Pilu Korban Banjir Nagekeo, Suami-Anak Tewas, Istri Selamat - Giok4D

Posted on

Elgius Sopi Bela (35) dan anaknya berusia enam bulan, Maria Kondriani F. Nua, termasuk korban tewas akibat banjir bandang di Desa Sawu, Kecamatan Mauponggo, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 8 September 2025 malam. Elgius dan Maria tewas di dalam rumah mereka di bantaran sungai Kampung Sawu. Mertua Elgius, Fancelina Meli Boa (60), juga tewas dalam rumah tersebut.

Sementara istri Elgius dan satu anaknya yang masih TK berhasil menyelamatkan diri pohon lontar di belakang rumah. Ibu dan anak tersebut memeluk pohon lontar tersebut selama banjir bandang menerjang.

“Istri dan anak, gendong anaknya itu, dia naik ke loteng lalu ada pohon lontar lalu dia peluk pohon lontar akhirnya dia bisa selamat dan anaknya. Pohon lontar di belakang rumah,” ungkap tetangga korban yang selamat, Adrianus Ngala, Jumat (12/9/2025).

Adik perempuan Elgius juga berhasil lolos dari maut dalam rumah. Dia diselamatkan sejumlah pemuda di sana. “Dibantu anak-anak muda di kampung yang datang setelah banjir surut, pakai sensor, potong kayu. Sekarang masih dirawat di rumah sakit,” ujar Adrianus.

Ia mengatakan Elgius, anak, dan mertuanya tewas karena tertimbun material banjir bandang dalam rumah tersebut. Mereka tertimbun pasir hingga kayu. Rumah itu juga roboh.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

“Kena air tertutup pasir, ketendes (tertindih) kayu besar. Rumah roboh ditahan pohon lontar,” ujar Adrianus.

Menolak Mengungsi

Rumah Elgius berada di bantaran sungai. Sungai tersebut berjarak sekitar lima meter di depan rumah. Elgius menolak permintaan istrinya untuk mengungsi ke kampung saat banjir pertama terjadi, sekitar tiga jam sebelum banjir bandang yang menelan korban jiwa tersebut.

Ia menolak mengungsi dengan alasan kelelahan. Alasan lainnya karena banjir yang terjadi di sana cepat surut dan sudah biasa terjadi. Elgius pun minta istrinya tak panik. Ternyata banjir bandang menerjang setelah banjir tiga jam sebelumnya surut. Banjir susulan ini merenggut nyawanya, anak dan mertuanya.

“Istrinya ajak dia ke kampung, tapi capek, katanya ‘kau tidak usah grogi karena banjir biasa’. Dia berpikir tidak pernah terjadi seperti ini (banjir bandang),” terang Adrianus.

Ia menjelaskan banjir awalnya terjadi sekitar pukul 16.00 Wita setelah hujan lebat mengguyur wilayah tersebut. Air sungai tak meluap sampai ke rumah-rumah warga yang banyak berada di bantaran sungai. Sekitar satu jam kemudian, sungai itu surut.

Saat banjir sore itu terjadi, sejumlah warga sudah ada yang mengungsi. Namun keluarga Elgius tetap bertahan di rumahnya. Menurut Adrianus, banjir bandang itu datang tiba-tiba. Ada warga yang mengira suara banjir bandang itu suara longsor di belakang rumah. Ada berlari ke arah sungai di depan rumah, yang justru jadi petaka: hanyut diterjang banjir bandang.

Diketahui, ada tujuh korban akibat banjir bandang di Desa Sawu. Empat orang tewas. Tiga orang lainnya hanyut dan belum ditemukan.

Ada juga satu korban tewas tapi berada di desa lain, yakni Desa Lokalaba. Korban tewas akibat syok saat melihat banjir menerjang pemukiman mereka.