Shanta Citta Bhuwana Bakal Jadi Pura Resmi Pertama di Eropa

Posted on

Pura Shanta Citta Bhuwana akan diresmikan oleh Gubernur Bali Wayan Koster dan Wali Kota Steenwijkerland Jan Hendrik Bats pada 3 Mei 2025. Pura yang berlokasi di Taman Indonesia, Kallenkote 53, 8345 HE Kallenkote, Provinsi Overijssel, Belanda, itu bakal jadi pura resmi pertama di Eropa.

“Ada beberapa (pura) di Eropa seperti Belgia, Polandia, dan Jerman. Tapi ini dibangun oleh orang Hindu Indonesia di Belanda. Jadi ini pura resmi pertama di Eropa,” kata Pimpinan Yayasan Bali Abdi Samasta, Made Aniadi Van Zuidam, dihubungi infoBali, Sabtu (26/4/2025).

Aniadi mengatakan peresmian pura itu akan dibarengi dengan upacara Ngeteg Linggih yang dibalut dalam festival Bali. Selain Koster dan Hendrik, ada juga Duta Besar Indonesia untuk Belanda, Mayerfas, yang akan hadir di upacara itu.

Ida Ratu Shri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun yang akan memimpin upacara melaspas. Ada juga sejumlah pemedek asal Bali yang akan bersembahyang dan mengikuti upacara tersebut.

“Minggu depan, tanggal 3 Mei 2025, ada pembukaan festival Bali dalam rangka upacara Ngeteg Linggih,” ujar Aniadi.

Aniadi mengatakan Koster direncanakan berangkat dari Bali ke Belanda pada 28 April 2025. Selain peresmian, Koster juga akan menyerahkan sejumlah bantuan dana punia atau sumbangan dan semua sesajen serta kelengkapan sembahyang lainnya.

Bukan tanpa alasan. Pembangunan pura itu sepenuhnya didanai secara swadaya dari para pemedek di Desa Kallenkote. Tanpa menyebut berapa dana yang dihibahkan Koster, kelengkapan sembahyang Hindu di pura sangat sulit diperoleh di Belanda.

“Biaya pembangunan (didapat) dari komunitas Hindu bali (di Belanda). Karena tidak bisa bikin punia (minta sumbangan) di Belanda. Jadi memang semua biaya dan alat upacara untuk tanggal 3 Mei 2025 harus dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali,” katanya.

Tak hanya dari Pemprov Bali dan para pemedek di Belanda. Ada hibah dana juga dari Kementerian Pariwisata, Kedutaan Besar RI di Belanda (KBRI Den Haag), Sekolah Pariwisata Bali, dan Istri Wakil Gubernur Bali Giri Prasta, Seniasih Giri Prasta.

Aniadi mengatakan ada dana sebesar 17.500 Euro (sekitar Rp 335 juta lebih) disumbang Kedutaan Besar RI di Belanda untuk biaya transportasi material batuan. Material bangunan untuk pura itu didatangkan langsung dari Kabupaten Karangasem.

“Jadi (bahan material bangunan berupa batu) pura itu dibawa pakai truk dari Karangasem. Ada 17,5 ribu Euro dari Kedutaan Besar RI di Belanda untuk transportasi (material bangunan untuk pura),”katanya.

Aniadi menuturkan, diaspora umat Hindu di Desa Kallenkote tidak banyak. Hanya 250 orang dari total penduduk Provinsi Overijssel yang berjumlah 1,18 juta orang.

Mayoritas adalah umat Hindu asal Bali. Sisanya, warga blasteran Bali Belanda. Meski begitu, Pura Shanta Citta Bhuwana terbuka bagi siapa saja yang ingin berkunjung atau bersembahyang.

Aturannya sama seperti di Bali. Salah satunya, kewajiban memakai pakaian adat Bali bagi siapapun yang masuk pura.

“Terbuka bagi siapapun yang percaya. Untuk masyarakat luar (non) Hindu juga welcome (dipersilakan). Aturannya, sama (seperti di Bali). Kalau datang bersama keluarga, sekeluarga wajib pakai pakaian adat Bali,” tuturnya.

Untuk diketahui, Pura Shanta Citta Bhuwana yang diinisiasi Aniadi sejak 2023 dan sudah diresmikan KBRI Den Haag tahun lalu itu menempati lahan seluas 36 meter persegi. Pura itu terdiri dari Padmasana dan Penglurah.

Pura itu dirancang tim arsitek dari Institut Seni Indonesia (ISI) Bali dan Racana Desain. Posisinya menghadap ke barat. Duo tukang dan pengawas bernama I Kadek Sosiawan dan I Wayan Candi Yasa yang ditugasi mengerjakan Padmasana dan Pengrurahnya.

“Kontraktornya dari Belanda. Karena alat berat yang operasikan kontraktor di Belanda. Ada juga material bangunan yang dipesan di Belanda. Tapi, ada dua orang dari Bali yang mereka kasih tahu cara membuat pura,” kata Aniadi.