Pemerintah Nilai Kinerja Pengelolaan Sampah Horeka di Bali dengan Program PROPER

Posted on

Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan pemerintah akan menilai kinerja pengelolaan sampah oleh hotel, restoran, dan kafe (horeka) di Bali dengan sistem predikat Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). Ada tiga tingkatan warna yang menunjukkan ketaatan perusahaan terhadap lingkungan, yakni, merah, biru, dan hijau.

Menurut Hanif, langkah tersebut menjadi bagian dari strategi nasional dalam penanggulangan sampah, terutama di kawasan pariwisata. Dia mengatakan pengawasan terhadap sektor horeka akan diperketat.

“Pertengahan tahun ini kami akan umumkan list-nya, mana yang hijau, biru, dan merah. Harapan kami teman-teman Bali bisa memperoleh PROPER hijau atau biru,” ujar Hanif saat mengunjungi Posko Satgas Penanganan Sampah Laut di Pantai Kuta, Sabtu (12/4/2025),

Dalam praktiknya, PROPER melibatkan pemilahan sampah menjadi tiga kategori utama. Yakni, merah berarti residu yang tidak bisa didaur ulang, hijau adalah sampah organik, dan biru merupakan sampah anorganik yang bisa didaur ulang.

Sistem predikat ini akan dijadikan indikator untuk pembinaan lebih lanjut. Pelaku usaha yang mendapat merah akan dikenai pengawasan dan tindakan tegas, sementara yang hijau akan menjadi contoh bagi pelaku usaha lainnya.

“Pada akhir tahun, yang kami inginkan semua teman-teman berpredikat hijau untuk semua hotel-hotel besar, restoran-restoran besar, untuk lebih memantik, membuat semua pengunjung nyaman. Kemudian, kami mohon izin untuk melakukan pembinaan lebih dalam,” terangnya.

Menurut Hanif, selama ini banyak pelaku usaha hanya membayar jasa pengangkutan tanpa tanggung jawab terhadap proses lanjutan, yang kerap memicu kebocoran sampah.

“Mulai sekarang, sampah harus diselesaikan di lokasi masing-masing. Tidak bisa hanya bayar dan lepas tangan. Kami akan ubah itu,” tegasnya.

Hanif berharap hotel-hotel dengan okupansi tinggi bisa menjadi simpul perubahan budaya dalam menjaga lingkungan.

“Kalau hotel ketat mengelola limbah, masyarakat dan wisatawan juga akan ikut disiplin. Tapi kalau hotel longgar, budaya kita juga ikut longgar,” tambahnya.

Wakil Bupati Badung, Bagus Alit Sucipta, mendukung penuh pendekatan ini. Menurutnya, Pemkab Badung tengah mendorong pengelolaan sampah berbasis sumber di semua sektor, termasuk akomodasi pariwisata.

“Sesuai dengan Pergub, sampah sekarang harus diselesaikan dari sumbernya, baik rumah tangga, desa, maupun hotel. Ini yang kami dorong, agar tidak menumpuk dan mencemari kawasan pantai,” tandas Gus Bota, sapaan akrab Sucipta.

Dia menyebut kawasan pantai seperti Kuta, Legian, hingga Kedonganan sebagai wilayah prioritas yang perlu dijaga secara khusus, mengingat perannya sebagai wajah utama pariwisata Badung.