Perkembangan kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menyebut Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) menjadi kendala utama saat ini.
“Di SPKLU ini awalnya memang yang bekerja keras adalah PLN ya. Tapi sekarang melihat pertumbuhan mobil listrik seperti ini maka pihak swasta sudah mulai berbondong-bondong untuk ikut terlibat dalam investasi di SPKLU. Ini sangat bagus ya,” ujar Moeldoko dalam acara Periklindo Electric Vehicle Conference di Intercontinental Bali Resort, Jimbaran, Badung, Bali, Kamis (10/7/2025).
Selain infrastruktur, pendanaan juga masih menjadi penghambat pengembangan kendaraan listrik. Menurut Moeldoko, pihak perbankan belum sepenuhnya merespons perkembangan kendaraan listrik di Indonesia. Ia mencontohkan jika suatu perusahaan transportasi bus ingin beralih dari bahan bakar fosil ke listrik, maka pendanaan dari lembaga keuangan masih terbatas.
“Walaupun sudah ada empat leasing yang sudah mulai ikut terlibat dalam pendanaan EV, tapi menurut saya nanti ke depannya diharapkan lebih banyak lagi. Sehingga korporasi-korporasi yang ingin merubah seperti contohnya perusahaan transportasi bus yang ingin merubah dari ICE (Internal Combusting Engine) ke listrik itu dapat pendanaan dari berbagai lembaga keuangan,” jelasnya.
Dukungan pengembangan EV di Indonesia juga datang dari C.C Chen, ahli kendaraan listrik dari China. Ia menilai Indonesia memiliki potensi besar karena populasinya yang besar dan sumber daya yang melimpah.
Moeldoko menambahkan, transaksi selama konferensi kendaraan listrik tahun ini meningkat pesat dibanding tahun sebelumnya. Ia berharap informasi mengenai kendaraan listrik bisa lebih tersebar luas ke berbagai lembaga.
“Tahun yang lalu 400 miliar, tahun ini mendekati 1 triliun. Itu bisa diukur. Tapi untuk konferensi ini, yang kita inginkan adalah karena ini terdistribusi kepada orang-orang key person. Harapan kita nanti itu akan bisa mendistribusikan berbagai informasi ke perguruan tinggi, ke badan-badan riset, ke yang lain-lain,” jelasnya.
Ia menekankan pengetahuan tentang kendaraan listrik harus terus disebarluaskan ke kampus, lembaga riset, dan institusi lainnya agar pengembangan EV di Indonesia tidak mandek.
“Kalau ini tidak terdistribusi kepada lembaga-lembaga tadi perguruan tinggi, dunia riset, dan yang lain-lain, maka kita akan lost, kita akan kehilangan. Maka kita nggak henti-hentinya menekankan berbagai perkembangan dunia tentang transisi energi dan khususnya di sektor EV,” imbuhnya.