Anggota DPRD Badung, I Wayan Puspa Negara, mendesak pemerintah menambah perahu karet untuk mempercepat penanganan banjir. Ia menyoroti kawasan Jalan Dewi Sri, Kuta, Badung, Bali yang kerap menjadi langganan banjir.
Menurut Puspa Negara, upaya evakuasi penduduk hingga turis yang terjebak banjir di kawasan wisata seperti Kuta, Legian, dan Seminyak belum berjalan maksimal. Ia menilai kecepatan penanganan saat bencana perlu dievaluasi.
“Minimal ada belasan perahu karet yang harus kita siapkan di kawasan ini untuk kecepatan penanganan keadaan darurat. Kenapa? Banyak yang dilakukan ketika banjir, yakni evakuasi. Evakuasi penduduk dan wisatawan,” kata Puspa Negara, Senin (15/9/2025).
Puspa Negara lantas menyinggung besaran Biaya Tak Terduga (BTT) sebesar Rp 50 miliar di APBD Badung 2025. Menurut dia, sebagian uang itu bisa disisihkan untuk penanganan pascabencana. Termasuk pembelian perahu karet hingga memastikan keselamatan warga dan wisatawan saat banjir.
“Ini harusnya sudah bisa dibelanjakan, (salah satu) untuk membeli perahu karet. Minimal di kelurahan, ada tiga kelurahan ini ya, (masing-masing) minimal ada empat. Empat kali tiga, ada minimal 16 perahu karet lah,” imbuh politikus Partai Gerindra asal Legian itu.
Ia juga menyinggung proses evakuasi penduduk dan turis saat banjir menerjang kawasan Kuta dan sekitarnya pada 10 September lalu. Lebih dari 380 turis harus dievakuasi secara cepat dengan jumlah perahu karet yang terbatas.
“Kita harus siap dengan tanggap bencana. Dalam jangka pendek, perahu karet harus disiapkan, logistik, dan yang lain,” imbuh Puspa Negara.
Puspa Negara juga mengusulkan agar Pemkab Badung menambah sistem perpompaan. Ia menilai enam pompa portabel dari Dinas PUPR Badung yang biasa dioperasikan di Kelurahan Legian kewalahan mengatasi genangan banjir. Akibatnya, saat hujan deras, genangan air tidak bisa surut dengan cepat.
Menurut hitung-hitungannya, jumlah pompa yang perlu disiapkan di kawasan Seminyak, Legian, dan Kuta (Samigita) minimal 20-25 unit. Selama ini, dia berujar, pengoperasian pompa sangat efektif menguras genangan. Namun, dari sisi kecepatan masih kalah karena jumlahnya terbatas.
“Pompa ini efektif ketika basement tenggelam, kemudian ada rumah, yang ada cekungan itu tergenang, ini bisa disedot airnya dengan cepat. Nah, sehingga ini kita dorong, dalam jangka pendek. Pompa pengendali banjir portable ini harus ditambah dari 6 menjadi 25 di kawasan Samigita saja,” pungkasnya.
“Ini harusnya sudah bisa dibelanjakan, (salah satu) untuk membeli perahu karet. Minimal di kelurahan, ada tiga kelurahan ini ya, (masing-masing) minimal ada empat. Empat kali tiga, ada minimal 16 perahu karet lah,” imbuh politikus Partai Gerindra asal Legian itu.
Ia juga menyinggung proses evakuasi penduduk dan turis saat banjir menerjang kawasan Kuta dan sekitarnya pada 10 September lalu. Lebih dari 380 turis harus dievakuasi secara cepat dengan jumlah perahu karet yang terbatas.
“Kita harus siap dengan tanggap bencana. Dalam jangka pendek, perahu karet harus disiapkan, logistik, dan yang lain,” imbuh Puspa Negara.
Puspa Negara juga mengusulkan agar Pemkab Badung menambah sistem perpompaan. Ia menilai enam pompa portabel dari Dinas PUPR Badung yang biasa dioperasikan di Kelurahan Legian kewalahan mengatasi genangan banjir. Akibatnya, saat hujan deras, genangan air tidak bisa surut dengan cepat.
Menurut hitung-hitungannya, jumlah pompa yang perlu disiapkan di kawasan Seminyak, Legian, dan Kuta (Samigita) minimal 20-25 unit. Selama ini, dia berujar, pengoperasian pompa sangat efektif menguras genangan. Namun, dari sisi kecepatan masih kalah karena jumlahnya terbatas.
“Pompa ini efektif ketika basement tenggelam, kemudian ada rumah, yang ada cekungan itu tergenang, ini bisa disedot airnya dengan cepat. Nah, sehingga ini kita dorong, dalam jangka pendek. Pompa pengendali banjir portable ini harus ditambah dari 6 menjadi 25 di kawasan Samigita saja,” pungkasnya.