Ratusan Ton Sampah Banjir di Mataram, Bau Busuk Sepanjang Jalan

Posted on

Ratusan ton sampah banjir menumpuk di sejumlah titik di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Akibatnya, bau yang tidak sedap tercium di sepanjang jalan hingga sore hari.

Pantauan infoBali, di sepanjang jalan utama hingga jalan lingkungan dipenuhi sisa sampah banjir yang terbawa oleh arus sungai. Ada sampah plastik, sampah pepohonan, hingga perabotan warga.

“Hari ini kami lakukan pembersihan di jalan-jalan utama, khususnya wilayah yang tertutup lumpur akibat banjir. Insyaallah, besok bisa selesai dan bersih, karena nggak mungkin bisa selesai hari ini juga. Semua OPD sudah kami kerahkan untuk membantu di jalan-jalan utama dulu. Besok kami akan geser ke lingkungan-lingkungan,” kata Wali Kota Mataram Mohan Roliskan saat dikonfirmasi, Senin (7/7/2025).

Sementara itu, Kepala Bidang Persampahan DLH Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya menuturkan seluruh armada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Mataram diterjunkan untuk menangani masalah sampah sisa banjir yang ada di puluhan titik. Di antaranya, Jalan Panji Tilar, Jalan Majapahit, Kekalik, Pagutan, Selagalas, dan titik-titik lainnya.

“Pengangkutan sampah pascabanjir kami fokuskan pada wilayah yang banjir. Untuk sampah rumah tangga, kami kurangi dulu,” kata Vidi.

Vidi menjelaskan pengangkutan sampah pascabanjir terus dilakukan seiring dengan pembersihan yang dilakukan petugas dan warga Mataram.

“Pengangkutan pasca banjir di Jalan Panji Tilar menggunakan kendaraan roda empat sampai delapan kali pengangkutan. Hitungannya, dua roda empat itu sama dengan satu dump truck, dalam artian 3 ton (satu dump truck). Nah, kurang lebih 4 truk dikalikan 3 ton, itu 12 ton. Itu hanya di Jalan Panji Tilar saja, belum titik lain,” bebernya.

Vidi menilai volume sampah ini masih akan terus meningkat, khususnya di titik-titik lain seperti Jalan Majapahit, wilayah Kekalik, dan kawasan terdampak lainnya yang kemungkinan memiliki volume lebih besar akibat tingginya genangan dan kepadatan permukiman.

“Sementara ini, pengangkutan sampah kami fokuskan di jalan utama terlebih dahulu. Setelah itu baru pengangkutan di dalam-dalam gang atau jalan lingkungan,” jelasnya.

Jika tidak ada hujan atau banjir susulan, Vidi memperkirakan proses pengangkutan sampah banjir bisa rampung dalam dua sampai tiga hari. Namun, tantangan terbesar justru datang dari endapan lumpur, bukan sampah.

“Pascabanjir, kalau tidak ada banjir susulan, bisa dua sampai tiga hari sampah pasca banjir bersih kami angkut. Sampah cepat kami angkut, yang lama itu lumpurnya,” pungkasnya.

Tembok TPST Sandubaya Jebol

Warga Mataram mengeluhkan bau menyengat saat melintasi area Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sandubaya, Kota Mataram. Bau menyengat di TPST Sandubaya semakin tercium jelas ke sejumlah wilayah pasca robohnya tembok TPST yang sepanjang 20 meter akibat arus banjir setinggi 2 meter lebih yang terjadi Minggu (6/7/2025) malam.

Kepala Bidang Persampahan DLH Kota Mataram, Vidi Partisan Yuris Gamanjaya menuturkan, DLH Mataram akan segera memperbaiki kerusakan tembok TPST Sandubaya dengan anggaran pemeliharaan senilai Rp 100 juta.

“Anggaran pemeliharaan TPST-nya ada, itu kita konsultasi dulu. Sekitar Rp100 juta kita punya dan kita alihkan untuk itu,” kata Vidi saat dikonfirmasi di ruangannya, Senin.

Vidi menjelaskan anggaran tersebut tidak akan langsung digunakan seluruhnya. Pihaknya masih menghitung kebutuhan perbaikan tembok TPST Sandubaya sesuai tingkat kerusakan.

“Rp 100 juta ini tidak digelontorkan semua, DLH akan menghitung terlebih dahulu berapa yang rusak, berapa kebutuhannya, nanti kami sesuaikan,” jelasnya.

BPBD Lombok Tengah Imbau Warga Diam di Rumah

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan tidak bepergian jika tak terlalu penting.

“Alhamdulillah tadi malam tidak ada ya,” kata Kepala BPBD Lombok Tengah, Ridwan Maruf, kepada infoBali, di Praya, Senin.

Kendati demikian, pihaknya tetap memberikan imbauan kepada seluruh masyarakat Lombok Tengah untuk tidak bepergian ke luar rumah jika tak terlalu penting. Ia menyebut, cuaca saat ini sangat sulit untuk diprediksi karena musim kemarau basah.

“Bencana itu selalu mengintai, setiap saat akan datang. Ini yang disebut dengan kemarau basah, hujan tidak bisa kita prediksi, cuaca juga tidak bisa kita prediksi. Walaupun BMKG mengeluarkan intruksi bahwa kemarau basah ini riskan dengan bencana puting beliung, banjir, pohon tumbang dan sebagainya,” urai Ridwan.

Ridwan mengatakan terdapat sepuluh jenis bencana alam yang paling dominan di Lombok Tengah. Yaitu, banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit.

“Jadi kalau dampak bencana itu di mana-mana, lebih-lebih kita di Lombok Tengah ini yang kami tangani kurang lebih 10 jenis bencana,” tandas dia.