Tanah lapang berumput itu berada di balik gerbang berwarna gelap. Jika gerbang tertutup, tak terlihat tempat berkemah bernama Angklung River Camp tersebut.
Sabtu (8/11/2025) itu, saya dan komunitas Denpasar Peugeot Society (penggemar mobil Peugeot) berkemah di Angklung River Camp. Tempat kemah seluas sekitar tiga perempat lapangan sepakbola tersebut berada di tepi Tukad (sungai) Unda, Desa Akah, Klungkung, Bali.
Kami tiba di Angklung River Camp sekitar pukul 14.45 Wita. Setelah memarkir mobil, saya dan istri mendirikan tenda. Sebagian teman asyik menjelajah tempat berkemah tersebut.
Tenda saya pun berdiri di pojok. Di sebelah tenda, terdapat stopkontak yang menempel di batang pohon.
Tenda kami saling berhadapan. Sebagian teman saya menyewa tenda yang disediakan oleh pengelola Angklung River Camp.
Tarif sewa tenda sebesar Rp 250 ribu. Biaya itu meliputi sewa tenda berkapasitas empat orang, matras, dan lampu. Adapun pengunjung yang membawa tenda sendiri dikenai tarif Rp 35 ribu per orang.
Saya bermain air di Tukad Unda setelah mendirikan tenda. Kami perlu menuruni tangga lipat untuk mencapai kali tersebut.
Menurut penjaga di Angklung River Camp, Nengah Pande Mudiana, hujan deras pada September lalu mengakibatkan Tukad Unda meluap dan menggerus tempat berkemah tersebut. “Ini kena abrasi,” tuturnya.
Sore itu, Tukad Unda berarus deras dengan airnya kecokelatan. Beberapa jam sebelumnya, kawasan Klungkung diguyur hujan lebat. Saya pun urung mandi di sungai berbatu yang berhulu di Gunung Agung, Karangasem, tersebut.
Adapun teman saya, lebih memilih memancing sore itu meski tak kunjung dapat ikan. “Ikannya malu karena belum kenalan,” ujar kawan saya itu disambut tawa teman yang lain.
Saya akhirnya mandi di kamar mandi yang tersedia di samping tempat berkemah. Pengelola menyediakan sejumlah kamar mandi yang bisa digunakan oleh pengunjung.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Kamar mandi tersebut dilengkapi kloset duduk dan shower. Air di kamar mandi pun melimpah.
Keringat di badan lesap saat mandi. Hawa di Angklung River Camp terasa panas. Padahal, tempat berkemah itu baru diguyur hujan.
Setelah mandi saya kembali ke tenda. Nahas. Semut mulai menyerbu tenda. Saya segera mengambil kamper dari mobil dan menyebarkannya ke depan dan dalam tenda untuk mengusir semut.
Sore berganti malam. Rembulan bersinar. Suara aliran Tukad Unda dan serangga terdengar jelas malam itu.
Kami pun duduk beralas tikar dan beratapkan terpal. Aneka makanan seperti ubi, singkong, dan pisang menemani obrolan kami malam itu. “Enaknya jalan-jalan sama orang tua, makanannya kukusan,” seloroh kawan saya diiringi tawa yang lain.
Tak seluruhnya kudapan berupa kukusan. Camilan instan berupa frozen food pun menjadi teman bercengkerama malam itu.
Tembang-tembang lawas seperti Yang Penting Hepi yang dilantunkan Jamal Mirdad mengalun dari speaker portable. Lagu tersebut menambah hangatnya malam itu.
Api unggun dinyalakan. Perlengkapan api unggun seperti kayu bakar disediakan oleh pengelola Angklung River Camp. Cahaya api menelan sebagian gelap tempat berkemah tersebut.
Kami pun sempat membakar jagung sebelum terlelap. Namun, baru saat memejamkan mata, saya terbangun. Hujan tumpah dari langit. Tempias hujan memasuki tenda. Saya bergegas menutup rapat tenda sebelum hujan membasahi barang-barang di dalam tenda lalu melanjutkan tidur.
Fajar menyingsing. Saya pun bangun. Sebagian teman sudah bangun lebih dulu. Ada yang memasak untuk sarapan, memasak air menggunakan pemanas yang dibawa dari rumah, hingga berendam di Tukad Unda.
Tak ingin ketinggalan, saya dan istri memasak air dan merebus pakcoi untuk tambahan mi instan. Saya memakan mi instan sembari duduk di tepi Tukad Unda. Sarapan tambah nikmat sembari mendengarkan suara aliran sungai dan melempar jauh pandangan pada hamparan pepohonan serta bebatuan di kali.
Perut terisi. Kami pun bergegas merapikan tenda dan bersiap kembali ke Denpasar. Jarak Angklung River Camp ke Ibu Kota Provinsi Bali itu sekitar 35 kilometer. Waktu tempuh dengan mobil sekitar 60 menit.
Bermalam di tepi Tukad Unda bisa menjadi alternatif liburan berbeda untuk infoers. Namun, perlu membawa perlengkapan seperti bantal dan selimut jika menyewa tenda dari pengelola Angklung River Camp.
infoers juga sebaiknya menghindari pakaian tebal karena hawa di sana cukup panas dan membuat badan berkeringat. Selain itu, pastikan mobil yang ditumpangi dalam kondisi prima karena jalan menuju Angklung River Camp curam dan sempit.
Penjaga Angklung River Camp, Nengah Pande Mudiana, menjelaskan tempat kemah tersebut buka pada tahun lalu. Mulanya, tempat itu berupa tegalan.
Penyewa tempat tersebut lalu mengubahnya menjadi tempat berkemah. “Keluarga yang menyewa tempat ini berinisiatif mengubahnya jadi tempat wisata,” tutur Mudiana.
Mudiana menjelaskan Angklung River Camp ramai saat akhir pekan. Namun ia tidak bisa merinci jumlah pengunjung saat akhir pekan dan hari kerja.
Menurut Mudiana, pengunjung kerap mengeluhkan sempitnya jalan menuju Angklung River Camp. Lebar jalan menuju tempat berkemah itu tak sampai dua meter. Walhasil, mobil perlu menepi saat papasan.
Mudiana pun mengingatkan kami agar mengatur jarak saat hendak pulang. Tujuannya, untuk memastikan agar mobil bisa mencari tempat yang cukup jika papasan. “Dua atau tiga mobil dulu yang jalan ya, jeda lima menit baru yang berikutnya,” tuturnya.
