Distribusi barang dari luar menuju Denpasar, Bali maupun sebaliknya terhambat akibat Jalan Denpasar-Gilimanuk ambles di dekat Pasar Bajera, Kecamatan Selemadeg, Tabanan. Dampak itu dirasakan oleh perusahaan pengiriman ekspres, pos, dan logistik sehingga biaya mereka membengkak.
“Kami para pengusaha jasa kiriman harus mengeluarkan biaya ekstra untuk mencari solusi atau alternatif lain seperti memindahkan moda transportasi,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Asosiasi Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Bali, Ida Bagus Gede Arsana Manuaba, saat dihubungi infoBali, Senin (14/7/2025).
Menurut Arsana, pengiriman barang menjadi lebih lambat akibat Jalan Denpasar-Gilimanuk ambles. Sebab, kendaraan harus melalui jalur memutar atau mengambil alternatif yang lebih panjang dan memakan waktu yang lebih lama.
Akibat hal ini, perusahaan di Asperindo Bali mendapatkan komplain dari pelanggan (customer) atas keterlambatan kiriman barang yang mereka terima. Sebab, banyak dari kiriman tersebut memiliki tenggang waktu atau service level agreement.
Arsana menilai penanganan terputusnya Jalan Denpasar-Gilimanuk belum ada kejelasan. Walhasil, Asperindo Bali belum bisa memberikan konfirmasi kepada para anggota maupun pelanggan atas situasi yang berdampak pada keterlambatan kiriman.
“Karena selama ini secara tracking online, customer sudah dapat memonitor barang kiriman mereka sejak dari keberangkatan sampai pada penghantaran dan penerimaan. Namun, dengan situasi saat ini menimbulkan berbagai keluhan,” beber Arsana.
Arsana berujar, apabila jalur utama terputus dalam waktu yang lama, maka akan terjadi peningkatan biaya transportasi dan logistik. Sehingga, hal itu akan menjadi beban berat bagi para usaha jasa pengiriman dalam meneruskan kiriman serta memberikan layanan kepada customer.
“Tentu, hal ini akan berdampak kepada customer apabila merubah moda transportasi kiriman mereka dari darat dengan moda yang lain seperti udara. Maka, akan menimbulkan biaya tambahan sehingga akan menjadi pertimbangan bagi mereka,” jelas Arsana.
Kemungkinan besar, sambung Arsana, para customer akan menunda pembelian sehingga dapat berdampak pada kelangkaan barang tertentu, terutama jika barang tersebut dipasok melalui jalur darat. Hal ini juga dapat memicu kenaikan harga barang.
Arsana berharap segera ada solusi jalur penghubung atas Jalan Denpasar-Gilimanuk yang ambles sehingga tidak harus memutar.
Di sisi lain, Arsana mengaku belum mendata estimasi kerugian yang dialami anggota. Saat ini tercatat ada 40an anggota DPW Asperindo Bali.