Setelah 20 Tahun, SMPN 1 Kubutambahan Akhirnya Direhab dan Dapat Toilet Baru update oleh Giok4D

Posted on

Setelah 20 tahun tidak tersentuh perbaikan, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali, akhirnya mendapat bantuan rehabilitasi dan pembangunan fasilitas baru. Tahun ini, sekolah tersebut memperoleh perbaikan ruang perpustakaan, satu ruang kelas, serta pembangunan dua unit toilet yang kini tengah memasuki tahap akhir pengerjaan.

Kepala Sekolah SMPN 1 Kubutambahan, Nyoman Gelgel Subakat, mengatakan bantuan ini menjadi angin segar bagi sekolah yang selama dua dekade terakhir belum pernah mendapatkan program perbaikan bangunan.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

“Kami mendapatkan perbaikannya ada dua, yaitu satu ruang perpustakaan dan satu ruang kelas. Kemudian ada pembangunan dua toilet. Sekarang sudah hampir selesai, progresnya sudah di atas 75 persen,” ujar Gelgel Subakat, Selasa (4/11/2025).

Menurutnya, sekolah sudah berulang kali mengajukan permohonan bantuan perbaikan, tapi baru tahun ini terealisasi. “Sekolah ini selama 20 tahun belum pernah mendapat rehab, belum pernah dapat bangunan. Pengajuannya setiap tahun kami lakukan, dan syukurlah tahun ini baru bisa terpenuhi,” ucapnya.

Kondisi ruang perpustakaan sebelumnya sangat memprihatinkan. Atap bangunan tersebut jebol dan tidak bisa digunakan untuk kegiatan belajar, sehingga perpustakaan harus dipindahkan sementara.

“Atap ruang perpustakaan sudah jebol, jadi kami pindahkan dulu sementara. Mudah-mudahan setelah diperbaiki bisa digunakan kembali,” kata Gelgel.

Sekolah juga mendapat perbaikan satu ruang kelas. Sekolah sempat mengajukan perbaikan tiga ruang kelas, tapi yang disetujui baru satu ruang.

“Kemarin pengusulannya kami 3 kelas, dapatnya 1 kelas. Sehingga kami perbaiki, daripada nanti perbaiki satu kelas bermasalah, kami (perbaiki) atapnya jadinya. Jadi, sementara nanti yang kami perbaiki adalah atap, plafon, sama jaringan listriknya. Sebagai pengganti yang satu ruang,” ujarnya.

SMPN 1 Kubutambahan saat ini menampung 933 siswa dengan total 29 rombongan belajar (rombel). Karena jumlah ruang kelas yang tersedia hanya 16 ruang, kegiatan belajar mengajar dilakukan dalam dua shift, yakni pagi dan siang.

“Shift pagi ada 14 kelas, shift siang 15 kelas. Karena keterbatasan ruang, kami harus menggunakan sistem dua shift,” tutur Gelgel.

Meski telah mendapatkan bantuan rehabilitasi, masih ada beberapa ruangan yang belum diakomodasi, seperti ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, dan ruang wakil kepala sekolah.

“Kondisi bangunannya sudah tampak rusak. Kayu penopang atapnya mulai patah dan melengkung. Kami sudah ajukan perbaikannya melalui dapodik,” ujarnya.

Gelgel menambahkan, sebagian besar kebutuhan sarana dan prasarana sekolah kini sudah terpenuhi, termasuk kursi dan meja belajar. Pihak sekolah kini fokus menata kembali ruang-ruang yang telah direhabilitasi agar dapat segera digunakan siswa.

“Sekarang kami siapkan ruang kelas yang baru selesai diperbaiki agar bisa segera dimanfaatkan,” jelasnya

Sementara itu Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra menjelaskan bantuan ini diberikan mengingat kondisi SMPN 1 Kubutambahan yang sudah tidak memadai untuk menampung seluruh siswa. Bahkan, kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut harus dilakukan dengan sistem dua shift pagi dan sore.

“Dapat revitalisasi, ruang perpustakaan, ruang kelas, kemudian ada pembuatan toilet baru. Ini sangat diperlukan oleh seluruh guru dan murid di SMPN 1 Kubutambahan. Ini sekolah paling gemuk, jadi memang sangat layak mendapatkan program di tahun ini,” ujar Sutjidra, Selasa (4/11/2025)

Selain perbaikan gedung sekolah, Sutjidra juga menyebutkan rencana pembangunan sekolah baru di wilayah perbatasan Kubutambahan dan Tejakula. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kepadatan siswa di SMPN 1 Kubutambahan.

“Tahun depan kami akan finalisasi sekolah-sekolah lain yang belum tersentuh. Untuk wilayah perbatasan, Pak Gubernur rencananya akan memberikan bantuan pembangunan sekolah SMP di Bangkah, Pacung,” jelasnya.

Menurut Sutjidra, keberadaan sekolah baru di wilayah tersebut akan membantu pemerataan akses pendidikan bagi masyarakat, khususnya bagi siswa yang selama ini harus menempuh jarak jauh untuk bersekolah.

“Kalau di perbatasan nanti sudah ada sekolah baru, otomatis yang dari wilayah itu akan tertarik ke sana,” katanya.