Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima akan menyurati Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) di Jakarta hingga memanggil perwakilan pabrik dan perusahaan pengolahan jagung. Hal ini sebagai respons atas anjloknya harga jagung di Bima. Pemkab Bima akan meminta Bulog membangun gudang tambahan untuk menampung jagung.
Wakil Bupati Bima, Irfan, mengatakan pihaknya banyak menerima keluhan dari para petani terkait anjloknya harga jagung. Dia menegaskan Pemkab Bima tidak akan tinggal diam atas kondisi tersebut.
“Kami segera surati Bulog pusat meminta agar menambah atau membangun satu gudang lagi di Kabupaten Bima untuk menampung hasil panen petani, terutama jagung,” katanya kepada infoBali, Sabtu (12/4/2025).
Namun, Pemkab Bima tak bisa mengintervensi lebih jauh mengenai harga jagung. Irfan hanya bisa mengimbau Bulog dan perusahaan agar menyerap atau membeli jagung sesuai harga yang ditetapkan.
“Bulog sebagai perpanjangan pemerintah pusat wajib membeli jagung dengan harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 5.500 per kilogram. Angkanya tidak boleh bergeser sedikitpun,” kata Irfan.
Namun, dia melanjutkan, saat ini Bulog Bima belum bisa menyerap atau membeli jagung petani sesuai dengan HPP. Sebab, ada beberapa kendala. Salah satunya kapasitas gudang penyimpanan jagung yang sangat terbatas.
“Kami berinisiatif mencarikan gudang baru yang akan disewa Bulog untuk menyimpan jagung. Ini upaya-upaya yang sudah kami lakukan,” ujar Ketua DPD PKS Kabupaten Bima itu.
Hal yang sama juga dikatakan Bupati Bima, Ady Mahyudi. Merespons anjloknya harga jagung, Ady telah memanggil Bulog Cabang Bima dan perwakilan pabrik atau perusahaan jagung yang beroperasi di wilayah Kabupaten Bima, yakni PT SUL dan PT CPI.
“Langkah awal menyikapi anjloknya harga jagung ini, kami sudah membahasnya dengan pihak Bulog dan perwakilan perusahaan jagung,” katanya.
Hasil pembahasan itu, Ady melanjutkan, Bulog Cabang Bima memastikan akan tetap menyerap atau membeli jagung petani sesuai HPP sebesar Rp 5.500 per kg. Namun, saat ini penyerapan atau pembelian belum bisa dilakukan oleh Bulog.
“Alasan Bulog belum membeli atau menyerap jagung sampai saat ini, karena stok jagung di gudang hasil pengadaan pada 2024 masih ada,” ujarnya.
Sementara, hasil pembahasan dengan pihak PT CPI dan PT SUL, sejauh ini belum ada titik temu. Namun, Ady akan kembali memanggil perwakilan dua perusahaan jagung swasta itu dalam waktu dekat untuk membahas anjloknya harga jagung.
“Akan ada pertemuan dan pembahasan lanjutan dengan perwakilan PT SUL dan PT CPI ini supaya harga jagung stabil dan petani kita tidak dirugikan,” pungkasnya.