Perjalanan Sawitri, model internasional asal Kabupaten Jembrana, Bali, menuju panggung fesyen Eropa tidaklah mudah. Di balik popularitasnya di industri mode, tersimpan kisah perjuangan yang panjang, mulai dari ditolak agensi hingga kehabisan dana.
Namun, kerja keras dan semangat pantang menyerah berhasil membawanya tampil di ajang-ajang bergengsi seperti Lisbon Fashion Week.
Setelah lulus SMA, Sawitri sempat melanjutkan studi di sekolah pariwisata di Bali. Namun, ia merasa tidak cocok dengan dunia pariwisata. Pada 2017, ia memutuskan pindah ke Jakarta dan bekerja di perusahaan tantenya yang bergerak di bidang edukasi saham.
Pengalamannya bertemu dengan para pebisnis besar mengubah pola pikir dan cara pandangnya tentang kehidupan. Ia mulai mengubah penampilan, membentuk mindset baru, dan terpacu untuk bekerja lebih keras.
“My life is completely changed karena aku ketemu orang-orang berpendidikan dan pebisnis besar. Aku jadi ke-trigger untuk semakin kerja keras, mindset berubah, dan penampilan pun ikut sedikit-sedikit diubah,” ungkapnya kepada infoBali, Rabu (26/3/2025).
Meski kariernya di bidang saham berjalan baik, kondisi ekonomi keluarga memaksanya mencari pekerjaan tambahan. Ia sempat berjualan bunga, membuka event organizer, hingga akhirnya mencoba modeling atas dorongan sang tante.
“Tante aku bilang, kenapa kamu nggak coba modeling aja? Kamu kurus, tinggi, dan kulitmu unik,” kenang Sawitri.
Tahun 2018 menjadi titik awalnya di dunia modeling. Ia belajar di bawah bimbingan model senior Kimmy Jayanti. Meski kerap bolos karena harus bekerja, Sawitri tetap belajar otodidak melalui YouTube hingga akhirnya lulus pelatihan dan mengikuti casting di agensi Jakarta.
Namun, langkahnya tak langsung mulus. Ia mengaku kerap tak mendapatkan pekerjaan karena warna kulit dan bentuk tubuhnya tidak sesuai standar industri saat itu.
“Pas join agensi ternyata nggak langsung dapat kerjaan. Yang dapat waktu itu ya yang kulitnya putih dan bening. Aku lihat nggak ada model yang kulitnya seperti aku, nggak ada yang sekurus aku, ya nggak dapat lah kerjaan,” ungkap model berdarah India-Indonesia itu.
Kesempatan dari agensi luar negeri pun datang, namun kembali kandas karena dinilai terlalu kurus. Saat akhirnya mendapat undangan casting di Paris, ia terpaksa menundanya karena keterbatasan dana. Sang pacar yang kini menjadi suaminya pun mendorong Sawitri agar tak menyerah.
“Aku izin ke mama butuh waktu tiga hari,” ujar Sawitri mengenang momen ketika hendak ke Eropa.
Sayangnya, perjalanan pertama ke Eropa tak langsung membuahkan hasil. Sawitri pulang ke Indonesia tanpa kontrak. Namun, nasib membawanya kembali ke Eropa setelah suaminya mengenalkannya pada sahabat dari Anja Rubik, supermodel asal Polandia.
Di Warsawa, Sawitri mendapat kesempatan emas untuk bergabung dengan agensi New Age Models. Kariernya pun mulai menanjak setelah itu.
Kini, Sawitri bernaung di bawah Rebels Model asal Polandia dan bekerja sama dengan sembilan agensi internasional di kota-kota mode dunia, termasuk Paris, Milan, Brussels, Copenhagen, dan Zurich. Ia juga tampil untuk brand ternama seperti Zalando, Adidas, Puma, hingga majalah fesyen terkemuka Vogue.
Pencapaian besarnya adalah tampil di Lisbon Fashion Week dan Portugal Fashion Week tanpa harus mengikuti casting-sebuah pengakuan terhadap kredibilitas dan nama besarnya di industri fesyen.
“Yang buat aku proud itu aku nggak perlu ikut casting Lisbon Fashion Week dan Portugal Fashion Week. Sampai sekarang aku sudah jadi model untuk Lisbon Fashion Week selama 2,5 tahun, lima musim berturut-turut, dan nggak pernah ikut casting,” ujarnya bangga.
Menurut Sawitri, perbedaan paling mencolok antara panggung fesyen di Indonesia dan Eropa terletak pada profesionalisme waktu. Di Eropa, semuanya berjalan efisien dan tertata.
“Di Indonesia, kita harus datang sangat pagi, padahal show-nya baru sore. Sementara di Eropa, show jam lima sore, kita bisa datang jam dua siang. Jadi waktu kita nggak terbuang percuma,” katanya.
Menutup perbincangan, Sawitri menyampaikan pesan untuk siapa pun yang bermimpi meniti karier di dunia modeling.
“Do it. Dunia modeling sudah berubah. Nggak masalah bagaimana fisikmu, yang penting kerja keras. Mau jadi model? Go! Coba, jangan takut. Karena kalau kamu takut, kan nggak pernah tahu bisa atau nggak,” tutupnya.