DISCLAIMER: Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental terdekat.
Mahasiswa Universitas Udayana (Unud) berinisial TAS yang meninggal dunia seusai melompat dari lantai 4 Gedung FISIP diketahui telah memiliki masalah kesehatan mental sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Dekan III FISIP Unud, I Made Anom Wiranata, dalam sidang organisasi mahasiswa (ormawa) yang digelar oleh DPM FISIP Unud pada Kamis (16/10/2025) sore.
“Saudara T ini menurut penuturan ibunya memiliki masalah kesehatan mental. Sejak SMP saudara T mendapat penanganan psikologis dari konselor. Ada terapinya,” ujarnya dikutip dari live Instagram @dpmfisipunud, Kamis.
Namun, sayangnya terapi tersebut hanya bertahan hingga pendidikan SMA dan tidak dilanjutkan saat ia masuk perguruan tinggi dengan alasan yang belum diketahuinya.
“Lalu sampai dengan SMA, yang bersangkutan menolak untuk mendapat terapi lanjutan ketika masuk ke Udayana. Kami tidak mengetahui penyebabnya tapi itu yang terjadi,” imbuh Anom.
Anom menyebut dari keterangan sahabat dan rekan sekelasnya, TAS dikenal mendapat dukungan dari teman-temannya yang memahami kondisi mentalnya. “Bahkan teman-teman sekelasnya men-support dia karna mengetahui kondisi mental yang bersangkutan,” katanya
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Ia juga menegaskan bahwa tidak ada tindakan perundungan (bullying) yang menyebabkan TAS meninggal dunia. Perilaku bullying justru muncul di media sosial setelah peristiwa tragis tersebut.
“Saudara T itu meninggal bukan karena bullying. Apalagi adik-adik di depan ini tidak mengenal saudara T. Bullying terjadi setelah T jatuh. Itu bukan dari temen-teman kami juga bukan dari temen sekelasnya. Bukan sama sekali,” tegas Anom.
Dengan kasus ini, Anom memberikan wejangan kepada para mahasiswa agar lebih peka dan memahami bahwa setiap orang memiliki cara berbeda dalam menghadapi masalah.
“Memiliki gangguan mental dan tidak sanggup untuk menanggung barangkali segala jenis persoalan yang bagi orang lain beda cara penanganan dan penerimaannya. Kita tidak bisa menyamakan antara saudara timoti dengan masyarakat lainnya,” sarannya.
Sebelumnya, Kepolisian Resor Kota (Polresta) Denpasar mengungkap TAS melompat dari gedung lantai empat, bukan dari lantai dua seperti informasi yang beredar sebelumnya. TAS terjatuh di depan gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unud, Jalan Sudirman, Denpasar, Bali.
Kepala Seksi Hubungan Masyarakat (Kasi Humas) Polresta Denpasar, Kompol I Ketut Sukadi, mengungkapkan hal itu berdasarkan keterangan saksi yang juga mahasiswa berinisial NKGA. Saat kejadian, NKGA berada di lantai empat untuk menunggu dosen bersama temannya.
“Rabu, 15 Oktober 2025, pukul 08.30 Wita pada saat saksi kuliah dan sedang menunggu dosen, saksi bersama temannya inisial D duduk di teras depan kelas, lantai empat kampus diskusi tentang mata kuliah,” ungkap Sukadi, Kamis (16/10/2025) malam.
