Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi mendorong penerapan carrying capacity atau daya dukung kawasan untuk membatasi jumlah kunjungan wisata bahari di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kebijakan ini dinilai penting untuk mewujudkan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan di salah satu destinasi superprioritas nasional itu.
“Pariwisata tidak sekadar mengejar berapa jumlah kunjungan, tidak hanya mengejar itu, tapi bagaimana kita mewujudkan pariwisata yang berkualitas,” kata Edi Endi di Labuan Bajo, Sabtu (12/4/2025).
Ia menegaskan pentingnya kerja kolaboratif lintas sektor untuk menjaga kelestarian kawasan, terutama di wilayah perairan Labuan Bajo.
“Mewujudkan itu maka kita harus bekerja kolaborasi. Dalam konteks Labuan Bajo, sudah saatnya kita berpikir tentang carrying capacity, terlebih di wilayah perairan,” lanjutnya.
Penerapan carrying capacity akan mengatur jumlah pengunjung maksimal yang dapat ditampung suatu kawasan tanpa merusak ekosistem maupun mengurangi kenyamanan wisatawan. Edi menyebut, pembahasan kebijakan ini perlu melibatkan pemerintah daerah, pemerintah provinsi, hingga kementerian terkait.
“Tujuannya mewujudkan pariwisata berkualitas dan kedua bagaimana keberlanjutan,” ujar Edi Endi.
Ia mencontohkan kondisi di Manta Point, salah satu spot favorit wisatawan di perairan Labuan Bajo. Menurutnya, populasi pari manta yang menjadi daya tarik utama justru menghilang jika terlalu banyak kapal wisata berlabuh di sana secara bersamaan.
“Saya ambil satu contoh di Manta Point, Manta itu kalau lebih dari tugas kapal pinisi yang sandar tidak akan kita temukan. Artinya, oh ternyata mereka eneg kalau terlalu banyak orang, terlalu banyak aktivitas di situ,” jelasnya.
“Maka sangat penting carrying capacity dan pekerjaan ini bukan pekerjaan mudah, semua yang tadi saya sebutkan duduk bersama,” lanjutnya.
Selain menekan jumlah kunjungan berlebihan di kawasan perairan, Pemkab Manggarai Barat juga mendorong pengembangan desa wisata. Melalui program Fasmadewi (Fasilitas Masyarakat Desa Wisata), pemerintah daerah mentransfer ilmu pengetahuan kepada masyarakat agar desa-desa sekitar bisa menjadi bagian dari ekosistem pariwisata.
“Kami punya program Fasmadewi, dengan mengtransfer ilmu pengetahuan. Harapannya pariwisata tidak hanya bertumbuh di spot-spot yang ada tapi bertumbuh di desa-desa sehingga memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan mereka,” ungkap Edi.
Labuan Bajo dikenal sebagai gerbang menuju Taman Nasional Komodo, yang menawarkan keindahan alam, budaya, dan keanekaragaman hayati laut. Ribuan wisatawan domestik dan mancanegara berkunjung setiap tahun untuk menyelam, snorkeling, dan menjelajahi pulau-pulau eksotis di sekitarnya.