Menhut Bakal Batasi Turis ke TN Komodo, Segera Pembenahan Menyeluruh

Posted on

Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni menyiapkan sejumlah langkah untuk membenahi pengelolaan Taman Nasional Komodo (TNK) di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Langkah itu mencakup penerapan kuota kunjungan wisatawan, respons kasus serangan Komodo terhadap manusia, hingga persoalan kecelakaan kapal wisata.

TNK sendiri merupakan kawasan konservasi yang dikelola Kementerian Kehutanan melalui Balai Taman Nasional Komodo (BTNK).

Raja Juli menyatakan tengah mengkaji penerapan kuota jumlah kunjungan wisatawan setiap hari ke TNK. Langkah ini dilakukan setelah viralnya Pulau Padar yang tampak padat seperti pasar akibat membludaknya wisatawan.

“Saya sudah bicara juga dengan Bapak Bupati terkait penerapan kuota yang ketat itu harus kita lakukan tapi saya sedang pertimbangan dengan bapak kepala Balai (TNK) berapa daya tampung dan daya dukungnya secara obyektif bisa kita lakukan,” kata Raja Juli di Labuan Bajo, Senin (7/7/2025).

Menurutnya, TNK adalah destinasi wisata berbasis konservasi atau eco-tourism, sehingga jumlah wisatawan harus dikendalikan. “Karena masa depan Taman Nasional Komodo ini sangat bergantung kepada keseriusan kita mengendalikan kunjungan,” ujarnya.

Raja Juli menegaskan kebijakan kuota bukan untuk melarang orang berkunjung, tetapi demi menjaga kelestarian kawasan. “Welcome semua masyarakat di dunia, di Indonesia mengunjungi salah satu keajaiban dunia. Tetapi kami akan atur berapa orang yang boleh setiap harinya mengunjungi Taman Nasional Komodo berdasarkan riset, kajian yang ada,” jelasnya.

Meski begitu, ia belum menyebutkan angka pasti jumlah kuota harian yang akan ditetapkan. “Dengan jumlah yang terbatas orang-orang menikmati indahnya alam dengan lebih leluasa,” tambahnya.

Ia juga mengaku sudah berkomunikasi dengan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian terkait kondisi Pulau Padar yang viral. “Alhamdulillah belum terjadi kecelakaan ini,” ucap Raja Juli.

Selain soal kuota kunjungan, Raja Juli turut merespons kasus serangan komodo terhadap manusia yang nyaris terjadi setiap tahun. Korbannya tercatat puluhan orang, mulai dari warga lokal, wisatawan, hingga petugas BTNK.

Menurutnya, serangan komodo bisa dicegah dengan pengaturan interaksi manusia dan Komodo, menjaga ketersediaan pakan, serta memelihara ekosistem.

“Kalau pakan komodo baik, ekosistem komodo baik, tidak terlalu banyak berinteraksi dengan manusia maka hal-hal seperti itu (manusia diserang komodo) nggak akan terjadi,” kata Raja Juli.

Warga lokal juga menyarankan pembangunan pagar pembatas habitat komodo dengan permukiman untuk mencegah serangan. Namun Raja Juli mengaku belum melihat langsung kondisi tersebut. “Saya secara spesifik belum ke sana ya, saya belum melihat,” ujarnya. Meski demikian, ia berjanji membenahi sarana dan prasarana di TNK.

Kecelakaan kapal wisata kerap terjadi di perairan TNK. Namun Raja Juli enggan berkomentar secara spesifik mengenai persoalan ini.

“Saya nggak comment (komentar) secara spesifik ya,” kata Raja Juli.

Sementara itu, pelaku wisata menilai minimnya fasilitas keselamatan seperti pos rescue dan life guard membuat wisatawan rentan jadi korban. “Stand by pihak keamanan dalam TNK di spot penting. Adanya pos tim rescue di titik tertentu agar cepat tanggap kecelakaan laut,” kata Ketua Asosiasi Speedboat (Asset) Labuan Bajo, Rusding, Sabtu (5/7/2025).

Saat ini, pertolongan cepat bagi wisatawan sering kali hanya datang dari kru kapal lain yang kebetulan melintas. Sedangkan tim SAR gabungan butuh waktu lebih lama karena harus berangkat dari pelabuhan Marina Labuan Bajo, memakan waktu sekitar satu jam.

“Jadi lain Rinjani lain komodo tapi kami Kementerian Kehutanan memiliki keseriusan membenahi Taman Nasional kami secara komprehensif dan melibatkan semua stakeholder,” tutup Raja Juli.

Atur Kuota Wisatawan ke TNK

Respon Kasus Serangan Komodo

Soal Kecelakaan Kapal Wisata