Ekspor Nontambang NTB Turun 13,76 Persen di Maret 2025

Posted on

Ekspor nontambang Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Maret 2025 mengalami penurunan hingga 13,76 persen, atau senilai US$ 6,27 juta. Jumlah ini menurun dari bulan sebelumnya sebesar US$ 7,28 juta. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin mengatakan Amerika Serikat menjadi negara dengan nilai ekspor terbesar, yakni mencapai US$ 2,5 juta atau sekitar 41,11 persen. Kemudian disusul Malaysia US$ 2,1 juta atau sekitar 34,59 persen, Puerto Riko US$ 551 ribu atau sekitar 8,79 persen.

“Di urutan keempat ada China dengan nilai ekspor US$ 275 ribu atau sekitar 4,39 persen dan disusul di urutan ke lima ada Jepang dengan nilai ekspor US$ 220 ribu atau sekitar 3,51 persen,” kata Wahyudin di kantornya, Senin (21/4/2025).

Menurut Wahyudin, kelompok ikan dan udang masih menjadi komoditas ekspor nontambang yang paling mendominasi, yakni sebesar US$ 2,2 juta atau sekitar 35,5 persen dari nilai keseluruhan.

“Ikan dan udang ini diekspor ke Amerika Serikat, Puerto Riko, hingga Kanada. Di samping udang, NTB juga ekspor ikan tuna dan ubur-ubur,” jelasnya.

Sementara itu, komoditas kendaraan dan bagiannya menyumbang sebesar US$ 2 juta atau 32,82 persen, dengan negara tujuan ke Malaysia. Sedangkan daging dan ikan olahan menyumbang US$ 1 juta atau 17,19 persen dengan tujuan negara terbanyak ke Amerika Serikat dan Singapura.

“Sedangkan untuk kelompok perhiasan atau permata menyumbang ekspor sebesar US$ 378 ribu atau 6,03 persen, dengan negara tujuan terbanyak di Jepang, Hongkong, hingga China,” imbuh Wahyudin.

Komoditas nontambang berikutnya ada kelompok garam, belerang, dan kapur sebesar US$ 237 ribu atau sekitar 3,78 persen. Sementara kelompok biji-bijian berminyak sebesar US$ 149 ribu atau 2,37 persen ke Vietnam dan China melalui Pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung Priok.

Wahyudin menambahkan Bumi Gora, sebutan NTB, belum bisa mengekspor hasil tambang pada Maret lalu. Musababnya, perusahaan tambang di NTB belum mendapatkan izin untuk ekspor sejak Januari lalu.