.
“Tidak fair kalau Pulau Bali disandingkan dengan negara. Thailand itu negara, Malaysia negara, Singapura negara. Kok disandingkan dengan Pulau Bali? Kalau mau disandingkan, ya Indonesia dong dilawan,” ujarnya.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Alit menegaskan bahwa Bali masih layak dan aman untuk dikunjungi. Ia pun mengajak seluruh pihak untuk terus mempromosikan pariwisata Bali.
