Siti Maimunah duduk di areal Masjid Agung Jamik Singaraja, Rabu (21/5/2025). Ditemani anak-anaknya, nenek berusia 89 tahun itu menunggu info-info keberangkatan haji dari Buleleng menuju Asrama Haji Embarkasi Surabaya siang itu.
Perempuan kelahiran 1935 itu merupakan jemaah calon haji (JCH) tertua dari Buleleng sekaligus Bali. Keberangkatannya ke Tanah Suci Makkah turut ditemani oleh anak perempuannya, Mariyati Binti Mikail yang berusia 57 tahun.
Mariyati mengatakan ibunya mendaftar haji sejak tahun 2019. Siti rutin menyisihkan uang hasil panen cengkih di kampungnya, Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada. Dari hasil panen tersebut Siti kemudian bisa mendaftar haji pada 2019. Saat itu dia mengumpulkan uang Rp 25 juta.
“Setiap tahun ibu kan ada hasil panen. Itu disisihkan sedikit demi sedikit akhirnya terkumpul tahun 2019 sebesar Rp 25 juta baru mendapat nomor antrean. Setelah itu juga kami nabung untuk melunasi sedikit demi sedikit ya alhamdulilah pada keberangkatan ini ter-cover,” kata Mariyati.
Sama seperti jemaah lain, banyak keluarga Siti yang hadir untuk melepas keberangkatannya ke Tanah Suci. Mereka mendoakan agar ibadah haji berjalan dengan lancar dan kembali ke Indonesia dengan selamat.
Sebelum berangkat, Mariyati mengaku telah melakukan persiapan untuk menemani ibunya di Tanah Suci nanti. Termasuk menjaga kesehatan dengan berolahraga rutin setiap hari.
“Ini keberangkatan pertama, harapannya semoga dapat melaksanakan ibadah haji dengan lancar semoga kita mendapatkan haji yang mabrur mudahan-mudahan lancar sehat sampai kembali,” harap dia.
Sebelum berangkat, para jemaah haji melaksanakan ibadah salat terlebih dahulu di Masjid Agung Jamik Singaraja. Setelah salat dan acara pelepasan selesai, mereka lalu menaiki bus yang telah disediakan.
Para JCH asal Buleleng ini dilepas langsung oleh Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra dan Wakil Bupati Buleleng Gede Supriatna. Dalam kesempatan itu Sutjidra berpesan berpesan kepada jemaah agar tetap menjaga kesehatan dan kekompakan. Sutjidra menjelaskan para jemaah rata-rata berumur 50 tahun ke atas.
Oleh karena itu, dia berpesan, kesehatan harus dijaga betul. Termasuk kekompakannya dan tidak saling berpisah dengan rombongan. Pesan ini juga disampaikan kepada pendamping haji daerah, yakni Komandan Kodim 1609/Buleleng Letkol Kav. Angga Nurdyana.
“Kesehatan mereka harus dijaga betul dan saya titipkan kepada Pak Dandim untuk menjaga betul mereka,” jelasnya.
Bupati asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, ini juga mengungkapkan kesempatan yang baik ini merupakan momen yang sangat istimewa untuk menyambut serta melepas keberangkatan JCH ke Tanah Suci.
Keberangkatan para JCH merupakan salah satu dari rukun Islam bagi umat yang memiliki kemampuan, baik secara fisik, mental maupun finansial. Ibadah haji merupakan ibadah yang berat karena harus memenuhi persyaratan baik syarat dalam ketentuan syariat maupun syarat yang ditetapkan pemerintah.
“Pada hakikatnya ibadah haji adalah ibadah secara total. Bukan hanya ibadah yang melibatkan fisik yang sehat, tapi juga merupakan ibadah batin dengan mempersiapkan mental yang kuat,” ungkap Sutjidra.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Buleleng I Gede Sumarawan menyebutkan JCH asal Buleleng berjumlah 91 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 84 orang berangkat dari Buleleng dan tujuh orang mutasi berangkat dari Jawa. Kemudian, ada pendamping haji daerah (PHD) yaitu Letkol Kav. Angga Nurdyana yang juga Komandan Kodim 1609/Buleleng.
“Yang dari kota berangkat dua bus. Berangkat dari wilayah barat sebanyak satu bus. Ini merupakan kloter 71 dan 72 embarkasi Surabaya,” ujar Sumarawan.
Menurutnya, keberangkatan JCH tahun ini tanpa ada kendala yang berarti. Hanya saja diperlukan koordinasi-koordinasi yang baik karena melibatkan banyak orang. Dia menegaskan Kemenag Bali terus berupaya memberikan yang terbaik dalam hal pelayanan untuk keberangkatan ibadah haji sampai dengan kembali ke Tanah Air.
“Tentunya kembali dalam keadaan sehat, dalam keadaan tanpa kekurangan suatu apapun sebagaimana yang disampaikan Pak Bupati,” tandas Sumarawan.