Golongan darah Rh-null begitu langka hingga dijuluki ‘golden blood’ atau ‘darah emas’. Kurang dari 50 orang di dunia yang punya darah ini. Apa keistimewaanya?
Dikutip dari New York Post, golongan darah ini begitu istimewa karena tidak memiliki satupun dari lebih dari 50 antigen dalam sistem Rhesus (Rh). Kondisi inilah yang membuat Rh-null sangat dicari untuk kebutuhan transfusi, bagi pasien dengan gangguan darah langka.
Menurut American Red Cross, suatu golongan darah disebut ‘langka’ jika muncul pada kurang dari 1 dari 1.000 orang. Bahkan, untuk Rh-null ini, angkanya diperkirakan hanya 1 dari 6 juta orang.
Golongan darah ditentukan oleh antigen, yakni protein atau gula pada permukaan sel darah merah. Itu yang membantu sistem imun mengenai mana darah tubuh sendiri dan mana yang bukan.
“Kalau seseorang menerima transfusi darah dengan antigen berbeda, tubuh bisa membentuk antibodi dan menyerang darah itu,” jelas profesor biologi sel Bristol University, Ash Toye.
Sistem golongan darah utama yang paling memicu respons imun adalah ABO dan Rhesus (Rh). Kombinasi keduanya menghasilkan delapan golongan darah umum, yakni A+, A-, B+, B-, AB+, AB-, O+, dan O-.
Darah O-negatif kerap disebut donor universal, karena tidak memiliki antigen A, B, dan RhD. Tetapi, kenyataannya sistem Rhesus jauh lebih kompleks, ada lebih dari 50 antigen di dalamnya.
Orang dengan Rh-null tidak memiliki semuanya, sehingga mereka tidak bisa menerima darah dari O-negatif sekalipun. Mereka hanya bisa menerima transfusi dari sesama Rh-null.
Rh-null tidak memiliki antigen Rh sama sekali, sehingga bisa digunakan untuk membantu banyak pasien dengan kelainan darah langka yang membutuhkan kecocokan Rh sangat spesifik. Artinya, darah ini dapat menjadi penyelamat bagi kelompok kecil pasien yang sulit menemukan donor.
Namun, pasokan darah Rh-null sangat terbatas. Jumlah pemilik Rh-null yang sangat sedikit membuat setiap kantongnya bernilai tinggi, karena itu disebut sebagai ‘darah emas’.
Rh-null sangat langka, sehingga peneliti mencoba mencari cara untuk memproduksinya secara buatan. Pada 2018, tim Ash Toye berhasil menciptakan kembali tipe darah langka tersebut menggunakan teknologi CRISPR-Cas9.
Namun, penggunaan rekayasa genetik ini masih dihadapkan pada regulasi ketat. Sehingga butuh waktu bertahun-tahun sebelum bisa digunakan untuk pasien.
Toye kini juga memimpin uji klinis RESTORE, yakni studi pertama yang menguji sel darah merah hasil kultur laboratorium. Itu dibuat dari sel punca donor untuk ditransfusikan ke manusia.
“Saat ini mengambil darah dari lengan orang masih jauh lebih efisien. Tapi, bagi mereka dengan golongan darah sangat langka, kemampuan menumbuhkan darah tambahan akan sangat membantu,” pungkasnya.
