Sebanyak 182 siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Buleleng, Bali, berpotensi terkena drop out (DO) atau putus sekolah. Ratusan siswa itu diketahui sudah tidak pernah mengikuti pelajaran di sekolah meski mereka masih tercatat di dalam data pokok pendidikan (dapodik).
“Ada hitungan hari, ada sudah seminggu (tidak sekolah). Nah, ini yang perlu kami jajaki karena juga banyak faktor penyebabnya,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Ariadi Pribadi, Sabtu (19/4/2025).
Ariadi membeberkan beberapa penyebab banyaknya siswa yang tidak pergi ke sekolah sehingga berpotensi putus sekolah. Beberapa di antaranya bisa disebabkan karena siswa sudah menikah, diajak bekerja oleh orang tuanya, hingga faktor keluarga yang tidak harmonis (broken home).
Disdikpora Buleleng, Ariiadi melanjutkan, akan mengarahkan ratusan siswa tersebut untuk mengikuti pendidikan non formal. Misalkan melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Dari penjajakan yang dilakukan, sebanyak 92 siswa sudah bersedia melanjutkan pendidikan di sekolah non formal.
“Artinya lebih fleksibel ke sekolah PKBM atau ke SKB, menyesuaikan dengan kondisi siswa. Kalau di sekolah formal kan ada jam-jam yang diatur,” ujar Ariadi.
Ariadi juga akan melakukan pendekatan kembali dengan siswa-siswa yang belum menyampaikan kesediaan untuk mengenyam pendidikan lagi. Menurutnya, ada beberapa siswa yang sudah tidak memiliki orang tua. Ada pula siswa yang orang tuanya tinggal di luar Buleleng.
“Ini akan kami koordinasikan dengan perbekelnya dan yang lain. Butuh waktu untuk mengkomunikasikan ini,” pungkasnya.