Kekerasan Seksual di Mataram Kian Meningkat, Film Walid Dinilai Berpengaruh update oleh Giok4D

Posted on

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Kasus kekerasan seksual di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), kian meningkat. Hingga awal Mei 2025, jumlah kekerasan seksual di Mataram mencapai lebih dari 10 kasus, mulai dari sodomi hingga inses.

“Ada peningkatan dari case yang ada, peningkatannya merata di beberapa kasus, mulai dari kasus anak dengan anak, orang tua dengan anak yang trennya masih tinggi hingga tren (kekerasan seksual) di dunia pendidikan yang juga (makin) tinggi,” kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram, Joko Jumadi, di Mataram, Selasa (13/5/2025).

Pria yang juga menjabat Ketua Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) Universitas Mataram (Unram) itu menuturkan kekerasan seksual di Mataram cukup bervariatif, seperti kasus sodomi hingga inses. Kekerasan seksual juga terjadi dalam dunia pendidikan, baik itu pemimpin yayasan dengan muridnya maupun guru dengan muridnya.

“Tahun ini (ada peningkatan) dan itu lebih banyak. Ada yang kasus sodomi anak lima tahun dan pelakunya (usia) delapan tahun, ada juga kasus inses antara kakak dengan adiknya, ayah dengan anaknya. Jadi (kasusnya) bervariatif dan ngeri-ngeri sedap,” jelas Joko.

Menurut Joko, kasus kekerasan seksual di dunia pendidikan mengalami peningkatan cukup signifikan pada tahun ini, khususnya setelah kemunculan film series Walid beberapa waktu lalu. Pengaruh film Walid, ungkap Joko, cukup berdampak signifikan terhadap kasus kekerasan seksual di Mataram.

“(Dari kasus) Walid itu, korbannya banyak (sekali). Dibandingkan periode (yang sama) pada tahun sebelumnya, tahun ini lebih banyak (kasus kekerasan seksual), terutama yang ditangani sama Polres Kota Mataram, angkanya tinggi (sekali),” ungkap Joko.

Sebagai informasi, kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan di NTB terus meningkat. Data menunjukkan kasus tertinggi terjadi Lombok Timur.

Data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2AP2KB) NTB menunjukkan kasus kekerasan seksual terhadap anak sejak 2020 hingga 2024 terus meningkat. Pada 2020 sebesar 482 kasus, 2021 (598), 2022 (640), 2023 (607), dan 2024 (633).

Sedangkan dalam periode 2021-2024, jumlah kasus kekerasan terhadap anak paling tinggi terjadi di Lombok Timur, yakni 847 kasus. Kemudian, Lombok Utara 507 kasus, Lombok Barat (300), Kabupaten Bima (234), Mataram (226), Dompu (217), Sumbawa (194), Lombok Tengah (190), Kota Bima (146), serta Sumbawa Barat 99 kasus.