Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Ben Mboi Kupang sukses melakukan operasi perdana bedah saraf terhadap tiga pasien di Nusa Tenggara Timur (NTT). Seluruh tindakan dilakukan dalam dua hari berturut-turut dengan total estimasi waktu mencapai 20 jam.
Dokter Spesialis Bedah Saraf Neurointervensi, Donny Argie, menjelaskan masing-masing pasien dengan latar belakang kasus beda-beda. Setiap tindakan diawali dengan pemeriksaan menyeluruh menggunakan MRI, CT Scan, dan angiografi untuk memastikan kondisi pasien.
Pasien pertama, Theodora Kase (56), menjalani tindakan Pro Kraniotomi Clipping Aneurysm akibat ditemukannya pembengkakan pembuluh darah di otak.
“Jadi ada mama-mama umuran 56 tahun dengan keluhan sakit kepala. Setelah kami lakukan evaluasi dengan CT Scan dan MRI, Angiografi, ternyata ada pembuluh darah di otak yang seperti balon dan bisa pecah sewaktu-waktu dan berdampak buruk bagi pasien,” jelas Donny, Sabtu (15/11/2025).
Tim medis melakukan penjepitan pada pembuluh darah bermasalah untuk mencegah pecahnya aneurisma. Menurut Donny, tindakan ini dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian. Waktu operasi berlangsung sekitar empat jam, melibatkan kolaborasi dokter dari RSUP Ben Mboi, RS PON Jakarta, dan RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah Bali.
“Tujuan dijepit agar pembuluh darah itu tidak pecah. Kalau pecah bisa jadi struk nantinya. Jadi kami menghindari jangan sampai terjadi stroke dengan cara di kliping (jepit) pembuluh darah itu agar tidak pecah,” urainya.
Pasien kedua, Sabina Ndeok (67), mengalami pembuluh darah pecah yang menyebabkan pendarahan di otak. Ia menjalani tindakan Pro Coiling selama sekitar empat jam.
“Pasien ini juga kurang lebih 4 jam penindakan. Kalau pasien itu sudah ada pembuluh darah yang pecah dan sudah ada pendarahan di otak, makanya dilakukan penindakan operasi Pro Coiling,” terangnya.
Ia menegaskan bahwa keputusan operasi selalu menunggu penilaian dokter anestesi. Banyak pasien menolak operasi, padahal tindakan tersebut adalah salah satu upaya penyembuhan terbaik.
Pasien ketiga, Vito Alesandro Leo (23), merupakan korban kecelakaan lalu lintas. Ia mengeluhkan sakit kepala dan gangguan penglihatan. Setelah pemeriksaan, ditemukan pembuluh darah otak yang pecah dan pertumbuhan pembuluh yang tidak normal.
“Awalnya dia ini keluhannya sakit kepala dan penglihatannya (matanya menonjol). Jadi setelah diperiksa ada pembuluh darah yang pecah dan tumbuhnya pembuluh darah tidak baik, sehingga itu mengganggu aliran darah di otak,” bebernya.
Tindakan yang dilakukan adalah Pro Bypass STA-MCA + Ligasi ICA, yaitu menjepit pembuluh darah yang rusak dan menggantinya dengan sambungan pembuluh darah dari area sekitar pipi.
“Pasien ini agak rumit, sekitar kurang lebih 14 jam waktu penindakan yang dibutuhkan. Kenapa karena harus mencari pembuluh darah di tempat lain untuk dialirkan ke otak. Jadi ini betul-betul ketelitian dan kerja sama tim yang maksimal,” pungkas Donny.
Ketiga pasien memerlukan masa pemulihan selama 7-14 hari di ruang ICU sebelum dipindahkan ke ruang perawatan biasa.
Sementara itu, Hesti Ariani Leo, keluarga pasien Vito, menyampaikan rasa syukur setelah adiknya siuman. “Puji Tuhan senang adik bisa sembuh. Adik dioperasi kemarin dari pagi. Sekitar jam 08.00-22.00 Wita kurang lebih,” ujar Hesti.
