FPTI Bantu Pemprov NTB Bangun Sistem Penyelamatan di Rinjani

Posted on

Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) bakal membantu Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB membangun sistem rescue atau penyelamatan di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pembangunan sistem rescue di Gunung Rinjani itu untuk meminimalisasu insiden tragedi maut turis Brasil Juliana Marins (27) yang meninggal dunia setelah jatuh ke jurang sedalam 600 meter, Sabtu (21/6/2025).

Dyson Toba, Pendiri Brand Consina, mengatakan telah bertemu dengan Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal dan berkomunikasi terkait rencana membangun sistem rescue di Rinjani.

“Arahan Pak Gub bahwa akan kita bentuk tim rescue dari warga lingkar Rinjani. Mulai dari porter, guide, dan relawan yang ada,” katanya di Mataram, Rabu (2/7/2025).

Menurutnya, pelatihan rescue yang akan dilaksanakan akan diberikan sertifikasi internasional. Seluruh tim rescue ini akan dikelola langsung oleh FTPI.

“Semua di bawah FTPI karena kita memiliki bidang dan FTPI juga berada di bawah Union Internationale des Associations d’Alpinisme (UIAA). Kami akan mengacu ke situ agar rim rescue di Rinjani memiliki sertifikat internasional,” ujar Dyson.

Tim rescue yang bakal dibentuk ini, Herson berujar, berada di luar tim Search and Rescue (SAR) Mataram. Meski begitu, SAR diminta untuk berlatih bersama tim rescue yang bakal dibentuk FTPI.

Selain itu, FTPI juga akan membangun line sistem tanda bahaya di Gunung Rinjani. Tujuannya agar pendaki lebih perhatian terhadap jalur pendakian yang terjal.

Harry Suliztiarto, pendiri sekaligus penasihat FPTI mengaku pelatihan tim rescue ini dipimpin langsung Lalu Muhamad Iqbal. Pembentukan tim rescue sistem ini bukan tim Basarnas swasta.

“Basarnas itu menangani seluruh kecelakaan. Sehari saja tangani 40 kecelakaan. Jadi nanti di Rinjani akan ada pasukan rescue. Jadi ketika ada kecelakaan tim inilah yang akan berangkat paling depan,” katanya.

Menurut Harry, jalur pendakian di Gunung Rinjani cukup berat. Medan yang bebatuan, berpasir, dan jalur cukup curang juga menjadi peringatan bagi pendaki. “Jadi nanti kami akan buat tali pengaman di beberapa titik di jalur Rinjani. Nanti kami buat rambu-rambu yang jelas juga kalau malam juga rambu-rambu ini jelas,” katanya.

Pendaki senior Indonesia itu mengungkapkan banyaknya insiden kecelakaan di Rinjani juga disebabkan karena Rinjani terlalu indah. Banyak pendaki yang terlena dengan keindahan Rinjani tidak memerhatikan jalur.

“Nanti kami akan latih 6 sampai 12 orang. Jadi target kami 30 orang di tim ini termasuk dari guide dan porter dari warga lingkar Rinjani termasuk Agam Rinjani,” ujarnya.

Kepala Dinas Kominfotik NTB Yusron Hadi mengatakan pemerintah akan berkoordinasi dengan Kemenhut untuk mengisi pos rescue di basecamp Pelawangan Rinjani.

“Hari ini akan berkomunikasi dengan kementerian untuk meminta bantuan peralatan melalui TNGR bantuan peralatan ini,” ujarnya.

Pemerintah Provinsi NTB, Yusron berujar, akan melakukan persiapan untuk pelatihan pertama tim rescue yang dibentuk ini selama 10 hari ke depan.

“Kami juga memikirkan seluruh kelengkapan yang dibutuhkan. Kami sangat atensi semua kebutuhan apalagi sekarang sedang high season di Rinjani,” ujarnya.

Yusron menilai pemasaran Gunung Rinjani ke para tamu mancanegara juga perlu diperbaiki. Selama ini pemasaran pendakian di Gunung Rinjani dengan konsep trekking.

“Ini yang cukup menggelitik ya. Nah ke depan kami ingin pemasaran Rinjani itu bukan trekking tapi mounteneering. Karena kesan trekking itu pasti persiapan yang biasa-biasa saja. Jadi branding ini harus diperbaiki,” tandas Yusron.