Cegah Kriminalitas, Desa Cemagi Pasang CCTV-Pemeriksaan Identitas Tamu

Posted on

Desa Cemagi di Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, perlahan berubah menjadi desa maju. Desa paling ujung barat di Kabupaten Badung, itu kian berkembang dengan masifnya pembangunan akomodasi wisata.

Wilayah ini juga dekat dengan kawasan pariwisata baru seperti Canggu, sehingga tak heran jika minat turis asing berkunjung ke desa ini semakin tinggi. Seiring berkembangnya desa tersebut, masalah keamanan menjadi ancaman.

Perbekel Cemagi Putu Hendra Sastrawan mengakui wilayahnya kian ramai dikunjungi wisatawan, terutama warga negara asing (WNA). Untuk menjaga wilayah tetap aman, desa tersebut menurunkan penjagaan ketat semalaman.

Penjagaan dilakukan dengan pemeriksaan identitas terhadap warga asing yang masuk ke desa. Puluhan kamera pemantau atau CCTV juga dipasang untuk membantu mempermudah pengungkapan tindak kriminal dan pengawasan. Tetapi, saat ini penjagaan ketat dilakukan khusus malam hari.

“Kami menerapkan penjagaan ketat di setiap pintu masuk desa. Jadi desa ini berada di pesisir yang aksesnya tidak langsung ke desa lain,” tutur Hendra Sastrawan, Senin (28/4/2025).

Pemeriksaan Identitas KTP atau Paspor

Hendra menegaskan, penjagaan ketat itu melibatkan petugas Pelindung Masyarakat (Linmas) Cemagi. Ada 11 petugas yang siap berjaga setiap malam, mulai pukul 24.00-05.00 Wita. Mereka diberikan tugas berbeda, berjaga di pintu masuk dan patroli keliling.

“Ada empat pos di pintu masuk. Mulai dari timur di SD 2 Cemagi, paling selatan di Seseh, ada di Bugbugan, dan satu lagi di gerbang utama desa. Pos induk di kantor desa. Tiap pos ada dua orang, tiga orang keliling desa,” jelas Hendra.

Hendra menjelaskan, petugas pos bertugas memeriksa tanda identitas tamu yang masuk desa, terutama saat malam hari. Mereka akan menanyakan KTP bagi warga Indonesia atau paspor bagi WNA. Warga lokal juga bisa saja kena pemeriksaan asal sudah masuk di atas jam 11 malam.

“Pemeriksaan KTP ini kan untuk tahu siapa yang masuk ke desa kami. Petugas supaya tahu, dan pengawasan lebih mudah. Ini upaya kami menekan potensi tindak kriminalitas,” ujar dia.

Pemeriksaan itupun, kata Hendra, akan berdampak positif. Dipastikan orang-orang yang berniat buruk, akan berpikir dua kali jika masuk ke Desa Cemagi.

Kata dia, petugas pos berperan sangat krusial selama penjagaan itu. Sebab merekalah yang pertama kali berhadapan dengan orang asing yang akan memasuki wilayah desa. Kata Hendra, risiko keselamatan mengancam jika yang dihadapi adalah pelaku kejahatan.

“Pelanggaran pasti ada. Misalnya tidak bawa KTP, tujuan tidak jelas sehingga kami berikan imbauan kepada warga itu. Kami pastikan warga pendatang masuk ke Desa Cemagi, wajib menunjukkan KTP,” tegas dia.

Desa Cemagi sudah ditetapkan pemerintah menjadi desa wisata. Praktis, kegiatan kepariwisataan di desa itu terus bertumbuh. Jumlah wisatawan ke desa itu juga naik perlahan. Sehingga antara warga lokal dengan WNA sudah hidup berdampingan.

“Karena itu juga, penjagaan ini tidak hanya memastikan keselamatan warga desa, tapi menjaga kenyamanan turis-turis. Yang utama itu kan semua warga tidak mengalami tindak kejahatan,” sebutnya.

Anggarkan Dana Desa untuk Pasang CCTV

Selain penjagaan ketat, pemerintah desa Cemagi juga menganggarkan dana desa untuk membeli kamera pemantau. Ada puluhan kamera CCTV di Cemagi yang dipasang di tempat wisata, persimpangan jalan, pos jaga, dan kantor-kantor.

Syukurnya dengan CCTV itu, petugas lebih mudah memantau situasi desa. Selain itu sejumlah kasus kriminal bisa terungkap cepat berkat banyaknya kamera pemantau di desa itu.

“Ya ada yang terungkap. Kasus pencurian motor, pencurian umum lain banyak bisa dibantu mengungkap,” klaim Hendra.

Hendra mengungkapkan penjagaan akan ditingkatkan, dari yang awalnya khusus malam hari menjadi 24 jam pada 2026. Penertiban penduduk pendatang setiap tahun dua kali juga dilakukan untuk memastikan yang datang ke desa tersebut ada tujuan jelas.

“Pembangunan juga banyak di desa kami sehingga akan banyak masyarakat dari luar daerah yang datang ke Cemagi untuk kerja. Ini yang mesti diantisipasi agar yang berkunjung ke desa kami jelas dan terdata,” tukas dia.