Paus Fransiskus Meninggal Dunia: Warisan Perdamaian Globalnya

Posted on

Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik sedunia, meninggal dunia dalam usia 88 tahun, tadi pagi waktu setempat. Sosok yang dikenal lantang menyerukan perdamaian global ini wafat sehari setelah kemunculannya di hadapan publik saat perayaan Paskah di Saint Peter’s Square, Vatikan.

“Pagi ini pukul 07.35 (0535 GMT) Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa,” ujar Kardinal Kevin Farrell dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan Vatikan, dikutip dari infoNews, Senin (21/4/2025).

Semasa hidupnya, Paus Fransiskus konsisten menyerukan perdamaian, mengecam kekerasan, serta mendorong dialog di berbagai zona konflik dunia, termasuk di Gaza dan Ukraina.

Paus Fransiskus pernah mengecam keras kematian anak-anak Palestina akibat serangan militer Israel di Jalur Gaza. Ia menyebut pengeboman sekolah yang hanya didasarkan atas “dugaan” keterlibatan militan Hamas sebagai tindakan yang “buruk”.

Seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (14/9/2024), pernyataan itu disampaikan Paus dalam konferensi pers di pesawat saat kembali ke Roma setelah kunjungan ke Asia-Pasifik, termasuk ke Indonesia.

“Setiap hari saya berbicara melalui telepon dengan anggota paroki Katolik di Jalur Gaza dan mereka memberitahu saya hal-hal yang mengerikan, hal-hal yang sulit,” ujar Paus.

Sekitar 600 orang, baik Kristen maupun Muslim, disebut berlindung di area paroki Gereja Katolik di Gaza.

Paus Fransiskus juga aktif mendorong penyelesaian damai konflik Rusia dan Ukraina. Ia meminta kedua pihak berani mengambil langkah negosiasi sebelum konflik menelan lebih banyak korban.

Dilansir AFP, Minggu (10/3/2024), Paus mengungkapkan hal tersebut dalam wawancara dengan lembaga penyiaran publik RTS yang dilakukan pada awal Februari.

“Saya percaya bahwa yang terkuat adalah mereka yang melihat situasi, memikirkan rakyatnya, dan memiliki keberanian untuk mengibarkan bendera putih dan bernegosiasi,” ujarnya.

Menurut Paus, negosiasi adalah sikap berani yang bisa menyelamatkan banyak nyawa. Ia juga menyinggung upaya mediasi dari negara seperti Turki untuk meredakan konflik tersebut.

Dalam khotbah Natal pada Rabu (25/12/2024), Paus Fransiskus menyerukan gencatan senjata global. Ia secara khusus menyoroti situasi kemanusiaan yang memburuk di Jalur Gaza, Ukraina, dan Sudan.

Dalam pesannya kepada 1,4 miliar umat Katolik di dunia, Paus mengecam keras serangan Rusia ke Ukraina yang terjadi di pagi hari Natal, serta menyuarakan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.

“Saya memikirkan komunitas Kristen di Israel dan Palestina, khususnya di Gaza, di mana situasi kemanusiaannya sangat buruk,” ucapnya di hadapan ribuan jemaat di Basilika Santo Petrus.

“Semoga ada gencatan senjata, semoga para sandera dibebaskan dan bantuan diberikan kepada orang-orang yang kelelahan karena kelaparan dan karena perang,” lanjutnya.

Di tengah kondisi kesehatan yang membaik setelah sempat mengidap pneumonia, Paus Fransiskus tetap menyerukan perdamaian. Pada Minggu (20/4/2025), dalam perayaan Paskah di balkon utama Basilika Santo Petrus, pesan Paus dibacakan oleh ajudannya.

Dilansir Reuters, Minggu (20/4/2025), Paus menyebut situasi di Gaza sebagai “dramatis dan menyedihkan”. Ia kembali meminta Hamas membebaskan sandera, serta mengecam meningkatnya tren antisemitisme di dunia.

“Saya menyatakan kedekatan saya dengan penderitaan seluruh rakyat Israel dan rakyat Palestina,” bunyi pesan itu.

“Saya mengimbau pihak-pihak yang bertikai: menyerukan gencatan senjata, membebaskan para sandera dan membantu orang-orang yang kelaparan yang mendambakan masa depan yang damai,” demikian isi seruan terakhirnya kepada dunia.

Simak Video ‘Paus Fransiskus Soroti Gaza: Situasi Kemanusiaan yang Menyedihkan’:

Kecam Serangan Israel yang Tewaskan Anak-anak Palestina

Desak Rusia dan Ukraina Segera Berunding

Serukan Gencatan Senjata di Gaza dan Ukraina

Seruan Terakhir Saat Paskah: Gencatan Senjata di Gaza