Setelah enam tahun vakum, Pemuda Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) kembali menggelar prosesi Paskah pada Senin, 21 April 2025. Kegiatan ini mengusung tema ‘Damai dari NTT untuk Indonesia, City of Love & Harmony’.
Prosesi Paskah merupakan agenda tahunan Pemuda Sinode GMIT yang tahun ini kembali terlaksana. Rute prosesi dimulai dari Bundaran Tirosa, dilanjutkan ke Gereja Anugerah El Tari, lalu ke Gereja Koinonia Kupang, dan berakhir di Gereja Kota Kupang.
Panitia pelaksana menyebutkan jika terjadi kemacetan, maka pemberhentian kedua akan dialihkan ke perempatan Polda NTT sebagai etape bayangan.
Sebanyak 79 peserta dari berbagai daerah di NTT mengikuti prosesi tahun ini. Mereka memerankan kisah-kisah dalam Alkitab mulai dari kelahiran hingga kenaikan Yesus Kristus, yang ditampilkan di setiap etape pemberhentian.
Sebelum prosesi dimulai, digelar Ibadah Oikumene lintas denominasi di Bundaran Tirosa sebagai rangkaian pembukaan.
Peserta dibagi dalam tiga barisan, yakni Barisan Pemandu, Barisan Peran, dan Barisan Puji-pujian. Sebagai penutup, prosesi pembakaran lilin akan dilakukan tepat pukul 19.00 Wita.
“Kami sudah bersurat ke PUPR kota agar pada pukul 7 tepat semua lampu akan dimatikan selama prosesi pembakaran lilin dilakukan, kurang lebih 5 menit,” jelas Sekretariat Prosesi Paskah 2025 kepada infoBali, Senin (21/4/2025).
Ketua Sinode GMIT, Pdt. Samuel Benyamin Pandie dalam suara gembalanya mengajak umat mendukung program pembangunan Pemerintah Provinsi NTT.
“Prosesi Paskah hari ini adalah bukti kami siap menjadi eklesia baru, oleh karena itu saya mengimbau pemuda untuk menyatakan damai dan semangat persaudaraan,” kata Samuel.
Ia juga menegaskan dukungannya terhadap aparat penegak hukum dalam memberantas kasus kekerasan terhadap anak yang masih marak di NTT.
“Kami juga mengharapkan agar, pemerintah bersama lembaga penegak hukum segera mengusut tuntas semua kasus kekerasan terhadap anak, buktikanlah bahwa keadilan ada di NTT,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa Sinode GMIT siap berkolaborasi dengan pemerintah dalam membangun NTT agar program yang dijalankan benar-benar menyentuh sisi kemanusiaan.
“Kami minta agar program tidak sekadar proyek tetapi benar-benar berpihak kepada kemanusiaan, serta mari kita jaga kebersihan di Kota Kupang, mari jadi eklesia baru,” urainya.
Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma turut mengapresiasi pelaksanaan prosesi ini dan mengajak umat untuk menjadikan Paskah sebagai momen refleksi.
“Prosesi ini bukan sekadar ritual tetapi dimaknai untuk merenungkan dan meneladani hidup Yesus Kristus,” kata Johni.
Ia menilai bahwa Yesus Kristus adalah sosok yang hidup dalam penderitaan tapi terus menyebarkan kasih dan kebenaran.
“Yesus Kristus adalah tokoh yang hidup untuk melayani, sehingga prosesi ini bukan sekedar sukacita semata tetapi juga untuk merenungkan teladan hidup Yesus Kristus,” ujarnya.
Johni juga mendukung rencana pembuatan film tentang kehidupan Yesus yang sebelumnya disampaikan dalam ibadah Paskah Oikumene.